Saya memiliki teman dekat, lama-lama saya nyaman dan suka padanya. Apa yang harus saya lakukan?
-oOo-
Halo, saya SM, 22 tahun dari Manado
Advertisement
Saya mempunyai teman pria yang sudah berteman hampir 6 tahun. Kami berteman baik sejak dulu dari bangku sekolah sampai kami kuliah sekarang, meskipun kami berbeda kampus.
Dari dulu dia selalu ada pada saat saya membutuhkannya, setiap saya minta tolong dia selalu bisa membantu saya. Kami selalu berkomunikasi lewat hp. Jika ia membuat kesalahan saya akan marah dan dia akan terima saja ketika saya marah. Karena sudah terbiasa dengan dia terkadang saya meminta dia membelikan saya sesuatu dan ia juga setuju. Terkadang saya juga meminta dia mengerjakan tugas kuliah saya, dan dia tidak menolak.
Kalau kami bertemu, dia selalu memberikan hpnya kepada saya, sekarang dia bahkan terkadang memegang tangan saya dan bersikap agak manja kepada saya. Jika ada wanita yang mendekati dia, dia selalu memberitahu saya. Dia selalu menceritakan kesehariannya. Di hpnya tidak ada pesan dari wanita lain selain saya.
Beberapa bulan ini saya merasakan hal yang aneh, saya merasa saya mulai menyayanginya, saya takut untuk kehilangan dia, saya mencoba untuk menolak itu semua dan mengingat kembali bahwa dia adalah teman yang baik hati tidak lebih dari itu. Saya bingung apa yang harus saya lakukan. Bagi saya perasaan ini salah, seharusnya tidak boleh begini.
Saya selalu menentang perasaan ini, tapi logika dan perasaan saya tidak sejalan.
Tolong saya, Vemale.
(vem/setipe/apl)Advertisement
Solusi Setipe
Hai, SM. Apa kabar? Wah ternyata benar ya, 7 dari 10 orang yang menjalin persahabatan dengan lawan jenis berakhir dengan rasa ingin memiliki yang lebih dari sekedar teman. Kalau tidak pandai menyikapinya, bisa terjebak friendzone. Nah lho! Daripada berakhir tragis karena mencintai dalam diam, lebih baik dikomunikasikan dari hati ke hati saja.[bullet]
[title]Perasaan tidak pernah salah.[/title]
[content]Sebagai seorang manusia biasa, kita tidak memiliki kendali untuk menghindari perasaan-perasaan tertentu, misalnya cinta. Buktinya, kita tidak pernah tau kan kenapa bisa menyanyangi orang lain? Tidak heran kalau terjadi konflik antara logika dan perasaan kamu. Kamu tidak ingin mengakui perasaan karena takut dia akan berubah dan tidak bisa dekat dengannya lagi. Apakah benar begitu? Hayoo..[/content]
[title]Speak up![/title]
[content]Kalau iya, hanya ada dua pilihannya. Diam, tanpa pernah tau bagaimana perasaannya terhadapmu. Atau bicara, tapi semua hal jadi jelas. Perasaan lega, status jelas. Kalau kamu bisa rela melihatnya bersama orang lain, tidak ada salahnya diam saja. Tapi kalau tidak tahan penasaran dan menyembunyikan perasaan, kamu bisa menyatakannya. Beda dengan nembak ya. Kalau menyatakan saja kan tidak perlu jawaban. Tapi siapa tahu kalau ternyata dia punya perasaan yang sama, kan.[/content]
[/bullet]
Nah, jadi kalau sudah tau perasaan tidak bisa dipaksakan, kenapa harus selalu disalahkan? Nikmati saja apa setiap suka dan duka nya. Lakukan apa kata hati kamu. Karena logika tidak selamanya tepat, dan hati tidak selamanya benar, kamu harus tetap berpikir sebelum bertindak. Kalau kata salah satu lirik lagu sih, ‘if you love someone just be brave to say…’.
-oOo-
Buat Anda yang ingin curhat tentang cinta, tim psikolog dari Setipe.com siap membantu. Boleh banget kirim curhatan Anda ke redaksivemale@kapanlagi.net dengan subjek email CURHAT VEMALE. Sertakan nama, usia dan kota tempat tinggal. Yuk curhat.. gratis dong..