Jika Anda pernah merasakan jatuh cinta pada seorang yang tak pernah Anda duga sebelumnya, sebut saja Anda lupa dengan logika, bukannya cinta tanpa logika, karena saling mencintai adalah hak semua pria dan wanita. Namun kisah yang dialami oleh Margaret Howe pada tahun 60an, akan membuat Anda setuju bahwa cinta bisa saja datang tanpa logika. Selama sepuluh minggu, Margaret mengikuti penelitian yang melibatkan lumba-lumba di Kepulauan Virginia, Amerika Serikat.
Penelitian tersebut dipimpin oleh Dr. John C. Lilly, seorang ahli saraf yang merasa yakin bahwa lumba-lumba bisa berbicara bahasa inggris, berdasarkan dugaannya jika lumba-lumba memiliki otak 40 persen lebih besar pada manusia, maka dirinya menugaskan Margaret untuk mengajari Peter berbicara. Dilansir dari dailymail.co.uk, Margaret sendiri saat itu adalah asisten penelitian Dr. Lilly yang akan hidup bersama dengan lumba-lumba bernama Peter, mereka berdua diisolasi dan menghabiskan waktu bersama, mulai dari makan, mandi, dan bahkan tidur. Yuk ikuti terus kisah selanjutnya!
Advertisement
Minggu pertama
Dr. Lilly menempatkan lumba-lumba dan Margaret di Dolphin House yang dibuatnya, ketika Margaret ingin beristirahat, ada sebuah tempat tidur gantung yang ditutupi tirai. Setiap hari wanita ini memakai baju renang dan juga memotong rambutnya, agar lebih mudah ketika berinteraksi dengan Peter. Margaret mulai mengajari Peter untuk menirukan suaranya melalui lubang sembur yang dimilikinya. Dan Dr. Lilly senang karena keduanya bisa saling menirukan suara dengan sangat mirip. Selanjutnya Margaret mempunyai ide untuk mulai mengajarkan huruf dengan memoles wajahnya sangat putih dan memakai lipstick merah tebal, agar Peter bisa melihat gerakan bibirnya dengan jelas. Peter berusaha keras untuk mengikuti permintaan Margaret menyebutkan huruf M.
Peter dan Margaret juga bermain bersama seperti memainkan bola dan saling melempar handuk, bukan hanya itu, ternyata Peter juga mulai menyukai menonton televisi yang dipasang di tepi kolam. Peter membuat banyak kemajuan dan kedekatan Margaret semakin intens, bahkan lumba-lumba itu selalu tidur tepat di samping Margaret. Peter mulai suka menyentuh tubuh Margaret dengan nakal ketika sedang berenang bersama, sesekali Peter melemparkan mainannya ke tempat Margaret tidur sebagai tanda dia ingin bermain lagi dengan guru cantiknya itu.
Minggu kedua
Yang mulai menarik ketika tiba minggu kedua, setiap kali Margaret menerima telepon, Peter terlihat mulai jengkel dan membuat suara-suara bising. Apakah ini tandanya seekor lumba-lumba jantan berusia 6 tahun mulai cemburu? Peter kemudian suka menghabiskan waktunya di depan cermin dan selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian lebih dari Margaret, hari demi hari Peter menunjukkan bahwa dirinya selalu ingin bersama dengan Margaret.
Yang mencengangkan, pada minggu ke empat, beberapa kali dalam seminggu Peter mengalami rangsangan seksual, terutama ketika dia mengelilingi Margaret dan semakin tajam menyentuh tubuh pelatihnya tersebut. Hal yang sama juga dirasakan oleh Margaret, meskipun tim penelitian menghalanginya untuk kembali bersama dengan Peter, sulit untuk menghalangi rasa rindunya untuk saling bersentuhan dengan lumba-lumba kesayangannya tersebut. Akhirnya Margaret tetap kembali dan membiarkan Peter menyentuh bagian-bagian genitalnya dengan lembut. Bagi Margaret pun saat itu sulit untuk melihat Peter sebagai lumba-lumba, wanita ini memiliki perasaan lain yang hanya bisa dijelaskan ketika mereka bersama, hatinya senang, seperti kerinduan yang terobati. Dan apa yang dilakukannya dengan Peter dikatakannya sebagai kesenangan bersama.
Advertisement
Harus berpisah
Masalah besar dihadapi oleh Dr. Lilly ketika dana untuk penelitiannya telah habis, namun Peter belum menunjukkan kemajuan yang lebih daripada kedekatan intim yang dirajutnya dengan Margaret. Nasib lumba-lumba akhirnya menjadi tanda tanya besar, Dolphin House akhirnya harus ditutup. Demikian juga dengan hubungan Margaret dan Peter, sepertinya terpaksa berakhir, Margaret bisa memahami hal tersebut. Akhirnya lumba-lumba tersebut dipindahkan ke laboratium, yang awalnya adalah gedung sebuah bank di Miami, Florida. Tentu saja tak senyaman ketika Peter tinggal di Dophin House.
Tak pernah diduga sebelumnya, keadaan Peter memburuk ketika berada di Miami. Betapa terkejutnya Margaret ketika mendapat kabar bahwa Peter melakukan bunuh diri dengan menolak bernapas yang akhirnya membuat dia tenggelam ke dasar tangki airnya. Apakah Peter demikian merindukan Margaret yang pernah menemaninya berhari-hari di Dolphin House? Seorang dokter hewan Andy Williamson yang juga mengawal penelitian tersebut ikut patah hati dengan kematian Peter yang dirasakannya akibat perpisahan Peter dengan pelatihnya. Ketika Margaret bisa memahami keadaan yang harus diterimanya, belum tentu Peter bisa menerima perpisahannya dengan Margaret.
Akhir penelitian
Banyak hal yang kadang sulit untuk dijelaskan, namun apa yang dirasakan oleh Margaret dalam penuturannya kembali dengan BBC, jelas wanita ini mengakuinya bahwa dirinya memandang Peter lebih dari seekor lumba-lumba, seraya mengenang kisah manis dan tak terlupakan pada tahun 60an. Entah karena kebersamaan mereka dalam laboratorium yang terisolasi, atau memang lumba-lumba dan manusia bisa memiliki kedekatan emosional yang tinggi. Setelah penelitian tersebut berakhir, Margaret akhirnya menikah dengan fotografer proyek, John Lovatt. Sedangkan Dr. Lilly melanjutkan penelitian komunikasi antara manusia dengan lumba-lumba.
Demikian kisah penuh misteri dan tanda tanya yang tidak bisa terjawab dengan pasti, apakah mungkin lumba-lumba benar-benar secara naluriah bisa jatuh cinta pada manusia. Namun sejak saat itu, tidak ada lagi ilmuwan yang ingin memaksa lumba-lumba berbicara bahasa inggris. Kenyataan yang memilukan antara Peter dan Margaret telah menjadi pelajaran yang mendalam bagi ilmuwan pada saat itu.