Kisah berikut ini merupakan kiriman sahabat Vemale, Dian, untuk mengikuti Lomba Kisah Ramadan 2016. Ia menceritakan kisahnya yang dulu pernah terjebak dalam lubang hitam hingga akhirnya hidayah itu datang padanya.
***
Sebut saja aku Dian.
Advertisement
Aku adalah perempuan lulusan SMK Teknik di tahun 2015. Namun menjadi lulusan teknik komputer tidak membuatku harus mendapat pekerjaan di lingkup teknik juga. Sebulan setelah Ujian Nasional diadakan, aku tidak betah harus berlama lama di rumah tanpa kegiatan. Kuputuskan melamar pekerjaan di sebuah pabrik pembuat wig (rambut palsu).
Pekerjaan itu membuatku merasa sangat tertekan. Di mana peraturannya sangat ketat, targetnya yang banyak, dan membutuhkan kejelian mata untuk melihat. Belum lagi dengan gaji yang tidak seberapa karena harus melewati masa training selama tiga bulan. Satu bulan berlalu, aku hanya mendapat upah 500 ribu rupiah dalam satu bulan. Sungguh jauh dari harapan serta kebutuhanku. Lalu aku memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan itu. Setelah menganggur, aku mendapat info ada lowongan di sebuah pabrik kayu.
(vem/nda)Advertisement
Bekerja di Tempat Baru dengan Dunia yang Berbeda
Senin pagi yang cerah. Aku sudah memakai celana panjang hitam, sepatu hitam, serta kemeja putih layaknya penampilan orang-orang yang akan melamar pekerjaan. Di tasku sudah tersedia tiga amplop untuk melamar di tiga perusahaan yang berbeda. Tujuan pertamaku adalah melamar di pabrik kayu. Namun, saat sampai di gerbang aku ditolak oleh satpam karena tidak menerima karyawan lagi kecuali jika lamaran dititipkan kepada teman yang bekerja di perusahaan tersebut. Aku kecewa lantas pulang.
Di perjalanan pulang aku melihat sebuah gerbang bertuliskan nama perusahaan yang sama dengan pabrik tersebut. Aku penasaran. Setelah sampai di gerbang. Aku baru paham, oh ternyata ini cabang dari pabrik tadi. Dengan percaya diri kutitipkan lamaran di pos satpam. Tiga hari kemudian, aku diterima dan bergabung dalam perusahaan tersebut.
Di pabrik ini tidak ada seragam khusus seperti pabrik pabrik yang lain. Pakaian bebas asalkan celana panjang dan bersepatu guna menghindari bahaya tertimpa kayu. Sehari, dua hari, pekerjaan ini terasa mudah. Perlu diketahui, semenjak di sekolah teman-temanku banyak yang mengagumiku karena tubuhku yg seksi, katanya. Katanya tubuhku padat berisi, tidak kurus, dan tidak gemuk. Paha yang besar dan tubuh yang tegap, namun berperut kecil. Menjadikanku terlihat seksi.
Setelah minggu berganti minggu, aku berpakaian yang pres body di pabrik. Apalagi di pabrik kayu kebanyakan pekerjanya adalah laki-laki. Sangat sedikit wanita di sana. Rekan-rekan kerjaku terpana akan tubuhku. Apalagi pekerjaanku sebagai operator membuatku tidak bisa diam di tempat, harus kesana kemari menyelesaikan pekerjaan. Meskipun aku masih baru, banyak laki-laki yang menggodaku dan ingin berkenalan. Membuatku makin nyaman karena di sana enak.
Setengah tahun berlalu, aku masih di perusahaan itu. Aku merasa seperti artis. Pakaianku lebih keren dari teman-temanku ditambah tubuhku juga seksi. Selain itu, banyak yang menyapaku padahal aku tidak kenal siapa mereka. Hingga di suatu hari, aku diajak berkaraoke oleh rekan kerja. Dia laki-laki yg sangat keren dan banyak uang. Aku minta jajan selalu diberi. Dia juga yg sering memujiku jika aku memakai pakaian yang sedikit press body.
Sabtu siang sepulang kerja, kami berangkat ke tempat karaokean. Lampu dimatikan, lagu diputar. Musik yang jedak-jeduk membuat kami berlima bergoyang. Aku wanita sendirian, aku tak takut karena aku kenal dekat dengan mereka. Di tuangkannya alkohol. Lama kelamaan aku kehilangan keseimbangan. Aku tak sadar jika goyanganku menjadi sedikit erotis. Hingga aku pun jatuh, tak kuat menopang tubuhku sendiri.
Aku ditidurkan di sofa, sedangkan teman teman masih pada bergoyang. Keesokan hari, teman teman memujaku, katanya aku seperti Dewi Persik. Semakin terkenallaah diriku. Kini pekerjaan sampinganku adalah sebagai penyanyi karaoke dengan modal suara yang pas-pasan namun pandai bergoyang. Aku heran sebenarnya setiap bernyanyi aku mengajak teman wanita, tapi entah mengapa hanya aku yang mendapatkan uang saweran, sedangkan temanku tidak. Dari uang saweran tersebut, uangku banyak. Aku jadi suka ke salon, merawat rambut, juga suka beli bedak bedak yang mahal. Aku juga semakin terkenal, semakin banyak teman. Aku sangat bahagia dengan ini semua. Namun, aku terkadang perutku terasa sakit karena alkohol.
Aku Hampir Dijual oleh Temanku Sendiri
Sabtu ini adalah pernikahan kakak dari sahabat karibku, aku harus menghadiri resepsinya. Pada saat berangkat, aku membonceng temanku. Namun, temanku ada acara mendadak sehingga tidak bisa membarengi aku sepulang dari resepsi. Kuhubungi teman-temanku hingga ketemu kontak BBM si A, seorang cowok pendiam. Aku tak menaruh curiga. Kami juga pernah sama sama suka, kami satu pabrik.
Lalu kami pulang, di perjalanan pulang aku membaui bajunya. Oh tidak! Ini bau alkohol. Tiba-tiba kami berhenti di sebuah jalan sepi dan gelap. Aku bertanya, “Kok berhenti?” Dia menjawab, “Bentar, tunggu temanku."
Aku mulai dag-digdug takut sekali jika ada apa-apa. Benar dugaanku, om-om gendut berperut puncit datang dan membawa uang. Ia menyapaku, aku langsung marah. Tak kujawab sapaannya. Aku bertanya pada temanku,“Maksudmu apa?” Dia malah menjawab, “Aku ke sana bentar ya, di sini gerah." Aku langsung naik pitam.
Kupegang tangannya dan berkata, “Aku nggak mau kamu pergi, mending bapak ini yang pergi." Tapi temanku perlahan melepas genggaman tanganku. Aku mulai paham jalan cerita, jangan jangan aku dijual?
Dengan berbisik ku katakan pada temanku, “Aku memang penyanyi karaoke, aku memang peminum, tapi ingat ya aku bukan perokok, lebih baik aku nggak dapet uang daripada harus bernyanyi bersama om-om. Senakal-nakalnya aku, aku nggak pernah jual diri, aku nggak pernah pake duit orang tua buat berfoya-foya. 0h iya aku nggak pernah makan temen kayak kamu!” Temanku diam, lalu kusambung, “Ayo pulang sekarang, kalo sampai kamu jual aku, aku bakal ngaku sama temen temen kalo kamu hamilin aku." Begitu aku mengancamnya.
Lalu ia menyuruh om itu pulang dan meminta maaf kepadanya. Lalu kami pulang, aku bahagia tidak terjadi apa-apa denganku. Sampai rumah aku syok. Tak menyangka orang yang aku kagumi, sosok pendiam yang mungkin akan menenangkan hatiku ternyata dia lebih menakutkan dari laki-laki mana pun. Paginya kami masih bertemu. Hanya saja aku selalu syok setiap melihat wajahnya. Bayangkan, di umurku yang masih muda, aku mau dijual ke om-om.
Aku selalu memalingkan muka saat bertemu dengannya. Akhirnya, kuputuskan untuk keluar dari pekerjaan setelah menerima gaji. Aku berpamitan kepada teman-teman kecuali dengan si A. Semua menyayangkan keluarnya aku dari pekerjaan karena aku keluar mendadak tanpa alasan jelas. Semuanya tak ingin aku keluar. Bahkan sahabatku menangis.
Aku lega setelah keluar. Aku mulai tenang, tidak mimpi buruk lagi serta tidak terngiang-ngiang kejadian itu. Aku harus memulai hidup baru. Aku melamar pekerjaan lagi di perusahaan yang berbeda.
Advertisement
Aku Capek Bekerja Seperti Robot
Hari demi hari, hampir satu tahun berlalu. Aku ingin kuliah, aku capek kerja seperti robot. Dengan keyakinan, aku browsing di internet bagaimana cara agar masuk perguruan tinggi negeri. Oh ternyata salah satu caranya dengan ikut SBMPTN. Di tahun 2016 ini, kuhabiskan gajiku untuk pergi ke toko buku, membeli buku buku serta membeli paketan internet untuk browsing serta men-download pelajaran anak SMA. Di saat asyik browsing, aku menemukan sebuah website di mana mereka memfasilitasi anak-anak yang berkemauan kuat untuk masuk ke PTN. Aku pun mendaftar, ikut tes, hingga akhirnya lolos. Ternyata setelah lolos harus mengikuti bimbingan belajar (bimbel) agar dapat lolos SBMPTN.
Sayangnya, bimbelnya diadakan di pondok pesantren selama satu bulan tepat sebelum tes SBMPTN. Aku kaget. Bagaimana bisa aku hidup di pesantren? Salat nggak pernah, ngaji nggak pernah. Hidupku lebih sering cuma foya-foya. Tapi aku ikuti saja. Jika bukan karena bimbel yang murah, mungkin aku nggak akan mau. Karena zaman sekarang ikut bimbel untuk masuk PTN sangatlah mahal, berjuta-juta. Lalu tibalah aku di pesantren.
Masuk Pesantren
Hari pertama kulalui. Aku harus membaca Al Quran meski sedikit terbata-bata. Aku capek. Pagi harus belajar, malam harus ngaji. Kalau nggak ngaji, ya berdoa. Begitu setiap harinya. Aku merindukan pekerjaanku, merindukan suasana rumah. Aku rindu dapat uang.
Baru seminggu, aku izin pulang ke rumah selama dua hari. Dua hari itu kugunakan untuk berkaraoke dan berpesta bersama kekasih dan teman teman. Pesantren tidak membuatku bertaubat. Kemudian, aku kembali lagi ke pesantren. Ngaji seperti biasa, aku mulai merasakan ketenangan. Di sana aku belajar, ternyata tidak perlu uang untuk bahagia.
Saat belajar, semua diberi pertanyaan, "Apa cita cita kalian?" Dalam hati aku menangis. Cita-citaku hanya ingin makan bersama ayah dan ibu. Aku ingin mereka bersatu. Aku nggak mau nakal lagi. Aku capek melampiaskan broken home-ku ke tempat hiburan malam. Lalu semenjak itu aku berdoa agar Allah menyatukan keluargaku, serta menjadikanku wanita yang baik. Aku semakin tekun mengaji.
Entah mengapa setiap ada wejangan atau ceramah dari pengurus pondok, aku memperhatikannya. Hatiku terasa tenang. Sejuk.
Advertisement
Benarkah Aku Dapat Hidayah?
Ping!!! Ping!!! Aku mendapat BBM dari teman-teman dan kekasihku. Katanya mereka merindukanku, ingin bernyanyi bersamaku. Kuputuskan meminta izin pulang pada panitia. Hari Minggu pagi, aku berkumpul bersama teman dan kekasihku dengan tujuan ke tempat karaokean. Mereka telah menyiapkan alkohol kesukaanku.
Perjalanan ke tempat karaokean, aku merasa hatiku tak nyaman. Ada rasa takut, entah karena apa. Kusuruh teman teman menepi sejenak. Kukatakan pada mereka, “Bagaimana kalo kita nongkrong dulu sambil minum, biar di karaokean kita tinggal goyang?" begitu alasanku. Tibalah di tempat tongkrongan, minuman keras dibuka.
Semua bergilir mendapat jatah minum. Sampai tibalah sloki itu di depanku. Tiba-tiba, aku merasa ketakutan yang amat sangat, seperti ada yang mengawasiku. Aku gugup dan berkeringat dingin. Aku malah terdiam seperti orang melamun. Kekasihku mengambilkan minuman itu untukku tapi entah mengapa aku menolak. Semua kawanku kecewa. Hingga tiba giliranku lagi, aku menolak lagi.
Teman temanku heran semua. Kenapa sikapku aneh. Namun, mereka memaksaku untuk minum dengan mengiming-imingi aku sejumlah uang. Namun kutolak meski uang itu cukup banyak. Mereka pikir aku harus dikasih uang banyak dulu baru mau nyanyi. Mereka kecewa sekali atas penolakanku meminum itu. Lantas aku meminta pulang duluan. Kekasihku mengantarkanku pulang. Di perjalanan pulang, kekasihku marah marah. Ia mengatakan aku sok suci, mentang mentang dari pondok lalu nggak mau diajak nongkrong, nggak mau diajak minum. Tiba-tiba ia mengatakan, "Kita cukup sampai di sini." Katanya aku malu-maluin. Kuterima keputusannya. Sampai di rumah, aku menangis. Sudah lama pacaran kok harus putus?
Aku ingat, sore itu aku harus kembali ke pesantren karena diberi izin sampai jam 5 sore saja. Sampai di pesantren aku merasa bersalah. Aku bertemu dengan seorang panitia bimbingan belajar. Dia laki-laki yang sangat paham agama. Kuceritakan semua masa laluku dan kejadian tadi, di mana aku sudah tidak berani lagi memegang minuman keras karena seperti ada yang ada yang mengawasiku. Membuatku ketakutan melakukan kesalahan. Serta sekarang aku sudah tak pernah pakai baju ketat lagi. Lalu beliau menjawab, "Subhanallah aku bergeter dengar ceritamu, Dek. Kamu itu dapet hidayah, Dek. Allah sudah menjagamu, Dek." Aku kaget. Apa benar ini yang namanya hidayah?
Membuka Lembaran Baru
Hampir satu bulan di pesantren, aku merasa sangat bahagia. Di satu sisi, ilmuku untuk menghadapi tes SBMPTN sudah lumayan cukup membuatku mantap akan masuk perguruan tinggi negeri. Beberapa hari lagi, aku harus pulang ke rumah. Berat rasanya meninggalkan teman-teman seperjuangan. Mereka semua yang menuntunku menjadi lebih baik.
Seminggu setelah selesainya proses bimbingan belajar, kini aku di rumah. Aku kaget sekali, bagaimana bisa ayah dan ibuku rujuk? Apakah Allah telah menjawab doa-doaku selama ini? Rasanya ingin menangis. Aku sangat mendambakan ini. Sudah tiga tahun aku lebaran tanpa ayah. Tapi kini ayah dan ibuku akan menikah lagi.
Kini aku satu rumah bersama ayah dan ibuku. Sekarang aku tinggal menunggu pengumuman tes SBMPTN. Entah diterima atau tidak, yang penting aku bahagia lagi. Kini, keluargaku tidak broken home lagi.
-oOo-
LOMBA KISAH RAMADAN VEMALE.COM
Mengulang sukses Lomba Kisah Ramadan Vemale.com 2015, kami kembali mengajak para sahabat untuk membagi kisah inspirasi. Kisah ini bisa tentang suka duka ketika memutuskan memakai hijab, kisah seru di bulan Ramadan, bagaimana rasanya menjadi istri pada puasa pertama, bagaimana rasanya jauh dari keluarga saat Lebaran atau kisah apapun yang meningkatkan sisi spiritual dan kedekatanmu dengan Allah SWT.
Kirim kisahmu melalui email ke redaksivemale@kapanlagi.netÂ
Subjek email: KISAH RAMADAN VEMALE
Hadiah Lomba:
- 20 kisah yang ditayangkan akan mendapat koleksi hijab Ria Miranda.
- 5 kisah terbaik akan mendapatkan koleksi hijab dan koleksi busana muslim dari Ria Miranda.
Kami tunggu kisahmu hingga tanggal 5 Juli 2016. Pemenang akan kami umumkan tanggal 13 Juli 2016.
Contoh kiriman pembaca pada Lomba Kisah Ramadan Vemale.com 2015:
Allah Akan Mengabulkan Doa di Waktu yang Tepat, Bukan di Waktu yang Kita Inginkan
6 Tahun Pacaran Beda Keyakinan, Perpisahan Menjadi Jawaban Dari Allah SWT
Kutemukan Hijab Setelah Terpuruk Dalam Dosa Duniawi
Dari satu kisah, kamu bisa menjadi inspirasi bagi jutaan wanita Indonesia.
Share your story :)
[pos_1]