Setiap anak pasti tidak akan tega melihat ibunya menderita dan tidak berdaya. Terlebih lagi, saat sang ibu memohon untuk dibebaskan dari penderitaan. Andai bisa, seorang anak pasti akan membebaskan ibunya dari penderitaan, namun kadang tak semudah itu. Kira-kira itulah gambaran kisah yang dialami oleh Linda Kelsey, yang ia ceritakan dalam dailymail.co.uk. Ibu Linda mengalami sakit parah dan berharap penderitaannya segera berakhir. Ia sangat berharap bisa mewujudkan keinginan ibunya, yaitu meninggal dengan tenang.
Dua minggu yang lalu, Cuba, anjing saya tercinta yang berusia 12 tahun mati dengan tenang. Tentu saja saya tahu bahwa proses pemakaman akan terasa sangat berat. Bukan hanya itu, beberapa hari setelah kematian Cuba, saya terus menerus dibayangi kenangan indah bersamanya. Hal itu sangat mengganggu, dan membuat saya teringat pada ibu saya yang berusia 87 tahun, dan kondisi kesehatannya yang semakin memburuk. Saya pun akhirnya menarik kesimpulan yang bagi sebagian besar orang terkesan keterlaluan, yaitu bahwa ibu saya layak mendapatkan kematian yang "indah" seperti anjing saya.
Advertisement
Ini yang terjadi pada ibu saya yang cantik dan baik hati. Sudah 25 tahun sejak ia didiagnosis menderita parkinson pada usia 62 tahun. Diikuti dengan gangguan kecemasan serta depresi akut, yang membuatnya semakin "menjauh" dari dunia luar. Saat ini, ia hidup dengan perawatan intensif di rumah. Tubuhnya sangat kurus, dan ia memiliki lebam keunguan di sekujur tubuhnya akibat pembuluh darah yang pecah jika terkena sentuhan.
Ia tidak bisa berjalan, dan tidak bisa melakukan kegiatan lain sendirian. Ia hanya bisa makan makanan halus, namun berantakan ke mana-mana, dan minum teh dengan tangannya yang bergetar. Ibu tidak lagi membaca atau menonton TV. Suaranya nyaris tak terdengar, dan ia sering merasa kebingungan. Ibu masih bisa mengenali saya dan saudara saya, dan kami masih sedikit bercakap-cakap. Dengan bantuan saya, ibu juga masih bisa mengisi teka-teki silang.
Hati saya hancur menyaksikan ibu menderita, dan sangat bergantung pada orang-orang yang merawatnya. Sejak didiagnosis dengan penyakit ini, ibu tampak seperti dihadapkan pada dua pilihan: menyerah pada hidup, atau menikmati sisa hidupnya. Faktanya, bisa dikatakan bahwa parkinson hanyalah gangguan kecil pada kesehatannya, jika dibandingkan dengan kecemasan dan depresi yang ia alami.
Keadaan juga berbeda saat ayah masih ada, dan setelah ayah tiada ..
(vem/reg)Advertisement
Semenjak Ayah Sakit, Keadaan Semakin Memburuk
Dulu sebelum keadaannya semakin parah, ibu sempat mendapatkan dukungan dan perawatan penuh dari Sam, ayah saya. Selama bertahun-tahun, mereka masih sempat berlibur beberapa kali dalam setahun. Saya dan saudara saya rajin menjenguk keduanya, karena kami tinggal terpisah. Lalu kemudian ibu jatuh, yang membuat tulang pinggulnya patah. Ibu pun semakin susah berjalan sejak saat itu.
Delapan tahun yang lalu, ayah saya yang berjarak 13 tahun dari usia ibu, jatuh sakit pada usianya yang ke 92 tahun. Ayah tidak bisa lagi merawat ibu, jadi kami terpaksa menjual rumah mereka untuk biaya perawatan intensif di rumah, bagi mereka berdua. Beberapa bulan kemudian, ayah meninggal dunia.
Dan ibu semakin menderita ..
Next
Sejak delapan tahun terakhir, ibu menerima perawatan intensif di rumah. Dan dalam 5 tahun pertama, dalam setiap kunjungan saya untuk menjenguknya, ia selalu mengatakan "Aku ingin mati. Lepaskan aku dari penderitaan ini". Dan saya hanya menjawab bahwa saya tidak bisa melakukan itu, saya tidak mungkin melakukan itu. Saya kira ada masalah dengan perawatan yang ia jalani, atau karena ia merasa kesepian. Tapi saya dan saudara saya, serta cucu-cucu ibu rajin mengunjunginya.
Saya terlalu sering mendengar kata "aku ingin mati", hingga saya merasa bahwa ibu benar-benar ingin mati. Dan demi ibu, saya juga berharap ia bisa meninggal, jika itu memungkinkan.. Tiga tahun terakhir, ibu sudah tidak mengatakan itu lagi. Namun saya tahu, itu karena ia sudah tidak punya kekuatan untuk mengatakannya.
Kejadian ini sangat erat hubungannya dengan kematian Cuba ..
Advertisement
Kisah di Balik Kematian Cuba
Kembali ke cerita tentang Cuba. Pada saat-saat terakhir sebelum kematiannya, ia semakin melemah. Saat masih kecil, saya tidak mungkin bisa berada di dekatnya dalam waktu yang lama, karena ia selalu berlarian. Namun menjelang hari akhir, saya bahkan harus menyeretnya agar ia mau berjalan. Tiga minggu yang lalu, Cuba sama sekali tidak bisa berjalan selama dua hari penuh. Saya pun membawanya ke dokter untuk diperiksa, dan ia didiagnosa menderita Immune-Mediated Hemolytic Anaemia, di mana sel-sel darah merah mulai merusak diri. Ia harus menerima transfusi darah.
Dokter juga mengatakan bahwa mereka tidak bisa menyingkirkan kanker dari tubuh Cuba. Salah satu solusi yang harus saya pertimbangkan adalah eutanasia, atau suntik mati. Saya harus cepat memutuskan, karena transfusi darah harus segera dilakukan dalam beberapa jam. Saya pun berdiskusi dengan Thomas putra saya, dan ia setuju untuk membuat Cuba "tidur", karena itu adalah solusi terbaik.
Sebelum prosedur tersebut dilakukan, kami mengumpulkan orang-orang yang dekat dengan Cuba. Saya, Thomas, Ronny kekasih saya, dan ayah Thomas (mantan suami saya). Menjelang tengah malam, kami berempat berkumpul mengelilingi ranjang Cuba. Kami menciumnya, memegang kakinya, dan Cuba masih tampak senang melihat kami. Lalu sesaat setelah dokter memberikan suntikan, Cuba pun pergi. Tanpa ketakutan, tanpa erangan atau gonggongan, dengan sangat tenang, seperti saat ia tertidur di malam hari.
Andai ibu bisa tidak perlu menderita lagi, seperti Cuba ..
Aku Ingin Mewujudkan Keinginan Ibu ...
Berbicara tentang eutanasia, hingga saat ini masih banyak perdebatan dan pertentangan tentangnya. Eutanasia dianggap akan disalah gunakan, untuk membunuh orang yang sebenarnya masih ingin hidup. Sehingga eutanasia dianggap ilegal. Tapi dalam otak saya hanya ada pikiran: saya harap ibu bisa meninggal seperti Cuba. Dengan dokter yang "mengirimnya" pergi, serta saya dan saudara saya berada di sampingnya, memegang tangannya, dan mengucapkan selamat tinggal.
Jika eutanasia legal, saya akan melakukannya meski dengan berat hati. Saya ingin mengabulkan keinginan yang ibu sampaikan saat ia masih mampu mengungkapkannya. Saya tidak akan merasa bersalah. Ini akan menjadi anugerah yang menyedihkan.
Tidak lama lagi, saya akan menerima abu kremasi Cuba. Kami akan pergi ke Hampstead Heath, tempat favorit Cuba untuk bermain, berenang, atau sekedar berlarian. Kami akan menaburkan abu itu di sana, sembari mengenang masa-masa indah yang kami lalui bersamanya.
Saya harap saya bisa melakukan hal yang sama untuk ibu..
Yang terlintas di pikiran orang lain saat mendengar pengakuan Linda mungkin adalah 'jahat', 'tega', atau 'keji'. Namun jika Anda pikirkan lagi, Linda tentu sudah tidak mampu melihat ibunya menderita dan memohon untuk dilepaskan dari penderitaan itu, sementara Linda tidak bisa melakukan apa-apa. Lalu, Anda akan mengerti mengapa Linda menginginkan hal itu. Semoga Linda dan keluarga kuat, dan sang ibu diberikan jalan terbaik untuk lepas dari penderitaan yang sedang dialami.