Kita mungkin tak bisa mengingat setiap nama pahlawan yang berjasa untuk negeri. Tapi kita semua bisa merasakan hasil perjuangan mereka detik ini. Setiap tetes keringat para pahlawan, semua yang telah mereka korbankan tak pernah ada yang sia-sia.
Abu Wahab, veteran perang Trikora ini sudah meninggal sepuluh tahun lalu. Dilansir dari merdeka.com, ia meninggalkan Jena Mudin (62) yang kala itu berusia 42 tahun dan lima anak dalam keadaan yang cukup memprihatinkan. Sebagai pahlawan perang pembebasan Irian Barat, perjuangan serta pengorbanannya untuk negeri tentu sangatlah besar.
Fihmi, anak ketiga Abu dan Jena mengisahkan, sekembalinya dari Irian Barat (Irian Jaya), Abu kembali menjadi warga biasa. Sehari-hari Abu bekerja sebagai buruh tani biasa. Sementara itu, pemerintah memberi dana pensiun sebesar 2 juta rupiah setiap bulannya. Dana itu mulai diterima Abu sejak tahun 1996. Kemudian dana tersebut diterima anak bungsunya sebagai wali sebesar Rp 900 ribu karena dipotong pinjaman.
Advertisement
"Ibu menerima Rp 900 per bulan karena dipotong pinjaman. Bapak dulunya terima sejak tahun 1996 sebesar Rp 2 juta tiap bulannya," lanjut Fihmi.
Sepeninggal Abu, ada satu hal yang tak bisa dilupakan oleh keluarga. Yakni tentang sumpah keramat Abu agar anaknya tak bisa menjadi tentara. Kala itu, menurut penuturan Fihmi, ketika perang berkecamuk, Abu tertembak musuh di paha kirinya. Rasa sakit yang dirasakannya saat itu sangat kuat, ia pun berketetapan hati supaya anaknya tak merasakan hal yang sama di kemudian hari. "Saya dan adik saya pernah tes masuk tentara namun gagal. Bapak dulu pernah cerita jika ia sudah bersumpah karena agar kami tidak lulus tes masuk tentara. Mungkin karena sakit tertembak di paha kirinya itu," kenang Fihmi.
Meski demikian, setelah peristiwa itu, Abu tetap mendukung anaknya menjadi tentara. Namun dia dan adiknya tetap tak lulus meski telah mengikuti tes beberapa kali. "Tapi dia masih punya keinginan agar anaknya ikut tentara. Mudah-mudahan ada cucunya yang bisa nanti," papar Fihmi.
Tahun ini, rumah mendiang Abu mendapatkan program bedah rumah. Saat dikunjungi BUMN dalam program bedah rumah, Jena nampak meneteskan air mata. Dia tak menduga, rumah yang tak sempat dinikmati suaminya itu kini bisa mendapat bantuan pembangunan dari BUMN. Melalui Fihmi, Jena mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya kepada tim BUMN yang dipimpin oleh Dirut PT Pelni Elfien Goentoro.
"Terima kasih kepada BUMN yang bantu rumah kami. Kami bangun tahun 2002. Sebelumnya rumah lama dari semen juga. Rumah ini dipakai ketika bapak (Abu Wahab) mulai sakit dan akhirnya meninggal. Saya merasa terharu karena BUMN punya perhatian dengan para veteran. Tapi kasihan, bapak tidak menikmati," tutur Fihmi dengan urai air mata di kediaman mereka di kelurahan Sulamadaha RT 01/ RW 01, kecamatan Pulau Ternate, Maluku Utara, Minggu (16/7).
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN, Pontas Tambunan dalam sambutannya mengatakan, bantuan BUMN kepada keluarga Abu Wahab merupakan suatu ungkapan terima kasih kepada para veteran atas kontribusi mereka bagi negeri ini. Ia melanjutkan, dengan adanya bantuan tersebut diharapkan bisa menghadirkan kenyamanan tersendiri dalam keluarga mendiang Abu Wahab.
"Kami datang membantu perbaiki rumah Ibu. Semoga jasa bapak tetap menjadi semangat kita generasi penerus bangsa. Semoga ibu dan keluarga juga bisa menikmati hasilnya nanti," turut Pontas.
Di sisi lain, setelah menyerahkan bantuan, Pontas mengatakan jika bedah rumah akan dilakukan oleh para tentara yang telah dihubungi oleh pihaknya. "Nanti ada tentara yang rehab. Karena ini rumah veteran, para tentara mengaku punya tanggung jawab. Kami sudah hubungi mereka," tandas Pontas.
Ladies, kita doakan semoga para veteran dan keluarga diberi kesehatan, kedamaian, dan kenyamanan dalam hidup. Bagaimana pun negeri ini berhutang jasa besar pada mereka. Indonesia adalah negara yang besar, tinggal kita lah sebagai generasi penerus bangsa harus terus berjuang demi memajukan negara indah ini.
- Memilih Hidup Sendiri, Kisah Nenek 107 Tahun Ini Sungguh Menyentuh Hati
- Kuajak Wanita Asing Makan Bersama dan Kisah Kami Disukai Jutaan Orang
- Wanita Baik Hati Bayar Tiket Parkir Ibu Yang Anaknya Sedang Sakit
- Selamat Jalan Suamiku, Kelak Kita Akan Bertemu Kembali di Surga-Nya
- Kisah Menyentuh Hati Kakek 69 Tahun Yang Bekerja Sebagai Penyapu Jalan