Manusia membutuhkan banyak asupan vitamin, gizi dan zat-zat lain yang dibutuhkan dalam tubuh. Kebutuhan ini dapat didapatkan dari asupan makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Namun sayangnya, tidak semua kebutuhan akan vitamin dan zat-zat lain ini terpenuhi setiap harinya walau kita sudah makan rutin tiga kali sehari. Makanan dan minuman yang kita asup belum tentu mengandung semua kandungan yang tubuh butuhkan. Ada yang beranggapan bahwa untuk mencukupi kebutuhan akan zat-zat untuk tubuh itu dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang dibuat dari bahan yang mahal, padahal sebenarnya tidak. Jengkol adalah salah satu makanan yang mengandung banyak vitamin dan zat-zat penting untuk tubuh dan membantu untuk mencukupi kebutuhan dalam tubuh.
Jengkol atau Jering atau Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk yang digemari di Malaysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta. Jengkol sudah menjadi salah satu makanan khas di Jakarta dan banyak disukai karena rasanya, walau memiliki kekurangan yaitu baunya yang tajam. Selain mudah ditanam, jengkol juga merupakan komoditi yang sudah membumi seperti halnya tempe dan tahu. Jengkol tidak hanya nikmat dimakan, namun juga kaya akan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Menurut berbagai penelitian menunjukkan bahwa jengkol juga kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, Vitamin C, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin.
Kandungan vitamin C pada jengkol juga cukup tinggi yaitu 80 mg pada 100 gram biji jengkol, sedangkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan per hari adalah 75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa. Jengkol juga merupakan sumber protein yang baik, yaitu 23,3 g per 100 g bahan. Kadar proteinnya jauh melebihi tempe yang selama ini dikenal sebagai sumber protein nabati, yaitu hanya 18,3 g per 100 g. Kalsium yang dibutuhkan oleh tulang pun dapat didapatkan dari jengkol, karena tinggi kandungan kalsium pada jengkol yaitu 140 mg/ 100 g.Walau memiliki bau yang tajam dan beberapa orang tidak menyukainya karena dianggap sebagai makanan yang kurang enak, ternyata jengkol memiliki banyak manfaat. Terlebih lagi, jengkol bisa didapatkan dengan harga terjangkau dan bisa dibeli di pasar-pasar tradisional.
Advertisement
Sebagai makanan rakyat, jengkol sudah menjadi salah satu pilihan wajib bagi masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta sebagai lauk atau sayur. Biasanya jengkol tidak pernah menghilang atau mengalami kenaikan harga namun hari-hari ini terjadi sebaliknya. Jengkol mulai langka di pasaran dan mengalami kenaikan harga yang signifikan. Harga jengkol normalnya adalah Rp.5000,- dan beberapa pekan terakhir naik drastis menjadi Rp.50.000,- hingga Rp.60.000,-. Hal ini tentu menambah beban masyarakat yang biasanya memilih jengkol sebagai lauk atau sayur karena harganya yang terjangkau dan kini harganya bersaing dengan daging. Kenaikan harga jengkol ini disinyalir dikarenakan jengkol sedang tidak dalam musim panen sehingga suplai dari petani minim dan berakibat menjadi langka di pasaran. Kelangkaan inilah yang memacu harga jengkol naik dengan harga di luar nalar.
Harga jengkol yang melambung tinggi menyebabkan kini tidak ada penjual di pasar yang beranimen stok jengkol. Mereka mengeluh bahwa tidak akan ada yang mampu dan mau membeli jengkol dengan harga fantastis. Menanggapi kasus ini, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar yang berada di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Menurut Gita, kini harga jengkol sudah berangsur turun dan akan segera kembali ke harga normal yaitu Rp.5000,- sampai Rp.6000,-. Gita mengakui bahwa mahalnya harga jengkol membuat masyarakat yang terbiasa mengonsumsi jengkol kehilangan varian lauk dan sayur untuk makan sehari-hari. Padahal jengkol sudah menjadi salah satu penyumbang asupan zat-zat penting bagi tubuh untuk mereka selama ini.
(vem/Sya)