Para psikolog Setipe.com yang memainkan peran sebagai detektif baru-baru ini menyelidiki kasus pertengkaran pasangan akibat ego yang tidak saling bersahabat. Mari kita teliti bersama!
Pelaku:
Satria dan Adinda yang hatinya belum tergerak untuk suatu perubahan
Advertisement
Kasus:
Satria bukanlah seorang satria baja hitam, melainkan kekasih dari Adinda. Keduanya saling mencintai satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Jika ada Satria, tentu ada Adinda, hingga kerabat sejawat dan teman-teman karib mereka pun sepakat memberikan label amplop dan perangko kepada mereka.
Satria dan Adinda berpacaran 5 tahun lamanya. Satria adalah seorang businessman muda yang percaya bahwa segala sesuatu yang ia miliki adalah hasil dari kerja payahnya. Berbeda dengan Adinda yang bekerja sebagai seorang penulis. Ia selalu percaya bahwa yang namanya rezeki, pasti tidak akan kemana-mana. Perbedaan ideologi dan latar belakang keluarga yang cukup signifikan tak jarang memicu pertikaian di antara mereka.
Bak sepasang kekasih pada umumnya, hubungan Satria dan Adinda juga mengalami pasang surut. Akan tetapi, setiap permasalahan yang mereka alami akan berujung kandas dengan kata ‘putus’. Dalam jangka waktu 5 tahun, Satria dan Adinda sudah 50 kali putus. Terhitung dalam 1 tahun, rata-rata mereka dapat mengucap kata putus 10x. Baik teman-teman Satria maupun Adinda, sudah mengadakan aksi tutup mulut akibat rasa lelah dalam menghadapi keduanya.
Putus nyambung? Maju mundur? Apakah itu aksi yang baik? Apa yang harus Adinda dan Satria lakukan?
Analisa:
Asal muasal pertikaian yang berujung dengan kata putus, sesungguhnya adalah hasil dari kedua ego yang enggan untuk mengalah. Bukan berarti Satria dan Adinda tidak saling mencintai. Namun, 2 kepala yang memiliki pemikiran yang sangat berbeda memicu peperangan yang tidak ada habisnya.
Permasalahan semacam ini sesungguhnya tidak hanya dirasakan oleh Satria dan Adinda. Untuk Anda yang di rumah dan merasa hatinya turut terpanggil, bacalah artikel ini, karena kami akan mengupas tuntas cara untuk meluruskan masalah-masalah yang terlanjur kusut ini. Saran utama para tim Setipe.com dalam rangka meluruskan benang ini dengan menginisiasi: Obrolan Menyamakan Frekuensi. Berbicaralah untuk saling menemukan hal terbaik yang bisa menjadi suatu solusi! Berbicara seperti apakah yang memang diperlukan? Mari cari tahu tipe bertengkar Anda dan tipe bertengkar Adinda dan Satria secara mendalam:
Advertisement
1. Kubu Diam vs Kubu Membully
Untuk mendapatkan satu musyawarah yang mufakat, sesungguhnya sangat dibutuhkan inisiatif kedua belah pihak untuk melakukan komunikasi dua arah yang seimbang. Untuk tim pembully, berhentilah menyudutkan! Karena dia yang diam bukan berarti mengiyakan, tapi bisa saja aksi diam adalah aksi untuk memendam atau keinginan untuk mengalah. Maka bicaralah dengan empat mata tanpa harus ada yang merasa disudutkan.
2. Kubu Mendominasi vs Kubu Tidak Mau Kalah
Berbeda dengan tipe yang pertama, tipe yang kedua adalah tipe yang terlalu banyak berbicara. Dorongan ego yang sebegitu besarnya, membuat tidak ada pihak yang mempunyai inisiatif untuk mengalah maupun mendengar. Maka, mulai sekarang, berhentilah untuk saling mencari kesalahan satu sama lain. Belajarlah untuk seimbang, karena nyatanya, kalian hanya saling menyakiti!
Advertisement
3. Kubu Diam vs Diam, Tiba-Tiba Meledak!
Kubu seperti ini adalah kubu yang membiarkan masalahnya berlarut-larut, sehingga masalah yang menumpuk dapat memicu kata putus yang dengan entengnya dapat salah satu dari mereka ucapkan. Kuncinya adalah berbicaralah wahai pasangan-pasangan di luar sana! Sesungguhnya bertengkar dengan adil dan sehat adalah hal yang menerapkan keadilan dalam berargumen dua arah.
Semoga kali ini detektif dapat membantu Anda memecahkan masalah maju-mundur-maju-mundur ini. Bukan berarti kami menganggap Anda sebagai Syahrini, tapi sesungguhnya sikap yang abu-abu dapat menyengsarakan Anda di kemudian hari. Atau sebagian dari Anda masih memiliki status yang abu-abu? Sepertinya Anda harus mencoba untuk berdua. *wink*