Sukses

Lifestyle

Sedekah – Senyum – Rezeki

Oleh Reno Andam Suri

Saya ingin bicara sedekah. Kadang niat sedekah itu justru datang kalau lagi susah. Saya jadi ingat satu nasehat satu pemuka agama yang khas dengan ceramah sedekahnya. Beliau bilang kalau memancing rejeki itu bisa dari sedekah. Seorang oom saya malah memberikan contoh yang lebih dahsyat. Bayangkan kalau kita melempar bola ke dinding, maka bola itu akan memantul kembali kepada kita. Semakin kuat kita melemparkan bola, semakin cepat kita mendapat pantulan balik si bola. Tapi jangan melulu mengartikan feedback itu berarti materi alias uang. Menjadi sehat atau bahagia juga bagian dari rejeki.

Tapi bukan sedekah uang yang mau saya ceritakan. Saya ingin berpendapat, bahwa sedekah tidak harus uang, kok. Sedekah bisa juga dengan tersenyum. Gampang banget, ya? Ha..ha..ha... nanti dulu. Gampang itu kalau dibayangkan, coba kalau kita lakukan, belum tentu!

Butuh perjuangan untuk membuat bibir ini, di kedua ujungnya naik ke atas dan bukan ke bawah. Mata kita juga akan ikut mengecil dan dibayangi sinar bahagia. Dan ternyata senyum itu punya efek meredakan stres. Karena artinya hati kita ikut tersenyum dan berpikiran positif.

Berbeda dengan senyum basa-basi? Cukup tarikan di bibir lalu kembali seperti semula. Mata tidak ikut berbicara. Hatinya tidak ikut tersenyum. Stres mungkin justru akan bertambah.

Saya cerita begini, bukan berarti awalnya saya adalah orang yang suka tersenyum. Kalau pagi-pagi beli sayur dan berkumpul dengan ibu-ibu lain, saya lebih suka diam. Untuk ukuran tetangga saya, kesannya itu belanja yang terlalu serius. Atau setelah pulang belanja dan berpapasan dengan ibu-ibu lain maka saya akan pura-pura sibuk melihat hal-hal lain. Padahal itu karena saya minder.

Betul, sampai sekarang saya masih suka minder kalau bertemu orang-orang. Kalau ada pertemuan, saya lebih suka mojok dan ‘menciut’ agar tidak terlihat. Sampai kuliah kebiasaan itu masih saya lakukan. Sampai teman satu angkatan mengatakan saya super sombong. Padahal betul-betul semua itu karena saya anak yang minder. Lambat laun kebiasaan itu mulai coba saya hilangkan. Caranya, yaitu tadi, tersenyum. Awalnya saya mencoba tersenyum pada satu dua orang teman. Singkat cerita, butuh perjuangan tidak sebentar untuk bisa membuat saya berubah menjadi lebih mudah tersenyum. Hasilnya, teman-teman semakin banyak.

Mencoba lebih percaya diri dengan lingkungan baru. Selain tersenyum, senjata lain hingga saya berubah adalah mencoba berpikir positif. Bahwa orang-orang yang saya temui adalah calon teman-teman baru (ini jika masuk lingkungan baru), atau berpikir bahwa silaturahim atau bertemu orang-orang adalah langkah pembuka pintu rejeki. Mau dikasih rejeki tak boleh kan, kita tolak-tolak?

Akhirnya jadi bersambung-sambung ya tulisan ini. Dari mulai sedekah sampai akhirnya rezeki. Benang merahnya adalah sedekah membuka pintu rezeki. Percaya saja. Dari pertemuan dengan siapa pun, kita bisa memiliki kesempatan besar. Ayo, mulai banyak tersenyum...

[initial]

Source: GoodHouseKeeping, Edisi Oktober 2012, Halaman 140

 

(GH/gil)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading