Hari itu sebenarnya tak tampak berbeda, semua seperti biasanya. Gina dan Rio bergandengan tangan menuju sebuah 21 tempat mereka biasa nonton. Keduanya tertawa bahagia, entah menertawakan apa saja yang mereka lihat.
Sesampainya di dalam bioskop, Gina cukup serius menonton film yang ada di depan mereka. Film percintaan, yang penuh dengan kalimat-kalimat yang membuat ia jadi berpikir keras.
Rio tampak biasa saja, dan berusaha menggenggam jemari Gina setiap kali wajah kekasihnya terlihat resah. Tapi perlahan genggaman itu dilepaskannya. Gina terdiam, mematung sepanjang film diputar.
Advertisement
Film telah usai, Gina meminta Rio mengantarkannya pulang. Ia membatalkan dengan tiba-tiba janji makan malam dengan kekasihnya. Ia bilang ia lebih ingin sendiri.
Rio tak tahan memendam apa yang ada di benaknya. Diambilnya haluan ke kiri dan disisikan mobil yang dikendarainya.
"Baiklah, aku hanya ingin tahu, kenapa kamu tiba-tiba diam membisu sepanjang film tadi? Dan kenapa kamu membatalkan jalan-jalan kita? Apa salahku?" tanya Rio.
"Aku... Aku..." Gina berbicara terpatah-patah. "Aku ingin kita putus. Ini adalah waktunya aku move one. Perasaanku padamu sudah tak seperti dulu lagi. Cintaku rasanya sudah tak ada untukmu, itulah yang sebenarnya terjadi. Hanya saja, aku tak tahu kapan aku siap mengatakannya. Dan kupikir... aku sudah siap saat ini..."
Apa yang diucapkan Gina itu membuat Rio terdiam. Tanpa berkata apa-apa dijalankannya mobil itu lagi menuju rumah Gina. Selang beberapa menit mobil tersebut berjalan, sebuah truk tak terkendali menabrak mereka dalam hitungan detik. Gina tak sadarkan diri.
***
"Aku di mana? Rio? Mana Rio?" tanya Gina dengan suara samar-samar.
"Kamu di rumah sakit, nak. Mobil kalian mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang. Rio... Rio tak dapat diselamatkan. Maaf ya, nak" ibu Gina memeluknya dengan erat. Gina hanya menatap nanar. Air matanya perlahan menetes dan mulai deras.
"Permisi, ini adalah barang-barang milik Rio. Sebaiknya ibu menyimpannya sampai orang tua Rio datang nanti," kata seorang suster.
Ibu Gina menyerahkan sebuah kantungan barang-barang Rio yang dikumpulkan jadi satu. Di dalamnya, terdapat secarik kertas yang menarik perhatian Gina. Diambilnya kertas itu dan dibacanya...
Tanpa cintamu, aku akan mati, sayang... Jangan pernah tinggalkan aku yah.Happy 1st anniversary
Gina menangis lagi sejadi-jadinya. Ia sangat menyesal akan kalimat yang diucapkannya semalam. Dalam hatinya sebenarnya hanya ada keraguan, keraguan yang kerap dimiliki wanita terhadap kekasihnya.
Ia tahu, ia salah. Seharusnya ragu-ragu saja tak perlu sampai membuatnya mengambil keputusan yang akhirnya disesalinya.
(vem/bee)