Ibu, perempuan yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya tanpa pamrih dan tanda jasa. Wanita yang rela mempertaruhkan nyawanya, mengorbankan hidupnya demi buah hati yang sangat dicintainya. Ibu tidak selalu ada di sisi, menemani dan mengajari. Ibu merelakan waktunya habis tak bersisa untuk mengurus anak-anaknya, merelakan waktu istirahatnya beralih menjadi mengganti popok atau menggendong bayinya semalaman.
Banyak ibu yang melakukan apa saja demi kebahagiaan anaknya, demi anaknya tumbuh besar, tercukupi sandang pangan papan. Tidak sedikit mereka bekerja siang malam, mendedikasikan hidupnya demi anak yang mereka benar-benar jaga dengan sepenuh hidupnya. Ibu, tidak akan berpikir dua kali demi menyenangkan buah hati. 5 ibu ini, telah melakukan pengorbanan besar demi anaknya, dan membuat mata berkaca-kaca.
BACA JUGA
Advertisement
Pria Ini Bangun Taj Mahal Kecil, Bukti Cinta Untuk Mendiang Istrinya
Robin Williams Dan Christopher Reeve Bersahabat Hingga Akhir Hayat
Kisah Guru di Pelosok: Murid Tak Naik Kelas, Diancam Parang
Kisah Mengharukan: Aku Ingin Ayah Selalu Mengingatku
Lentera: Kemiskinan Tak Membuat Warkem Menyerah Pada Keadaan
(vem/sya)Advertisement
Emma Robbins dan bayi kembar 4 nya
Berita kehamilan menjadi kegembiraan tak terkira bagi pasangan suami-istri. Segera memiliki anak, mempunyai keluarga yang sempurna tentu sudah terbayangkan dalam pikiran. Begitu pula dengan Emma dan suaminya, Martin. Dokter memberitahu bahwa Emma hamil, tapi dengan berat hati dokter mengatakan bahwa Emma harus menggugurkan dua janin dalam kandungannya. Emma hamil kembar empat, dan dokter bilang hanya dua yang boleh selamat.
Emma menolaknya. Semua yang ada dalam kandungannya adalah anaknya, dan tidak akan dibunuhnya dengan alasan apapun. Emma bertahan, sampai usia kehamilan bertambah dan dirinya semakin kepayahan. Hamil kembar empat, membuat perutnya membengkak besar dan sekujur tubuhnya mengalami nyeri tak terkira. Sulit bernapas, susah berjalan, sakit kepala berkepanjangan bahkan tiba-tiba jatuh dirasakan Emma setiap harinya. Emma tahu bahwa kehamilannya kali ini tidak akan mudah dan akhirnya Emma melahirkan si kembar empat dengan sehat tanpa masalah berat.
Ruben, Zachary, Joshua dan Sam. Mereka tumbuh besar dengan sehat, dan membuat Emma bahagia. Perjuangannya sembilan bulan mengandung mereka, menderita segala penyakit dan tubuhnya sampai seolah mati rasa, terbayar lunas. Emma mengatakan bahwa nyawanya tidak ada artinya dibandingkan keempat buah hati kembarnya.
Mendekap bayinya hingga meninggal dunia
Anda masih ingat Gempa yang terjadi di Jepang 2 tahun yang lalu? Gempa besar yang mengguncang sebagian besar negara matahari terbit itu menyisakan banyak cerita pilu, salah satunya adalah pengorbanan seorang Ibu. Wanita tangguh ini ditemukan meninggal dunia dalam posisi mendekap bayinya, dan bayinya selamat dari reruntuhan bangunan. Ibu ini melindungi anaknya dari gempa, dengan mendekapnya erat dan membiarkan tubuhnya sendiri tertimpa bangunan yang ambruk.
Petugas evakuasi menemukan wanita muda ini dalam keadaan tidak bernyawa, sembari mendekap bayi nya yang baru berusia 3 bulan. Seolah tahu bahwa dirinya tak akan selamat, dia menulis pesan singkat. 'Nak, bila engkau selamat ingatlah bahwa ibu mencintaimu lebih dari apapun' tulisnya. Seorang ibu mengorbankan hidupnya, demi keselamatan bayinya.
Advertisement
Mulia membesarkan sendiri 15 anaknya
Hidup terkadang terasa sangat berat. Himpitan ekonomi, kondisi keluarga yang tak lengkap, harga kebutuhan yang terus merangkak naik, membuat banyak orang putus asa sampai gantung diri. Tapi tidak dengan Mulia. Wanita yang kini sudah berusia senja ini pantang menyerah dan berkeras untuk membesarkan 15 orang anaknya sendirian walau suaminya telah meninggal dunia. Kondisi ekonomi pas-pasan dan pekerjaannya yang hanya sebagai buruh dan pembantu harian tentu membuat beban yang dipikulnya semakin berat saja.
Mulia tahu, 15 orang anak tidaklah sedikit. Mereka semua butuh makan, butuh sekolah. Dengan berusaha sekuat tenaga, Mulia belajar menjadi penjahit sehingga penghasilannya bertambah. Mulia ingin semua anaknya sekolah agar tidak bernasib seperti dirinya. Mulia merawat 15 anaknya sendirian, tanpa bantuan. Sesekali Mulia menangis bila tak dapat menuruti kehendak sang anak, karena tidak ada uang untuk membelinya.
Mulia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengurus anak dan bekerja, Tidak pernah terbesit sedikitpun di benaknya untuk menelantarkan anaknya atau membiarkan mereka begitu saja. Mulia rela tidak makan asal anaknya kenyang, rela tidak tidur asal biaya sekolah anaknya terbayar. Pengorbanan besarnya menuai hasil manis, anak-anaknya bisa bersekolah dan yang besar sudah menjadi sarjana.
Putra tunggal Cyndie terkena tumor
Cyndie Madsen tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa putra tunggalnya Derek Madson (10) divonis menderita tumor otak. Tumor ini menggerogoti kesehatan Derek, sampai pada akhirnya Derek harus dirawat di rumah sakit hingga akhir hayatnya. Cyndie tidak pernah meninggalkan Derek satu detikpun dan melakukan hal apapun demi Derek. Cyndie menggendong dan mendekap Derek ketika putranya itu kesakitan seusai terapi. Cyndie menghibur putranya dengan mendorongnya berjalan-jalan keliling rumah sakit tanpa peduli bahwa tubuhnya juga bisa lelah.
Cyndie tahu bahwa Derek mungkin tidak akan bisa bertahan. Derek berkata bahwa dia ingin menyetir mobil seperti ibunya, dan Cyndie menurutinya. Cyndie mengajari putranya menyetir mobil, dan membiarkannya menikmati sisa hidupnya dengan melakukan hal-hal yang diimpikannya. Cyndie melepas pekerjaannya, menjual rumahnya demi biaya pengobatan Derek.
Advertisement
Menjadi tenaga kerja dan disiksa
Sudah sering kita mendengar kisah tenaga kerja wanita yang disiksa di luar negeri. Mereka tetap bertahan bekerja karena keluarganya di Indonesia butuh biaya. Salah satu tenaga kerja yang sampai menjemput ajal karena berjuang mengumpulkan pundi rupiah untuk anaknya adalah SA (nama disamarkan). SA meninggal karena kekerasan yang dilakukan oleh majikannya di luar negeri.
SA baru berusia 25 tahun, sepuluh tahun yang lalu dirinya dipaksa menikah dan dua tahun kemudian memiliki seorang putri cantik. Penderitaannya dimulai ketika suaminya meninggalkannya dan keluarganya tak mau membantunya untuk biaya hidup putrinya. SA hanyalah lulusan SMP dan tidak memiliki kualifikasi pekerjaan apapun. Demi putrinya yang makin beranjak dewasa, SA berangkat menjadi tenaga kerja.
Malang, setiap hari dirinya disiksa. Tak boleh tidur, dipukul, tidak diberi makan dan berbagai siksaan lainnya kerap diterimanya. Namun SA tidak menyerah, karena gajinya ia sisihkan untuk putrinya bersekolah. SA menulis surat kepada putrinya, bahwa bila suatu saat Ibu tidak bisa pulang, kamu tidak boleh menangis. Ternyata SA sudah memiliki firasat bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. SA meninggal dunia setelah 5 tahun menjadi TKW, tanpa bisa berjumpa lagi dengan putri yang sangat disayanginya.
Kisah ibu sepanjang jalan, tak terputus walau rintangan membentang. Betapa besar pengorbanannya, tidak akan bisa terbayar walau dengan uang satu triliun sekalipun. Ibu tidak pernah berharap apapun karena baginya, anaknya adalah segalanya. Sudahkah Anda memeluk ibu Anda dan berterimakasih kepadanya?