Beberapa hari ini kita cukup terpana dengan berita kekerasan yang dialami Ardina Rasti. Walaupun kasus ini masih bergulir dan belum diketahui titik terangnya, kita menjadi sadar bahwa kejadian yang sama bisa menimpa siapapun. Kasus kekerasan yang terjadi saat hubungan masih berstatus pacaran tidak hanya dialami wanita kurang berpendidikan, karena kasus yang sama dapat terjadi pada semua wanita.
Kita tinggalkan sebentar kasus yang menimpa Ardina Rasti. Kasus yang sama tidak hanya terjadi di kalangan selebritis. Wanita biasa (mahasiswi, pelajar, wanita kantoran dan sebagainya) banyak yang mengaku bahwa mereka pernah mengalami kekerasan, baik secara kata-kata ataupun fisik. Yang menyedihkan, pelakunya adalah pacar mereka sendiri.
Cinta memang sering membutakan mata, inilah salah satu kisah sahabat kami yang tidak ingin disebutkan namanya:
Advertisement
***
Saya mengenal Roni (nama samaran) sejak awal kuliah. Saat pertama kali kami jadian, dia adalah cowok yang baik dan perhatian. Setelah beberapa bulan mengenalnya, saya mulai merasakan tabiat tidak menyenangkan darinya. Seringkali dia memaki saya. Saya hanya diam, karena saya menganggap 'oh, ini memang salah saya' sehingga saya membiarkannya memaki saya dengan kata-kata kasar. Harga diri saya hancur, tetapi cinta membutakan mata saya saat itu.
Perlakuan Roni makin lama makin kasar. Di depan keluargaku dan teman-teman, dia sangat manis, bahkan teman-teman dekat saya mengatakan iri karena saya punya pacar yang baik. Tetapi di balik itu semua, dia semakin sering menghina saya. Saya akui, saat itu saya bodoh, seharusnya saya tahu dia telah menyakiti saya, seharusnya saya membebaskan diri secepatnya dari dia. Tetapi saya bertahan dengan harapan, cinta akan membuatnya jadi sosok yang lebih baik.
Nyatanya, kekerasan yang dia lakukan mulai menjurus pada kekerasan fisik. Saya pernah ditampar olehnya hingga pipi memerah dan terasa panas. Keesokan paginya, baru saya sadari bahwa efek tamparan itu mengenai mata saya. Bagian mata saya yang awalnya putih (di samping bola mata hitam) menjadi merah. Saya merahasiakan hal tersebut dari orang tua saya, saya bilang saya terpeleset dan jatuh.
Satu hal yang membuat saya terus menerima perlakuan kasarnya. Karena Roni selalu meminta maaf dan mengiba, dia berjanji tidak akan melakukan perbuatan yang sama. Hati saya seringkali luluh. Tetapi saya akhirnya sadar setelah dia memukul saya. Jika saat pacaran dia sudah kasar, bagaimana nanti. Akhirnya saya jujur pada teman-teman saya mengenai sikap Roni. Mereka semua terkejut dan meminta saya segera memutuskannya.
Tidak mudah memutuskan seorang pria yang suka main kasar. Roni mulai mengancam saya jika saya memutuskannya, tetapi saya tidak peduli, saya tetap memutuskannya dan balik mengancam akan mengadukan tindak kekerasan yang dia lakukan pada polisi.
Saat itu saya tidak melaporkannya pada polisi, saya tidak ingin masalah jadi melebar kemana-mana walaupun saya sangat trauma. Tetapi apa yang terjadi pada saya jangan sampai menimpa wanita yang lain. Kenali tabiat kekasih Anda, jika dia dengan mudah berkata kasar pada orang lain, dia akan mudah melakukannya pada Anda, termasuk kekerasan yang dia lakukan.
Segera bebaskan diri Anda darinya. Sebesar apapun cinta Anda padanya, tabiat pria yang kasar hampir mustahil diubah. Jangan buang waktu Anda untuk pria kasar, Anda pasti tidak ingin hidup selamanya dalam hinaan dan tamparan, juga saat Anda memiliki anak kelak. Wanita baik sepantasnya mendapatkan pria baik yang penyayang dan sabar. Jangan sampai kisah saya terjadi pada Anda.
***
Itulah kisah nyata dari sahabat kami ketika mengalami kekerasan saat berpacaran. Sekarang sahabat kami sudah menikah dengan pria lain yang lebih baik. Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi Anda untuk segera melepas diri dari pria yang suka main kasar.
(vem/yel)