Namanya juga cinta, datang dan perginya tak terduga. Bertemunya di mana tak bisa ditebak, bisa jadi di sekolah, di supermarket, di mall, di gedung bioskop, di perjalanan, di rumah teman, atau bahkan bertemu via internet. Semuanya punya cerita, semuanya punya bahagia dan kesedihan tersendiri.
Ada kisah cinta yang diisi dengan beragam kisah bahagia, ada pula yang malah berakhir dengan patah hati. Dan pernahkah Anda mendengar kisah-kisah mereka yang akhirnya menikah, hidup bahagia setelah dipertemukan via internet?
Yah, memang tak seperti dugaan Anda. Dunia maya tak selamanya dianggap sebagai dunia yang penuh kebohongan. Apalagi seiring perkembangan jaman, kini internet menjadi sebuah media, sebuah fasilitas untuk berkomunikasi. Tak sedikit lho yang akhirnya menikah setelah bertemu kekasih di dunia maya.
Advertisement
Pun demikian, seperti yang kami bilang tadi, tak semua kisah cinta berakhir bahagia. Beberapa cerita malah diwarnai dengan air mata, dan melalui cerita ini kami ingin mengingatkan Anda untuk selalu waspada menjalin cinta via internet.
(vem/bee)Advertisement
Mencintai pria beristri
Aku bertemu dia di Facebook dua tahun lalu. Ia orang yang ramah, dewasa, dan lucu. Diam-diam mulai dari berbalas komentar status, kami sering meninggalkan pesan di inbox. Setelah itu, kami jadi intens chatting. Karena terpisah pulau, akhirnya kami memutuskan pacaran jarak jauh. Aku bahagia sekalipun ia jauh, karena ia sangat mengerti aku dan sangat memperhatikanku. Aku tak merasa ia jauh.
Dua tahun! Aku dibuai dengan rayuan dan cerita seperti di dongeng. Aku berkhayal tentang pernikahan bahagia dan memiliki anak yang lucu bersamanya. Sampai akhirnya aku tahu ternyata ia pria beristri yang sudah beranak tiga.
Lewat seorang teman yang tak sengaja satu pulau dengannya, aku mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan dariku. Aku begitu polos dan mau tertipu rayuannya. Hingga akhirnya aku menyia-nyiakan waktuku.
Setelah aku tahu kenyataan, bukannya ia meminta maaf padaku. Ia menghilang begitu saja. Tak mau mempertanggung jawabkan perasaanku kepadanya yang sudah hancur berkeping-keping. Bahkan, aku tak tahu apakah ia benar-benar mencintaiku juga, atau tidak. - Nuryati
Sekali pembohong, tetap pembohong
Memiliki passion yang sama, aku berkenalan dengan seorang pria yang katanya mengikuti program untuk langsing. Ia bercerita berhasil menurunkan berat badan puluhan kilo dan mengirimkan foto dirinya. Aku terkesima. Aku sendiri memang berusaha untuk menurunkan berat badanku juga. Aku malu, dan aku ingin percaya diri seperti wanita lainnya. Mudah memilih baju, dan berlenggok ke sana kemari tanpa berpikir apakah ada orang yang akan melihat dengan sebelah mata.
Ia selalu menyemangatiku setiap hari, memberiku saran ini dan itu. Ia bahkan membantuku membeli beberapa produk yang telah dicobanya dan berhasil membuatnya kehilangan banyak kilogram berat badan. Dan begitu saja aku jatuh cinta padanya. Menyerahkan tabunganku untuk membantu mewujudkan mimpiku. Mimpi yang disuntikkannya ke otakku selama beberapa waktu yang singkat. Mimpi yang membiusku sampai aku tak berpikir jernih lagi.
Ia menipuku. Membawa entah ke mana tabunganku tanpa mengirimkan produk yang katanya akan segera dikirim kepadaku itu. Baginya, aku hanyalah sasaran empuk orang yang mudah ditipu, karena aku punya masalah yang membutakan mataku. Aku menyesali sekali kebodohanku. - Alj
Advertisement
Pacar Pertamaku
Semua teman-temanku sudah punya pacar, dan berkali-kali gonta ganti pacar. Kalau aku, belum pernah sekalipun dekat dengan pria manapun. Hingga aku duduk di bangku kuliah ini, aku belum pernah punya pacar.
Akhirnya aku berkenalan dengan seseorang di internet. Ia bilang aku orang yang pemalu, tetapi penuh pesona. Kami intens chatting dan ia juga sering meneleponku. Ia membuat kepercayaan diriku bangkit, serta membuatku lebih berani. Akhirnya kami berpacaran. Tetapi tak berapa lama, kesibukan kuliah membuatku sering harus keluar dengan teman-teman atau tak bisa cepat membalas pesannya. Dari situlah ia berubah menjadi mengerikan. Memakiku bila aku telat membalas SMS atau mengangkat teleponnya. Meneriakiku hanya karena ponselku mati dan kehabisan baterai. Aku begitu tersiksa berpacaran dengannya. Akupun berusaha untuk putus saja, tetapi ia mengancamku dengan berbagai macam hal. Ia juga menerorku setiap malam, lewat akun Facebookku, atau akun social media lainnya.
Salah seorang sahabatku memberi solusi yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Karena aku belum pernah bertemu dengannya, aku ganti nomor teleponku, aku hapus semua akun social mediaku sehingga ia tak akan bisa menghubungiku lagi. - Nia
Kesalahan terbesarku
Aku diadd seorang pria yang wajahnya ganteng menurutku. Aku accept saja tanpa berpikir panjang. Ia sering mengajak aku ngobrol setiap aku online di Facebook. Dan ia memang pria yang humoris serta menyenangkan. Aku tahu kalau ia sudah punya kekasih lewat status di Facebook dan foto-fotonya. Tapi aku tak peduli, toh dia yang mau dan mengajakku berkenalan terlebih dahulu.
Akhirnya kuteruskan saja hubunganku dengannya. Sampai pada suatu hari, aku kirim message yang cukup manja karena aku sedang rindu. Lama message itu tak dibalasnya. Beberapa menit kemudian ada pesan darinya. Sebuah interogasi yang membuatku shock karena kusadari itu adalah kekasihnya.
Tampaknya ia bertengkar habis-habisan. Aku dimaki pula habis-habisan lewat akun pria itu. Tentu saja aku malu, apalagi saat aku tak tahu sudah ada makian terpampang di wallku tengah malam, dan aku menyadarinya baru keesokan harinya. Semua temanku tentu tahu aku telah menjadi selingkuhan seseorang.
Ahh, itu adalah kesalahan terbesarku. - Mira
Advertisement
Ngakunya duda, eh ternyata
Lewat akun Facebook aku bertemu calon suamiku. Hanya dalam tiga bulan saja kami sudah berencana menikah. Ia mengaku duda tanpa anak dan bercerai karena istrinya tak mencintainya lagi. Aku percaya saja dengan ceritanya, apalagi ia jauh-jauh dari Palembang datang ke tanah Jawa dan seringkali menemuiku.
Hampir setiap minggu ia mengunjungiku dan kupikir memang inilah caranya menunjukkan bahwa ia serius. Tapi bodohnya aku tak pernah curiga, dengan uang apa ia setiap minggu terbang ke Jawa? Padahal pekerjaannya juga hanya seorang pedagang.
Dalam waktu tiga bulan saja, aku selesai mempersiapkan pernikahanku. Rencananya ia akan menetap di Jawa dan memindahkan usahanya ke sini agar bisa dekat bersamaku. Total, hanya dalam 6 bulan saja aku mengenalnya, tanpa tahu benar latar belakangnya seperti apa.
Tiba-tiba tiga hari sebelum kami menikah, datanglah sebuah mobil yang isinya keluarga tak kukenal. Seorang wanita hamil 7 bulan, bersama dua anaknya, dan beberapa orang tua. Mereka marah-marah padaku, dan membeberkan semua kebusukan calon suamiku. Nyatanya ia tidak tinggal di Palembang. Asalnya tak jauh dari kota tempat aku tinggal, mungkin hanya 2 jam perjalanan. Asalnya memang dari Palembang, tetapi ia sudah lama pindah karena ikut istrinya.
Aku dibuat malu besar olehnya karena harus membatalkan pernikahan, padahal undangan sudah tersebar luas ke seluruh sanak dan teman-temanku. Aku juga habis dimaki dan dianggap perusak rumah tangga orang karena hendak merebut suaminya.
Aku menyadari kesalahanku dan terima saja semua makian itu. Aku meminta maaf padanya, karena aku telah tertipu. - Wdy