Perkenalkan saya Y. Saat ini saya menyayangi seorang pria, tapi entah kenapa besarnya cinta saya kepadanya membuat saya lupa cara menyayangi diri sendiri.
Di awal bertemu dulu, dia adalah sosok pria yang terbuka. Dia menceritakan hubungan yang berakhir pahit dengan mantannya. Dia pernah berencana menikah tetapi mantan kekasihnya memutuskan hubungan tanpa alasan yang jelas. Saat itu dia sangat terpuruk, ditambah lagi kondisi ibunya sakit parah.
Advertisement
Mendengar ceritanya, saya memberi masukan positif walau saya sendiri belum pernah mengalami hal seberat itu. Saya sempat merasa takut menjadi pelarian dia saja tetapi saya buang jauh-jauh pikiran negatif itu. Akhirnya kami menjalani hubungan, tidak lama kemudian dia memperkenalkan saya kepada keluarganya dan saya mendapat kesan positif saat itu.
Anehnya, setelah pertemuan itu dia berubah menjadi posesif, sampai mempermasalahkan urusan pekerjaan saya. Dia juga berani berbuat kasar kepada saya. Walau saat itu saya sangat terluka atas tindakannya, saya tetap memaafkannya dan berharap dia berubah.
Tidak banyak hal baik yang saya terima, bahkan saya mendengar kecemasannya jika saya akan berbuat hal yang sama dengan mantan kekasihnya. Saya seperti merasa mendapatkan hukuman saat menjalani hal ini, tetapi apa salah saya?
Saya terus meyakinkan kekasih saya jika setiap orang memiliki sifat berbeda, dan saya tidak pernah ragu memberikan kasih sayang padanya setiap hari. Saya membuat dia senyaman mungkin dan memberikan yang terbaik. Namun sebaik apapun usaha saya, dia selalu membicarakan kesakitan dan perjuangan masa lalunya tanpa memikirkan apakah saya terluka.
Saya sempat kesal dan marah namun tindakan saya malah melukai diri sendiri. Dia bertindak kasar lagi hingga banyak lebam di tubuh saya. Walaupun banyak lebam di tubuh saya, itu tidak sesakit perasaan saya. Saat itu tak ada satupun orang yang tau luka saya, karena ingin menutupinya.
Saya tetap memilih bertahan dengannya sampai saat ini. Jika kami bertengkar, saya tidak membela diri walau saya benar. Sering saya menahan tangis yang tak tumpah melihat betapa saya ingin menjaga hubungan kamu sebaiknya. Hanya itu yang bisa saya lakukan dan bisa membuat saya nyaman.
Hingga suatu, saya menemukan foto-foto masa lalunya yang tersimpan rapi. Karena saya tidak mau hal itu jadi masalah, saya tidak pernah membahas kepadanya. Ada hal lain yang menyakitkan, saya melihat sendiri dia memposting beberapa kali status di media sosial bawah dia jomblo dan banyak terungkap kebohongan di sana.
Saya tak pernah menanyakan padanya, berharap dia jujur. Rasa sakit itu saya simpan hingga sekarang. Entah monster apa yang ada di dalam dirinya, di depan saya dia begitu tulus, akan tetapi kenyataan itu menyakitkan
Beberapa minggu lalu saya putuskan untuk jujur tentang apa yang saya rasakan, tetapi tamparan yang saya dapatkan.
Saya begitu menyayanginya, bahkan tidak pernah menuntut apa pun. Saya merawat dan membantunya dalam keadaan sesulit apapun. Saya selalu siap siaga di sisinya dan berusaha jadi teman terbaik di hidupnya. Tetapi saat ini saya tidak hanya terluka, saya sudah hancur sampai tak ada setetes air mata pun yang keluar.
Apa yang harus saya lakukan saat ini? Saya sudah tidak punya keyakinan untuk berjuang. Mohon dibantu solusinya.
Terima kasih
JAWABAN:
Dear Y,
Pasangan kamu sepertinya belum move on dari rasa sakit serta kekecewaannya pada mantan kekasih, akhirnya kamu dijadikan sebagai pelampiasan rasa kecewa dan takut yang dia miliki. Ada baiknya kamu lebih mementingkan kebahagiaan dirimu dan masa depanmu. Hati-hati mengartikan rasa sayang dan cinta, jangan sampai salah menafsirkan artinya. Cinta itu harusnya bisa saling membaikkan satu dengan yang lain, bukan malah saling mencederai dan melukai diri kalian masing-masing.
Apakah memang kamu benar-benar mencintai dia? Ataukah hanya obsesi untuk mengubah perilakunya saja? Jika kamu berharap dia bisa berubah dan jadi lebih baik dengan cara kamu tetap bertahan menerima segala sesuatu yang dia berikan (entah berupa kekerasan fisik atau kata-kata), maka kamu akan semakin kecewa nantinya. Ingat, kita bukan Tuhan yang bisa membalik hati orang menjadi lebih baik. Masalah perubahan sikap kekasihmu bukan urusanmu, jadi tolong untuk tidak mengambil "pekerjaan Tuhan".
Kamu akan kesulitan jika tetap bertahan dengan seseorang yang tidak mencintai kamu. Sebab dia hanya terobsesi pada rasa sakit serta kecewanya di masa lalu. Hanya Tuhan yang bisa mengubah hatinya, dan itu semua bukanlah tugas dan kuasamu.
Wanita adalah makhluk yang mulia, Tuhan sangat memuliakan kaum wanita. Jadi saya pikir, kamu harus bisa menghormati dan memuliakan dirimu sendiri. Hargai dirimu dan cintai dirimu. Jangan terobsesi untuk mengubah tabiat atau sikap pasanganmu dengan cara terus-menerus menyakiti diri sendiri. Tuhan sayang padamu, jadi sayangilah dirimu dengan bijak.
Semoga jawaban saya bermanfaat untuk kamu.
Terima kasih :)
Satria Utama (@Satria_cs)
Dating & Relationship Coach Indonesia
Website: satriautama.tumblr.com
Informasi pendaftaran private coach:
082125998332 (No SMS)
------
Sedang ada masalah cinta atau galau karena hubungan asmara? Silakan kirim curhat kamu ke email: wenny@kapanlagi.net. Jangan khawatir, nama dan alamat email pengirim akan dirahasiakan.
Curhat dan konsultasi kamu akan dijawab oleh pakar cinta Satria Utama dari Dating & Relationship Coach Indonesia. Kalau curhat ke teman malah bikin galau, curhat ke Vemale.com saja ;)
------
(vem/yel)