Ketika Anda masih sering gelisah, merasa tidak bersyukur dan tidak terima dengan kehidupan yang Anda miliki sekarang, sudah saatnya bagi Anda untuk berpikir kembali dan berkaca kepada orang-orang di luar sana yang hidup dengan segala keterbatasan dan kekurangan mereka. Sadar atau tidak, mereka yang hidup dengan segala keterbatasan dan kekurangan, terkadang mereka justru merupakan orang-orang yang sangat sabar, berlapang dada dan penuh penerimaan. Seperti halnya keluarga berikut ini.
Dilansir dari laman merdeka.com, keluarga tersebut adalah keluarga I Wayan Labek (45). Ia adalah seorang pria yang menderita gangguan jiwa sejak 15 tahun yang lalu. Ia berasal dari Desa Susut Kaja, Kabupaten Bangli, Bali. Selama ini, ia hanya tinggal di sebuah gubuk sederhana yang bahkan bisa dibilang telah rusak dan jauh dari kata layak. Gubuk itu sendiri terletak di antara celah gang yang sesak dan berdebu.
Advertisement
Selain tempat tinggalnya yang ala kadarnya, yang membuatnya menjadi lebih mengharukan dan menyentuh hati adalah, selama ini pria paruh baya tersebut dirawat oleh kedua saudaranya yang menderita tuna wicara (bisu) dan tuna netra (buta) sejak lahir. Kedua saudaranya tersebut bahkan tidak memiliki pekerjaan tetap. Untuk biaya hidup sehari-hari, keluarga ini biasa dibantu oleh tetangga dan warga sekitar. Sungguh ironis dan menyedihkan memang. Namun, meskipun tak memiliki pekerjaan dan menderita tuna wicara serta tuna netra, mereka tak pernah meminta-minta ataupun menerima bantuan orang lain dengan cuma-cuma.
Ni Made Gendok yang tuna wicara dan I Ketut Lapar yang tuna netra akan menerima bantuan yang diberikan warga setelah mereka melakukan hal berguna bagi warga. Gendok akan bekerja sebagai tukang pijat untuk mendapatkan biaya hidup. Salah seorang warga mengatakan
"Orang yang minta dipijat oleh Gendok tidak semua ingin dipijat. Mereka merasa kasihan pada Gendok dan kehidupannya. Karena Gendok pantang menerima bantuan yang diberikan secara cuma-cuma, warga berinisiatif meminta ia memijat agar warga bisa memberikan bantuan padanya.
Beberapa waktu yang lalu, Gubernur Bali yakni Made Mangku Pastika meninjau rumah keluarga ini. Saat masuk ke dalam rumah dan mengetahui kondisi salah satu warganya tersebut, Gubernur mengaku terenyuh dan iba. Ia mengatakan
"Saya berharap aparatur desa setempat di Bali membuka mata. Mari kita menolong sesama yang membutuhkan bantuan. Sungguh miris mengetahui kondisi ini telah dialaminya belasan tahun sedangkan ia luput dari perhatian pemerintah setempat."
Pastika juga menambahkan "Saya bersyukur ini sudah ada yang mau membantu, tapi kalau kondisinya sama-sama susah, inilah yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Fakir miskin adalah tanggung jawab kita bersama. Rumah ini perlu direhab dan dibersihkan agar keluarga ini bisa hidup lebih layak dan lebih sehat dari saat ini."
Ladies, sungguh mengharukan dengan apa yang menimpa keluarga ini ya. Semoga saja, setelah ini, mereka bisa mendapatkan perhatian yang lebih baik dari pemerintah setempat dan masyarakat sekitar. Semoga pula, setelah ini, keluarga ini bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih layak.
- Pantang Menyerah, Satpam Muda Terus Belajar Walau Pakai Penerangan Lampu Jalan
- Kakek Huang Yung-fu, Seorang Penyelamat Untuk Desa Pelangi di Taiwan
- Dua Wanita Tunanetra, Persahabatan Mereka Membawa Sebuah Pesan Indah
- Kisah Menyentuh Hati: Saat Anak Kembar Kami Berbeda Kondisi Kesehatan
- Memilih Hidup Sendiri, Kisah Nenek 107 Tahun Ini Sungguh Menyentuh Hati