Sejak beberapa tahun terakhir, tren kecantikan dengan cepat mengalami perkembangan dan membuat banyak wanita (dari berbagai usia) tergoda untuk mencobanya. Gaya hidup seperti ini sedikitnya cukup mempengaruhi pola pikir anak-anak remaja masa kini.
Yep, mereka belajar menirukan apa yang dilakukan oleh generasi di atasnya. Apalagi jaman sekarang, makin banyak anak remaja yang mengalami puber dini. Sehingga ada dorongan bagi mereka untuk mencoba melakukan apa yang sebenarnya belum perlu mereka lakukan. Selain itu, hal ini juga berhubungan dengan kepercayadirian yang ada dalam diri mereka.
Advertisement
Hal ini seperti yang dilakukan oleh para remaja ini. Sekitar setahun terakhir, kita bisa menemukan beberapa video yang dianggap cukup miris di Youtube. Mengundang komentar yang pro dan kontra pada sikap anak-anak perempuan jaman sekarang. Tren yang terjadi dalam setahun terakhir ini adalah membuat video yang menanyakan 'aku jelek atau cantik?'
Para gadis ini membuat video versi mereka masing-masing dan meminta komentar dari para viewer. Ada yang simpati dan memotivasi, ada juga yang sinis dan memberi komentar tajam. Sebenarnya dari mana awal tren ini bermula?
Mungkin Anda masih ingat dengan tren Thinspiration yang membuat seorang anak gadis hampir mengalami anoreksia. Tren ini diciptakan oleh Louise Orwin, seorang wanita dan aktivis yang mengamati bagaimana seorang remaja wanita mengekspresikan dirinya di media sosial. Setelah berhasil dengan project 'Thinspiration' ia mencoba tren Pretty Ugly.
Mungkin tren ini terkesan seperti menjerumuskan anak perempuan, namun bagi Orwin, ini adalah salah satu cara menunjukkan sesuatu pada remaja yang masih 'labil' ini. Setelah ia mengamati para gadis yang mengikuti tren ini, dirinya bisa menduga bahwa anak-anak remaja yang melakukannya berusia sekitar 9-15 tahun. Dan komentator mereka kebanyakan adalah pria di atas 18 tahun.
Orwin mengatakan bahwa tidak mungkin kita menanyakan apakah kita cantik atau tidak pada seseorang karena hal itu merefleksikan ada yang salah dengan kepercayaan diri kita sendiri. "Tren ini membuat mereka mengubah sikap terhadap banyak hal dan akan mengajarkan remaja-remaja ini untuk lebih bertanggung jawab pada diri mereka di media online," kata Orwin.
Ya, melibatkan kaum muda dalam sebuah tren memang cara paling mudah untuk menunjukkan pada mereka tentang hal yang seharusnya mereka lihat lebih dalam. Apakah sebuah tren hanya untuk diikuti? Tidak, seharusnya ada yang bisa dipelajari dan dipertimbangkan. Kalau tidak, maka tren itu mungkin hanya membuang waktu belaka.
(vem/gil)