Ladies, mungkin Anda belakangan ini akrab sekali dengan pemberitaan Ustaz satu ini, selain rumah tangganya yang kini digosipkan tidak harmonis, Ustaz Guntur Bumi (UGB) juga sedang menghadapi berbagai kecaman dari mantan pasiennya. Seperti yang dilansir dari KapanLagi.com, UGB memang membuka pengobatan non medis sebagai kesibukannya selain menjadi pendakwah.
Namun entah bagaimana, tiba-tiba bermunculan pasien yang mengaku kecewa dengan hasil pengobatan yang dilakukan suami Puput Melati ini. Memang seperti apa sih pengobatan yang dilakukan Ustaz ini ya Ladies? Mengapa pasien sampai meminta bantuan MUI dan mengancam akan menempuh jalur hukum? Yuk simak penuturan para korban.
(vem/hyn)Advertisement
Hans Suta
Pria ini mengaku sebagai korban praktek pengobatan yang dilakukan oleh UGB. Menurut Hans, dirinya ternyata diperas oleh dai ini melalui sistem pengobatan yang diikutinya. Nenek Hans mengalami sakit dan dibawa ke padepokan suami Puput Melati dengan harapan bisa kembali sembuh seperti sedia kala. Karena tak kunjung sembuh dan telah mengeluarkan biaya dalam jumlah besar, Hans akhirnya nekat melaporkan UGB ke MUI.
Dalam kesempatan lain, bapak yang baru saja dikaruniai anak ini menanggapi apa yang dilakukan Hans dengan santai dan menjelaskan bahwa pengobatan yang dilakukannya belum tentu langsung bisa sembuh. Dan dirinya menambahkan bahwa telah mengikuti prosedur Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuhan Alternatif (FKPPAI). Meskipun namanya kini menjadi isu yang tidak sedap, UGB sama sekali belum menempuh upaya hukum.
H. Dasril
Setelah publik kembali dikejutkan dengan perseteruan Hans Suta dengan suami Puput Melati, seorang pasien yang awalnya mengikuti pengobatan di tempat UGB mendatangi MUI untuk menyampaikan keluh kesahnya tentang pengobatan yang telah dijalaninya. H. Dasril juga berharap MUI bersedia untuk memberikan tindakan kepada UGB yang melakukan praktek pengobatan tanpa izin. Pria asal Pademangan Barat ini mengaku bahwa dirinya menderita stroke dan berniat berobat pada UGB.
Namun ketika sampai di tempat UGB, sang dai sedang pergi dan anak buahnya meminta H. Dasril untuk membaca salawat dan zikir serta mengusap kepala. Pria ini menambahkan kepalanya terasa berat dan betapa terkejutnya dia, ketika membuka topi ternyata ada belatung, paku, dan tanah. Setelah sesi tersebut selesai, H. Dasril ditawari paket kurban senilai 75 juta sampai yang paling murah 25 juta rupiah. Selain itu dirinya juga menerima sejumlah paket obat-obatan. Pengobatan dilanjutkan dengan pengusiran roh halus di rumah Dasril dan ditemukan benda aneh serta belatung. Total biaya yang dikeluarkan mencapai 28 juta, namun H. Dasril merasa penyakitnya tidak kunjung hilang.
Advertisement
Misnah
Ibu yang satu ini mengaku datang kepada UGB bersama dengan anaknya yang sakit. Menurut keterangan UGB, buah hatinya tersebut mendapat penyakit kiriman yang sebenarnya ditujukan kepada si ibu. Selanjutnya UGB menawarkan kepada Misnah apakah dia ingin agar penyakit pada anaknya di buang. Menyetujui tawaran UGB, Misnah disarankan untuk melakukan kurban, tetapi karena ibu ini tidak membawa uang yang cukup, UGB meminta Misnah untuk mengirimkan uang 15 juta atau memberikan emas 10 gram.
Kemudian mata anak Misnah dikucuri dengan jeruk nipis oleh asisten UGB. Betapa kagetnya Misnah ketika mendapati mata anaknya kebiruan esok harinya. Akhirnya Misnah melarikan buah hatinya ke RS Cipto Mangunkusumo dan harus dilakukan operasi. Hati ibu mana yang tidak teriris melihat kondisi anaknya seperti itu. Mungkin inilah yang membuat Misnah geram dengan pengobatan yang dilakukan UGB.
Pagit Tarigan
Ibu paruh baya ini dengan perasaan kecewa juga mengatakan bahwa dirinya termasuk korban praktek pengobatan UGB. Awalnya ibu ini mengetahui pengobatan UGB melalui televisi dan sangat tertarik untuk mencoba. Anak kesayangannya menderita veranezia paranoid, sejenis sindrom ketakutan yang tidak terkontrol. Akhirnya ibu ini membawa buah hatinya ke tempat UGB dan mulai melakukan pengobatan. Teknik pengobatan yang dilakukan yaitu bekam dan rukiyah. Begitu juga dengan kediaman Pagit dirukiyah dengan mahar sebesar 8 juta.
Menurut Pagit, pengobatan yang diikutinya telah membuatnya menguras kantong cukup dalam hingga mencapai 22 juta rupiah. Kekecewaan ibu ini semakin bertambah ketika dirinya membawa pasien untuk berobat ke UGB pada malam Jumat. Karena awalnya dikabarkan gratis, Pagit sangat kecewa dengan kenyataan yang ditemuinya. Selain itu menurut Pagit, asisten UGB menunjukkan sikap yang kurang menyenangkan. Ketika dia berusaha memnyampaikan keluhan melalui surat, UGB tidak menunjukkan empati apapun.