Sebuah foto dinilai bagus bukan hanya perkara pixelnya besar sehingga gambarnya tajam. Atau lokasinya yang berlatar belakang tempat-tempat yang indah saja. Foto yang bagus adalah yang dapat bercerita dan membawakan pesan. Dicerna dengan baik oleh yang melihat sehingga menimbulkan kesan-kesan tertentu.
Berikut adalah hasil jepretan-jepretan foto para fotografer top dunia. Sebenarnya momen yang diabadikan adalah momen keseharian, namun jika diamati masing-masing foto tersebut serasa hidup. Menyampaikan pesan kebahagiaan pada setiap mata yang melihatnya.
Menurut mereka, ini adalah foto-foto terbaik yang setiap dilihat akan mengingatkan bahwa hidup itu indah, hidup itu penuh kebahagiaan. Seperti apa sih foto-foto tersebut? Yuk simak.
Advertisement
Advertisement
Hasil Jepretan Marcus Bleasdale
Foto ini diambil tahun 2007 silam, di mana Marcus diminta mengabadikan foto anak-anak di Kinshasa oleh dewan PBB. Saat itu, peperangan sedang meletus. Bisa terbayang bagaimana kondisi anak-anak di tengah peperangan. Kekurangan air, kekurangan makanan, dan harus hidup di tengah suara meriam dan senjata.
Mengerikan. Itulah kata yang cocok untuk mengungkapkan kondisi di sana. Namun, ada sebuah momen di mana Marcus menangkap masih ada kehidupan di sana. Saat itu, anak-anak tengah berkumpul di tengah pembagian makanan dan air. Saking senangnya, beberapa anak-anak menengadahkan kepala dan merasakan kucuran air membasahi tubuhnya. Bagi kita mungkin ini adalah hal biasa, namun bagi mereka ini semacam kemewahan yang langka.
Sejenak suara dentuman meriam terlupakan, sejenak hal kesedihan sirna disiram air. Mereka bahagia.
Hasil Jepretan Seamus Murphy
Foto ini diberi judul 'Delight'. Diambil oleh Murphy tahun 2004, di kota Takhar, Afghanistan.
Ia adalah seorang pria yang bekerja di tambang batubara. Sehari-hari ia harus bekerja di tambang tersebut demi meneruskan hidupnya. Di antara wajah-wajah yang suram dan penuh penderitaan, Murphy menemukan seorang pria yang masih bisa tertawa dengan lepas.
Beban batubara yang dipanggulnya tampak seperti kapas karena tertelan oleh tertawanya. Ia seperti sosok yang hidup tanpa beban, dan dikelilingi kebahagiaan. Mungkin rasa syukur di dalam dirinya yang membuatnya demikian.
Advertisement
Hasil Jepretan Steve Vaccariello
Foto yang diambil oleh Steve Vaccariello ini berjudul Movement. Diabadikan pada 2010 silam.
Ada seorang ballerina yang sedang menari di American Ballet Theatre. Dengan gerakan lembut ia seolah menari di udara, bukan di atas lantai dansa.
Dan Steve menyebutnya kesempatan yang langka. Dapat mengabadikan keindahan gerakan manusia dengan sepenuh hatinya. What a great moment.
Hasil Jepretan Vern Evans
Evans mengabadikan wajah-wajah penuh bahagia ini di sebuah sekolah Dharamsala, India pada 2008 silam.
Sekelompok biarawati Budha sedang belajar dan berkumpul bersama. Jarang melihat sosok asing, mereka memperhatikan Evans dengan seksama. Saat itu Evans mengenakan sebuah topi koboi. Dengan tubuh tinggi besar, ia mengajak para biarawati berbicara. Hasilnya? Tanpa terduga senyuman merekalah yang meledak dan berbicara.
Di tengah kekuranganpun, mereka masih bisa tertawa. Membuat Evans menangkap bahwa, "semuanya akan baik-baik saja."
Advertisement
Hasil Jepretan Ken Shung
Juni 1987, di sebuah kota bernama Taishan, provinsi Guangdong, China, diabadikanlah foto ini oleh seorang fotografer bernama Ken Shung.
Saat itu Ken sedang mengunjungi desa kelahiran ayahnya, di mana anak-anak kecil yang ceria mengikuti ke manapun Ken pergi. Mereka tertarik pada kamera yang dibawa oleh Ken. Alhasil, Ken tergoda menjepret setiap momen bersama mereka.
Sebuah foto membuat Ken terpesona. Foto ketika seorang anak tertawa lepas. Seolah ingin berkata, "tak ada yang perlu kau khawatirkan lagi di dunia ini, semua sudah tersedia dan kau bebas memanfaatkannya."
Sebuah potret kebahagiaan yang sederhana di tengah materi yang seadanya.
Hasil Jepretan Sandra Phipps
Foto ini adalah foto anaknya, Lucy yang tengah tertidur tenang di pelukan suaminya. Saat itu Sandra dan suaminya menjadi orang tua di tengah himpitan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Tinggal di kota Brooklyn dengan hanya ditemani sebuah kipas angin dalam apartemen kecil. Tak ada cukup ventilasi di sana, jendela yang terpasang hanya ada satu.
Mendambakan kehidupan yang lebih baik, Sandra memutuskan pindah ke rumah saudarinya di Georgia Utara. Di sana hawa sejuk pegunungan masih tersisa. Memanjakan dalam kesederhanaan dan kesunyian kota.
Dan suatu hari di atas rerumputan suami Sandra berbaring dengan memeluk si kecil. Hawa dingin membuat keduanya cepat terlelap dengan nyaman. Di sinilah Sandra merasa bahwa kebahagiaannya telah lengkap di tengah kekurangan yang mereka rasakan. Materi yang mereka punya mungkin terbatas, tetapi kebahagiaan ternyata tak selalu ditentukan oleh materi. Sebuah kebersamaan dengan keluarga jauh lebih berarti ketimbang materi.
Advertisement
Hasil Jepretan Matt Black
Foto ini menceritakan tentang seorang anak kecil bernama Armando Santo Galinda. Usianya 7 tahun dan ia tinggal di San Miguel Cuevas, Oaxaca, Meksiko. 80% penduduk di sana hidup di tengah kemiskinan.
Armando tinggal bersama ibu dan ketiga saudaranya. Ayahnya, telah bermigrasi ke Amerika Serikat untuk mencari pekerjaan. Setiap hari Armando akan memantu ibunya memberi makan kalkun piaraan serta menyiangi tanaman jagung milik mereka.
Foto ini diambil saat Armando berjalan bersama anjing miliknya. Ia dalam perjalanan pulang seusai bekerja membantu ibunya. Tak ada beban yang terlihat pada diri Armando. Ia tetap menjadi anak-anak yang ceria dan berlari menikmati hidupnya. Sekalipun ia tumbuh di tengah kemiskinan, Armando seakan tak pernah mengeluh. Tetap menjalani hidupnya dengan bahagia.