Usianya baru 10 tahun tapi sudah jadi sorotan dunia. Namanya Janna Jihad. Jika teman-teman sebayanya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain, Janna malah sudah mempertaruhkan nyawanya sebagai seorang jurnalis amatir. Di usianya yang masih sangat belia, dia sudah terjun melaporkan berita soal konflik Palestina dan Israel di West Bank, Ramallah.
Semangatnya menjadi seorang jurnalis ini pun dilatarbelakangi oleh sebuah kejadian traumatis yang pernah dialaminya. Dilansir dari odditycentral.com,sang ibu Nawal mengatakan kalau putrinya itu mengalami trauma setelah salah satu temannya ditembak oleh tentara Israel. "Temannya itu lebih tua darinya tapi selalu ramah dan baik padanya sehingga Janna tak bisa berpisah darinya. Saat ia melihat darah menggenang di tanah, dia begitu panik," cerita Nawal.
Janna sering mengungkapkan perasaan dan rasa tertekannya di buku hariannya setiap malam. Namun, kemudian setelah kematian dua anggota keluarganya, sepupunya Mustafa Tamimi dan pamannya Rushdie Tamimi, Janna tergerak untuk ikut terlibat membeberkan kebenaran dan keadilan.
Advertisement
Saat usianya baru tujuh tahun, Janna sudah bergerak sebagai jurnalis amatir. Dengan menggunakan iPhone ibunya, Janna merekam aksi protes yang dilakukan pendudukan dan para aktivis perdamaian, juga reaksi dari tentara Israel. Meskipun jurnalis profesional juga hadir dan ikut meliput, tetapi Janna merasa kalau mereka tak selalu melaporkan keutuhan peristiwa. Janna pun merasa punya tanggung jawab untuk membeberkan semua yang terjadi dengan utuh.
Janna memanfaatkan media sosial, seperti YouTube, Facebook, atau Snapchat untuk melaporkan beritanya. Bahkan halaman Facebook-nya saja sudah memiliki 80 ribu likes. "Aku hanya ingin dunia tahu bahwa kami bukan teroris dan membeberkan kekerasan tentara militer terhadap kami," tutur Janna pada The Arab Weekly.
Ibu Janna bangga dengan putrinya tersebut tapi juga sangat mencemaskan keselamatannya. "Aku bangga dengan putriku karena meski masih anak-anak ia sudah mengirimkan pesan pada dunia. Dia menceritakan rasa takutnya, apa yang ia asakan, dan masalah-masalah saat pergi ke sekolah," ujar Nawal. "Tapi aku juga takut terjadi apa-apa padanya, ketika tentara muncul saat tengah malam dan menyemprotkan gas air mata, kami bangun dengan asap di mana-mana. Mereka menyerang orang-orang kami yang berdemo melawan para pemukim dan pendudukan Israel."
Paman Janna, Bilal juga merasakan ketakutan yang sama seperti Janna tapi juga menyadari kalau anak-anak Palestina tak punya banyak pilihan. "Dia seharusnya bermain dan belajar, tapi di situasi ini kami tak bisa memilih. Kami harus mengajari anak-anak kami agar jangan mau dihina dan jangan jadi pengecut. Kami sedang dijajah. Kami tak bisa menyuruh anak-anak kami diam. Mereka harus memperjuangkan kemerdekaan mereka," papar Bilal.
Setelah namanya dikenal tahun 2014 lalu, Janna dinobatkan sebagai salah satu reporter amatir termuda di dunia. Ia pun kemudian bersama ibunya bepergian ke Jerussalem, Hebron, Nablus, dan Jordan untuk membuat video dan mengunggahnya di dunia maya.
Janna pun punya impian besar. Ia ingin belajar jurnalisme di Harvard dan bekerja di CNN atau FOX News. Ia ingin menyuarakan lebih banyak hal soal Palestina.
Tak mudah tumbuh dan hidup di daerah konflik. Janna menjadi salah satu sosok yang sangat inspiratif. Di usianya yang masih sangat belia ia sudah berjuang menyuarakan kebenaran. Semoga cita-citanya nanti bisa terwujud, ya Ladies.
- Imertha Garcia: Proses Panjang Untuk Memutuskan Berhijab
- Lebih dari 100 Surat Kutulis untuk Murid-Muridku, Alasannya...
- Meski Dia Anak Adopsi, 15 Tahun Sudah Kami Merawatnya dengan Hati
- Bukan Medali Tujuan Utamaku, Melainkan Senyuman Mereka
- Di Balik Senyumku Saat Wisuda, Ada Cobaan Berat yang Kulalui