Sukses

Lifestyle

Masakan Khas Jawa Ternyata Menyimpan Sejarah Menarik, Penasaran?

Setiap daerah pasti memiliki masakan khas tersendiri. Setiap jenis makanan dan minuman tradisional pun ternyata punya cerita dan sejarahnya masing-masing. Untuk di Pulau Jawa sendiri, setiap masakan tradisional dengan cita rasa dan bumbu asli rempahnya punya sejarah menarik lho. Penasaran? Yuk, langsung kita simak uraiannya lebih jauh.

Joglo Patheya - Legendary Javanese Cuisines menyajikan sejarah masakan khas Jawa, seperti sejo jamblang, sego golong, dan manuk nom. Dari nama-namanya saja sudah unik, ya. Dan, sejarah setiap sajian masakan tersebut ternyata tak kalah menarik.

"Sego jamblang adalah makanan khas Cirebon yang pada awalnya diperuntukkan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah kabupaten Cirebon," kata Rahayu Ningsih, pemilik restoran Joglo Patheya - Legendary Javanese Cuisines di Kemang, Jakarta Selatan, Rabu 8 April 2015.

Foto: dok. Vemale

Lebih lanjut Rahayu menjelaskan juga alasan kenapa sego jamblang dibungkus dengan daun jati. Ternyata dibandingkan daun pisang, nasi yang dibungkus dengan daun jati bisa tahan lebih lama dan terasa pulen. Ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu kualitas nasi tetap terjaga dalam waktu lama.

Sejarah sego golong atau yang berarti nasi yang dikepal dan dibulat-bulatkan juga menarik. Menu ini ternyata sangat erat dengan tradisi kuliner masyarakat Jawa yang secara umum memiliki filosofi yang berarti bersatu. Pada masa KGPAA Mangkunegoro I (Pangeran Sabernyawa) dari Pura Mangkunegaran, menu ini juga menjadi favorit beliau. Beliau adalah salah satu pejuang yang bergerilya melawan penjajah selama 16 tahun (1740-1757).

"Pada waktu itu, menu ini menggunakan bahan yang cukup sederhana mengingat situasi pada masa itu adalah situasi prihatin dalam masa perjuangan. Terdiri dari nasi putih yang dikepal atau dibulatkan, dengan lauk urap sayuran, suwiran ayam, potongan tempe dan tahu serta sayur bening," jelasnya.

Selain itu ada manuk nom. Makanan unik ini sejenis puding yang dibuat dari paduan tape ketan hijau dan telor. Manuk nom disajikan sebagai makanan penutup pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII, pada tahun 1877-1921. Namun pada era Sri Sultan Hamengku Buwono (1921-1939) manuk nom disajikan sebagai hidangan pembuka.

"Seperti namanya manuk nom atau burung muda berbentuk menyerupai burung kecil. Ditata sedemikian rapi dalam wadah berbentuk daun lengkap dengan alas daun pisang, puding ini tampak menggugah selera. Belum lagi dekorasi emping melinjo yang terletak di atas puding tampak seperti sayap dan sangat unik sekali," ucap Rahayu.

Selain cita rasanya yang khas, masakan khas Jawa juga menyimpan cerita sejarah penting. Wah, sangat menarik, ya. Ladies, yuk kita lestarikan kuliner khas Indonesia ini!

(vem/yun/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading