Tulisan ini dikirim oleh Sahabat Vemale bernama Magda Lena.
-oOo-
Sampai hari ini menjadi wanita yang baik namun tetap menawan menjadi semakin begitu sulit. Ada banyak orang berlomba mendapatkan pengakuan kecantikan yang utuh dengan merias wajah, ada yang memilih terlihat menawan dengan sejumlah prestasi yang membanggakan dan dianggap oleh orang sekitar. Karenanya, makin sedikit kita melihat ada wanita yang berbeda, semua seakan seragam dengan model fisik yang sama, yakni putih, tinggi, bersih, berambut panjang.
Advertisement
Banyak orang juga sepakat bahwa pandai itu ketika berhasil meraih gelar yang tinggi dengan nilai terbaik, kemudian ditambah lagi dengan prestasi karir yang sukses di mata dunia ini, yakni kala uang yang dihasilkan cukup membiayai bukan hanya makan sehari-hari, namun juga kebutuhan sekunder dan tersier. Belum lagi ditambah tuntutan sempurna seorang wanita ketika berhasil mendapatkan pria yang mapan dan baik, yang menjadi pria pengayom kehidupannya. Mungkin, di jaman sekarang itulah kebahagiaan yang banyak dicari dan diusahakan banyak orang, secara khusus wanita.
Wanita sering terjebak pada kecantikan fisik semu
Sebenarnya membedakan kodrat dengan perjuangan bukanlah perkara mudah. Selain dituntut menjadi pribadi yang kuat, wanita masa muda kini dituntut untuk secara pribadi bisa menyadari bahwa dirinya berarti dan memiliki potensi untuk mengubah banyak orang di sekelilingnya. Namun tuntutan itu penuh liku, karena banyak orang mempersepsikan kebahagiaan dan kesuksesan seorang wanita secara semu, dan beberapa dari kami wanita yang bodoh pada akhirnya terjebak dalam pandangan yang dibuat orang lain.
Demi mencapai apa yang namanya sempurna secara fisik, banyak dari wanita terjebak memilih cara instan sampai mengorbankan kesehatan. Padahal dalam hati kecil kami, kami sadar bahwa penampilan fisik bukanlah segalanya, apalagi semuanya itu akan luntur dan hilang seiring waktu dan usia kami. Fisik kami adalah anugerah, yang sudah diciptakan sempurna oleh Sang Pencipta, yang diciptakan memang berbeda satu sama lain karena keunikan. Tapi demi kelarisan suatu produk, atau sekedar keinginan pemuasan mata pria, beberapa dari kami sampai terlalu sibuk memikirkan fisik dibandingkan batiniah kami.
Mengejar pendidikan tinggi, namun lupa budi pekerti
Begitupun juga dengan pendidikan kami, tuntutan dunia yang terbiasa menilai kesuksesan dari gelar sering membuat kami kehilangan apa yang sebenarnya harus kami cari, yakni ilmu yang tidak dapat dinilai dan bukan sekedar nilai atau juga IP baik. Budi pekerti, nilai-nilai kebaikan, kesederhanaan sikap dan banyak hal berharga lainnya yang dapat kami gunakan kelak sebagai bagian ketika kami menjadi seorang ibu dan istri. Kami rindu menciptakan pendidikan yang kelak tak hanya sekedar demi pencapaian ambisi, tapi pendidikan yang juga memperjuangkan etika dan moral. Semuanya tentu demi menciptakan generasi yang baik bagi Indonesia di masa depan.
Pada akhirnya kami rindu juga dipertemukan dengan pasangan yang tidak sekedar melihat fisik maupun juga kepandaian kata-kata kami yang bisa saja menipu, tapi kami merindukan pria-pria yang mendukung kami untuk menciptakan nilai-nilai kebaikan dalam diri yang tak sirna seiring waktu, dan malah justru bertambah sepanjang waktu kehidupan. Mungkin jika dapat disimpulkan, kesulitan terbesar menjadi wanita masa kini ialah ketika kami terbodohi dengan perkara-perkara yang membuat kami semakin kehilangan kepercayaan diri kami sebagai seorang wanita atas hal-hal non esensi yang seakan-akan menjadi prioritas.
Kami wanita Indonesia, merindukan bisa tampil menarik dengan diri kami apa adanya, sesuai dengan anugerah Sang Pencipta, menjadi wanita berpendidikan yang bukan hanya pandai dan mengerti ilmu, tapi bagaimana mengaplikasikan ilmu yang ada dan jadi pandu bagi generasi masa depan bangsa. Bukan hanya sekedar mengejar ambisi, tapi berbagi hidup bagi anak kami, suami kami, keluarga kami, dan memberi sumbangsih bagi bangsa ini.
(vem/yel)