Sukses

Lifestyle

Live Must Go On

“Ya Allah, bukakan pintu surga untuk istriku. Tempatkan ia disisiMu, seperti yang Engkau janjikan, yaitu syahid, ia meninggal demi melahirkan tiga buah hati kami ke dunia ini. Jauhkan ia dari siksa api neraka dan siksa kubur dan lapangkanlah kuburnya ya Allah...”

[quote]

Sebuah kisah sejati yang diungkapkan kepada Maharani Indri.

Lantunan doa ini tak henti-hentinya dipanjatkan oleh Watary Kurniawan Budiono, seorang pria muda berusia 25 tahun, bagi istrinya tercinta, Lily Riyana Lubis. Air mata sebagai tanda keikhlasan hati mengiringi kepergian sang istri tercinta yang bulan Agustus lalu meninggal dunia, setelah melahirkan ketiga putri kembar, hasil buah cinta mereka, yaitu Adeela Arlyana Watary, Adeena Rilyana Watary, Adeeva Lilyana Watary.

Watary atau yang biasa dipanggil Ary, tidak pernah membayangkan akan ditinggal sang istri secepat ini. Masih terekam jelas dalam ingatannya, pada bulan Oktober 2010, saat pasangan ini menikah. “Lily tampak cantik sekali pada hari pernikahan kami,” kenang Ary dengan mata berkaca-kaca. Pada hari sakral itu ada suatu kejadian yang masih dirasa aneh oleh pria yang saat ini menghidupi diri dan keluarga dengan berwirausaha ini. “Waktu itu,menjelang akad jam 10 pagi, cuaca sangat cerah, bahkan cenderung panas. Saya kegerahan, mungkin karena saya juga sedang deg-degan. Namun, sesaat mau ijab kabul. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Lalu, tak lama kemudian hujannya berhenti total dan selanjutnya cuaca cerah sampai malam.”

Masa Pernikahan

Tujuh tahun menjalani hubungan, Ary dan Lily hanya sempat menikmati masa-masa pernikahan selama setahun. Setelah menikah, Ary dan Lily langsung pindah ke ruko dan mengurus segala urusan rumah tangga berdua saja. Menjalani rumah tangga, Ary merasakan perhatian dan rasa sayang yang semakin melimpah dari Lily. “Lily orangnya jujur dan sabar. Ia selalu menjadi yang pertama menyelesaikan masalah, ketika kami bertengkar. Jadi, kita tidak pernah bertengkar lama, paling lama 2 hari. Prinsip kami, kami tidak mau kehilangan satu sama lain, makanya harus cepat menyelesaikan masalah.”

Dua bulan menikah, Ary dan Lily diberi hadiah terindah. “Lily telat datang bulan. Untuk memastikannya, kami mengecek dengan testpack dan hasilnya positif. Segera kami berangkat ke dokter dan diperiksa menggunakan USG transvaginal. Lily dinyatakan positif hamil,” kata Ary. Kejutan belum usai. Dua bulan setelahnya, pasangan ini mengetahui bahwa janin yang ada di dalam kandungan Lily, bukan hanya satu, tetapi tiga. Kembar tiga. Meskipun memiliki keturunan kembar dari kedua belah pihak, pasangan suami istri ini tetap saja terkejut. “Entah senang, atau takut. Yang pasti, kami sempat tidak percaya. Dokternya juga, sampai periksa diulang berkali-kali. Kami merasa sangat diberkahi,” ujar Ary.

Bulan berjalan, janin berkembang normal seperti semestinya. Demikian pula Lily. Hanya saja, menginjak bulan ke-4, kaki Lily mulai membengkak. Dokter memastikan bahwa semuanya normal. “Sampai usia 29 minggu tidak ada keluhan dari Lily, kita malah sempet USG 4D dan terlihat betapa lucunya mereka.”

Meskipun masih dalam kandungan, Lily sudah menunjukkan kasih sayangnya kepada ketiga buah hati. “Setiap hari Lily mengelus-elus dan mengajak ketiga janin dalam perutnya itu mengobrol. ‘Mereka tidak suka  Mozart, seperti mamanya. Ngantuk.’ Lily pernah berkata begitu sambil tertawa-tawa, saat kami mendengarkan lagu Mozart dari earphone,” cerita Ary. “Kami selalu amaze melihat perkembangan ketiga janin. Meskipun selalu berpikir, biaya yang dibutuhkan pasti besar, tapi kami selalu tertawa-tawa bila berpikir saat si kembar sudah lahir, pasti jadi tontonan, setiap kali pergi ke mal,” ungkapnya.

Kisah selanjutnya, Live Must Go On II

Source: Goodhousekeeping, edisi November 2011, halaman 81- www.goodhousekeeping.co.id

(vem/tik)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading