Dalam sebuah talk show di sebuah stasiun radio di Jogja, beberapa waktu lalu, seorang gadis muda bertanya kepada komunitas single parents: "Lalu, apa yang harus kami lakukan agar perkawinan kami nanti, 'maaf' tidak seperti yang anda alami?"
Ribuan penasihat rumah tangga, ribuan jam mengikuti seminar dan konselling bersama premarital course atau kursus lainnya, ribuan kalimat motivasi yang ada di buku - buku bimbingan pernikahan, bahkan ribuan tahun umur ilmu dan pengetahuan manusiapun tak menjadi sebuah jaminan langgengnya rumah tangga. Bahkan para psikolog, motivator, trainer, negarawan, bahkan ustadz dan kyaipun juga tak luput dari yang namanya perceraian. Kurang apakah ilmu mereka? Kurang bagaimana bijaksananya mereka? Yang bisa menjamin rumah tangga anda berdua nanti akan tetap langgeng selamanya hanyalah Anda berdua. Yang harus disamakan terlebih dahulu sebelum naik ke pelaminan dan mengarungi samudera kehidupan dalam 'sebiduk berdua' adalah TUJUAN.
Tentukan dan temukan. Apa tujuan Anda berdua melangsungkan pernikahan? Apa tujuan Anda membagi kehidupan? Apa tujuan Anda memberikan segalanya kepada seseorang yang belum tentu Anda kenal dan pahami seluruhnya?
Advertisement
Seorang ibu, single mom berputra satu, yang sedari awal acara diam, menjawab dengan perlahan: "Tujuan yang pertama ibadah, tujuan yang kedua ibadah dan tujuan terakhirnyapun juga ibadah."
Bagi si gadis belia penanya, yang mungkin berpaham lebih modern, materialistik dan cenderung sekuler seperti kebanyakan anak muda jaman sekarang, jawaban ibu tadi mungkin tak memuaskan dan tak meyakinkan. Karena, setelah pencarian jodoh dan pasangan ideal yang dilakukan dengan berbagai cara dan jalan, yang tergambar dan tersimpan di benaknya tentang rumah tangga impian adalah: suami yang gagah tampan, punya pekerjaan, rumah mewah berkecukupan, di garasi komplit berjejer kendaraan dan anak - anak yang cantik serta selalu manis berkelakuan.
Sindrom 'Cinderella' yang banyak didapati menghinggapi remaja - remaja kita yang hidup dalam pengaruh media kekinian. Dan tujuan perkawinannya adalah dipersunting pangeran rupawan, diboyong ke sebuah kastil megah dan nyaman, dengan dimanjakan oleh puluhan pelayan. Ibadah? Bagi mereka bukanlah tujuan perkawinan yang tak pernah masuk dalam hitungan dan pertimbangan. Kenyataannya demikian.
Ijinkan saya menegaskan apa yang dikatakan oleh ibu, single mom berputera satu, salah satu perintis #SPINMOTIONyang telah belasan tahun menjalani hidupnya sendirian karena sebuah perceraian, dengan sebuah kalimat yang sebenarnya sering kita dengarkan. Walau kutipan dari Al Quran, namun saya yakin ajaran agama manapun juga memiliki pemahaman yang sejalan;
"Tidak aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembah (beribadah) padaKU!"
Sebuah pernyataan yang putus, lugas, tuntas, yang menjelaskan tentang tujuan penciptaan manusia dan juga keberadaan tiap makhluk di alam semesta ini. Lalu, jika tujuan hidup semua manusia (tak terkecuali) di dunia ini adalah untuk beribadah, kenapa tujuan perkawinan dianggap khusus dan boleh berlainan? Kenapa tujuan perkawinan tak lagi menjadi hak Tuhan? Mungkin inilah penyebab, Indonesia menjadi negara tertinggi di Asia Pasifik untuk urusan perceraian. Dan jumlahnya terus meninggi dari jaman ke jaman, hingga nanti tiba panggilan di atas semua panggilan, yang tak bisa dielakkan.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom
Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
- Agar Tetap Kompak Dengan Calon Ibu Mertua (Kamu Harus Coba)
- Suami Pakai Kutek di Jari Kelingkingnya, Alasannya Mengharukan
- Cara Mudah Tetap Mesra dengan Suami
- Studi: Berhubungan Intim Saja Tidak Menjamin Hubungan Bahagia
- Menjaga Tubuh dan Pikiran Tetap Tenang hadapi Stres
- Setelah Menikah, Penting Hidup Terpisah dari Orang Tua