"Dengan cara yang tidak terduga, hidup kadang akan melemparkan penggalan kisah menyakitkan tepat di wajahmu. Jika kisah menyakitkan itu biasanya hanya kamu dengar atau kamu baca dari kisah orang lain, akan ada saatnya hidup memaksamu melaluinya juga..."
Itulah kira-kira sepenggal isi hati yang coba diungkapkan oleh Kadia Blagrove dalam Xojane.com. Seperti dihantam meteor, ia sama sekali tak menyangka kisah cintanya yang manis berubah menjadi pahit dan pedas setelah memergoki kekasihnya berkencan dengan wanita lain.
Dia pria baik-baik (kan?) ..
Advertisement
Tak butuh waktu lama sejak saling mengenal hingga kamu melakukan kencan pertama. Dia seorang pria yang mempesona, sederhana, dan tampak seperti pria baik-baik. Sama sekali tidak ada tanda-tanda 'playboy' dalam dirinya. Ia juga sangat menghargai aku dan hal-hal yang tidak aku sukai. Semuanya berjalan sangat baik dan lancar.
HTS
Tiga bulan kemudian, ia mulai menyebutku sebagai pacarnya. Kamu tidak pernah benar-benar jadian, dan aku sendiri juga tidak pernah bertanya, aku ini dianggap sebagai apa? Jadi, aku rasa tidak ada salahnya jika aku juga menyebutnya sebagai pacarku.
Kami sepakat untuk menjalin hubungan spesial, meski aku masih tidak yakin ini hubungan sebagai sepasang kekasih atau bukan. Saat akhirnya aku berani bertanya apa status kami, ia hanya menjawab dengan, "aku tidak ingin ada 'label' apapun, tapi kamu tahu apa artinya kamu bagi aku.'" Tentu saja hal ini sangat membingungkan, meski orang lain menganggap kami sebagai sepasang kekasih. Ia juga kerap cemburu jika ada pria yang berusaha mendekatiku. Kami lebih sering menghabiskan waktu bersama. Ia juga sempat mengajakku untuk bertemu kakaknya. Bahkan, aku pernah beberapa kali berbicara dengan ibunya di telepon.
Semua tampak baik-baik saja, hingga aku tidak lagi mempermasalahkan 'status' kami.
Tapi ternyata aku salah ..
Dalam beberapa hari terakhir, ia mulai berubah dan tidak seperti biasanya. Ia juga tidak menjawab telepon dan membalas pesanku. Singkat cerita, malam itu aku bertemu dengan salah satu sahabat untuk makan malam. Aku juga sempat bercerita padanya tentang pria itu, dan berpikir mungkin lebih baik aku segera mengakhiri hubungan kami.
Selesai makan, aku pun singgah di apartment sahabatku itu, yang ternyata ada di lingkungan yang sama dengan tempat tinggal pacarku. Hal itu pun mau tidak mau membuat aku tidak nyaman dan gelisah, hingga akhirnya sahabatku mengajak untuk nongkrong. Karena sudah malam dan dia tidak ingin bepergian jauh, maka kami singgah di bar terdekat, bar yang sering aku datangi bersama pacarku. Saking seringnya, bartender dan pekerja lain di sana mengenal kami berdua.
Saat masuk ke dalam bar, aku setengah bercanda dengan sahabatku sambil berkata, "bayangkan jika dia ada di dalam sini bersama wanita lain." Belum juga mulut ini tertutup, aku benar-benar melihatnya duduk di sana, di tempat kami biasa duduk, bersama wanita lain. Ia sedang menatap wajah wanita itu sambil merangkul pinggangnya. Si bartender menyadari kedatanganku, dan ia hanya bisa menatapku iba. Aku yang sangat terkejut hanya bisa berlari keluar sambil menangis. Sampai-sampai seorang penjaga yang melihat kejadian itu memelukku erat sambil berusaha menenangkan.
Lalu aku menyapanya ..
Sahabatku pun akhirnya menawarkan pilihan, aku ingin menyapanya atau pulang saja. Setelah membulatkan tekad dan menenangkan diri, aku berjalan kembali masuk untuk menghampirinya. Ia sedang tertawa dan bercanda dengan wanita itu saat aku menyapanya. Ia menatapku sangat terkejut dan kemudian kembali menatap wanita itu. Dan apa yang terjadi selanjutnya? Ia pura-pura tidak mengenalku! Maksudku, bagaimana mungkin pria yang beberapa hari lalu masih mengirimkan lagu cinta dan cemburu saat aku berbicara dengan pria lain, kini pura-pura tidak mengenalku!
Ia pun kemudian kabur ke kamar mandi dan meninggalkanku berdiri di sana, di samping wanita itu. Saat aku meminum minuman yang ditawarkan sahabatku, wanita itu berkata "aku suka rambutmu". Aku pun menatapnya. Ia cantik dan punya senyum yang indah. Setelah aku menjawabnya dengan terima kasih, ia pun berani memulai obrolan. Ia kira aku hanya wanita biasa yang iseng menyapa pria itu. Ia bahkan bertanya, minuman apa yang cocok untuknya dan kekasihku. Really?
Bukannya menjawab, aku malah bertanya, apakah pria itu kekasihnya? Katanya bukan, ia bercerita bahwa itu hanya kencan biasa, tapi mereka sudah beberapa kali bertemu sebelumnya. Tak tahan lagi, aku pun memberitahunya bahwa pria itu adalah pacarku. Tentu saja ia sangat terkejut. Dan aku meninggalkan tempat itu.
Dia salah kan? Mengapa ia tidak minta maaf?
Aku menghabiskan sisa malam dengan menangis di tempat sahabatku. Tapi ia bahkan tidak menelepon atau mengirimkan pesan. Seharusnya ia setidaknya mengirimkan satu pesan permintaan maaf, bukan?
Barulah keesokan harinya, dan hari-hari selanjutnya, ponselku tidak berhenti berbunyi. Semua itu adalah telepon, pesan, dan email darinya. Namun tidak ada satupun yang berisi permintaan maaf. Semuanya hanya sapaan, dan permintaan agar aku menjawab teleponnya. Hal itu terus berlanjut hingga beberapa bulan berikutnya.
Aku sangat terluka..
Hubungan kami hanya berjalan selama 6 bulan, tapi aku butuh waktu lebih lama untuk melupakannya. Aku sangat jatuh hati padanya. Tapi hubungan kami justru berakhir dengan cara yang sangat menyedihkan. Tentu saja aku beberapa kali berpikir, bagaimana jika aku membalas pesannya. Apa yang akan ia katakan? Tapi tidak, aku tidak akan melakukannya. Aku sudah cukup tahu bagaimana dia memperlakukanku di pertemuan terakhir kami.
Lalu akhirnya, dengan memaksakan logika dan keegoisan, aku bisa melupakannya. Demi menghormati dan menghargai diriku sendiri, aku tidak akan membawa ia kembali ke hidupku. Aku pun tidak lagi membiarkan rasa penasaran dan amarah mengendalikan diriku, demi kebaikanku sendiri.
You know what, Ladies, memaafkan adalah cara paling baik untuk menyembuhkan sakit hati. Karena selama amarah, dendam, kebencian, dan rasa tidak terima masih menguasai hatimu, jangankan melupakannya, mendengar namanya saja hatimu akan menjerit kesakitan..
- Calon Suami Sahabatku Memperkosaku, Hidupku Hancur Namun Mereka Tetap Menikah
- Suamiku, Semudah Inikah Aku Dicampakkan Demi Wanita Lain?
- Tanpa Kecurigaan, Tiba-Tiba Suami Meninggalkanku Begitu Saja Demi Kekasihnya
- Untuk Kekasihku Yang Pergi Selamanya, Aku Tetap Mencintaimu
- Kekasihku, Andai Kamu Datang 30 Detik Lebih Cepat, Kita Masih Bersama..