Ladies, ada yang bilang pujian adalah ujian. Namun saat kita melihat dengan kacamata positif, pujian bisa membukakan mata kita mengenai apa yang sebenarnya bisa kita lakukan dengan lebih baik. Tidak semua pujian akan menjadi akar dari kesombongan.
Pernahkah Anda mendengar sebuah cerita. Ada dua orang yang sama-sama memiliki tanaman. Orang pertama selalu menyanyikan lagu-lagu indah dan memuji tanamannya. "Duhai tanamanku, semakin hari kau semakin cantik dan membuat hatiku berseri. Tumbuhlah yang besar, karena mampu menepis rasa gusar," ujarnya di pagi hari. Ia selalu sempat merawat tanamannya, menyentuhnya, membersihkan daunnya dan memberi pupuk.
Namun lain halnya dengan orang kedua. Ia selalu mengeluh dan membicarakan hal negatif dalam hidupnya. Tanaman yang ia miliki hanya disiram air begitu saja, tak pernah dipupuk ataupun disayang. Jangankan menyayangi pupuk, ia hanya sempat mengurusi hidupnya sendiri. Bunga hanyalah hiasan di rumahnya.
Advertisement
"Aku belum bayar tagihan, belum lembur dan merawat anak. Aku sibuk, tak sempat mengurus hal-hal sepele. Ya sudahlah kalau tanamannya mati. Nanti juga bisa beli lagi," ujarnya saat orang pertama melihat tanaman orang itu tak kunjung berbunga. Tanaman itu pun layu, daunnya lunglai jatuh ke tanah, batangnya yang kokoh jadi melengkung sendu.
"Ya sudah, berikan padaku tanamanmu. Siapa tahu bisa berbunga," ujar orang pertama.
Bunga yang tadinya nampak akan mati itu berhari-hari dirawat oleh orang pertama, bersebelahan dengan tumbuhan kesayangannya. "Tanaman cantik, cepat besar ya seperti temanmu ini. Lihat, dia sudah berbunga. Aku tak sabar menunggu bungamu juga. Pasti indah dan mempercantik serambiku nanti," ujarnya sambil merawat tanaman barunya.
"Dasar orang aneh," kata orang kedua saat mengintip kebiasaan tetangganya itu dari balik jendela.
Satu bulan kemudian, orang kedua berkunjung ke tempat orang pertama. Ia kaget, halaman dan serambi tetangganya itu nampak indah dan dipenuhi bunga-bunga serta tanaman yang berdaun lebar, berbunga-bunga cantik dan berbatang kokoh. Mereka bermekaran menghadap matahari, nampak sangat menyejukkan hati.
Ia minder dengan rumahnya sendiri. Hanya ada rumput liar dan lahan plesteran. Ia tak punya taman, terlalu sibuk mengurusi keruwetan hidupnya sendiri. Padahal tetangganya tak kalah sibuk dengannya, namun masih sempat merawat tanaman di rumahnya. Bahkan ia bernyanyi dan memuji untuknya.
Ladies, kata-kata Anda kadang bermakna besar pada hidup seseorang. Pujilah apa yang pantas dipuji dan pujilah dengan setulus hati. Jangan memuji karena Anda menginginkan sesuatu dari orang tersebut. Sebuah pujian yang tulus, bisa membukakan jalan sukses bagi orang lain. Dan mereka akan selalu mengingat pujian Anda.
- Mengharukan, Seluruh Dunia Mengabulkan Kopi Terakhir Untuk Alyssa
- Google Glass Membantu Menyembuhkan Anakku
- Lautan Boneka Teddy Bear Lucu Untuk Penderita Meningitis
- Mengharukan, Warga Muslim Lindungi Gereja Dengan Bergandeng Tangan
- Kisah Inspirasi: Aku Ingin Kurus Agar Aku Dicintai
- Kisah Nyata: Haruskah Aku Operasi Plastik Demi Jadi Bintang?