Oleh: Ginanjar Putra
Kisah ini dikirim oleh sahabat Vemale. Jarang sekali kami menerima kisah kiriman dari sahabat pria, semoga kisah ini menjadi inspirasi kita semua.
***
Advertisement
Saya adalah seorang karyawan bank swasta di kota Bogor. Karir yang baru saja saya mulai setelah lulus dari perguruan tinggi membuat hariku-hariku sangat sibuk. Saking sibuknya, saya tidak terlalu memikirkan urusan asmara. Menurut pendapatku saat itu, punya pacar akan menghambat karir. Biasanya wanita suka rewel jika tidak dihubungi. Karena itulah saya memilih untuk menikmati masa-masa sibuk dengan pekerjaanku.
Hingga setahun masa kerja, saya bertemu dengan seorang wanita yang pada akhirnya saya percaya seperti dikirim oleh Tuhan khusus untukku. Nama wanita yang cantik dan baik hati ini adalah Lena, usianya setahun di bawahku. Walau begitu, dia adalah wanita muda dengan pemikiran dewasa. Tidak seperti mantan pacarku yang suka ngambek atau mau ini dan itu, Lena adalah wanita yang bijaksana. Saya jatuh cinta tidak lama setelah mengenalnya.
Dengan sikap dewasanya, saya melupakan pikiran bahwa semua wanita itu cerewet, karena yang satu ini berbeda. Akhirnya saya beranikan diri untuk menjalin hubungan asmara dengannya. Awalnya, hubungan kami sangat menyenangkan, hingga suatu hari, saya merasakan nyeri di bagian gusi. Saya pikir itu hanya sakit gigi biasa, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan, ada benjolan tumor yang tumbuh di sana.
Hal pertama yang saya takutkan adalah Lena pergi meninggalkanku. Wanita mana yang mau punya calon suami yang sakit, apalagi ini tumor. Apalagi dokter mengatakan bahwa operasi pengangkatan tumor itu akan membuat separuh dari gigiku ikut tercabut. Rasanya sia-sia saja saya bekerja banting tulang jika semua ini terjadi.
Ingin rasanya saya menyembunyikan penyakit ini dari Lena. Tapi saya tidak ingin dia hidup dalam kebohongan, hingga saya ceritakan semua masalah kesehatanku, juga kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Di luar dugaanku, Lena menggenggam tanganku dengan sangat erat, dia mengatakan akan terus mendampingiku hingga sembuh. Dia juga berjanji bahwa hal ini tidak akan membuatnya berpaling atau meninggalkanku.
Seperti ada kekuatan yang datang, melalui tangan Lena, saya mendapat jutaan harapan untuk sembuh. Operasi segera dilakukan. Lena selalu mendampingiku, berada di sampingku mulai pemeriksaan sebelum operasi, sering dia tidur di sofa kamar perawatan selama saya dirawat di rumah sakit, hingga saya diperbolehkan pulang.
Operasi itu berhasil mengangkat tumor yang tumbuh di gusiku. Saya terpaksa memasang beberapa gigi palsu, tetapi semua itu terbayar, wanita yang saya cintai menepati janjinya untuk selalu bersamaku. Selain keajaiban Tuhan dan bantuan pihak medis, Lena adalah salah satu faktor yang mempercepat penyembuhanku.
Saat ini, kesehatanku membaik. Saya dan Lena menikah lima bulan yang lalu. Sangat menyenangkan melihat dia menjadi orang pertama yang saya lihat ketika bangun tidur, juga menjadi orang terakhir yang saya pikirkan sebelum tidur. Kami bahagia dengan suka duka yang datang silih berganti.
Itulah sedikit cerita yang bisa saya bagikan. Saya semakin percaya dengan ungkapan bahwa seorang wanita yang sering dianggap kaum lemah justru bisa menjadi penguat bagi seorang pria. Saya sudah membuktikannya sendiri.
(vem/yel)