Film Arisan! hadir dengan karakter pemain yang penuh liku-liku kehidupan. Apa yang bisa Anda pelajari dari mereka? Telaah Zoya Amirin dirangkum oleh Sanita Deselia.
Menjelang rilisnya Arisan! 2, lewat obrolan bersama Nia Dinata, penulis cerita sekaligus sutradara film tersebut, GH berkenalan lebih jauh dengan Andien, Meimei, Sakti, Nino, dan Lita. Pengalaman mereka tentang cinta memengaruhi cara pandang mereka tentang kehidupan. “Cinta atau relationship dengan seseorang memang bisa menjadi hal yang traumatis dan memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain,” ujar Zoya Amirin M.Psi, psikolog yang juga sex therapist. Semua tentang reaksi seseorang terhadap pilihan yang diambilnya baik itu reaksi terhadap pernikahan, perselingkuhan, termasuk penerimaan terhadap seksualitas dirinya.
Baik Andien, Meimei, Sakti, Nino, maupun Lita memiliki pribadi yang seru dan menyenangkan. Salah satunya mungkin mirip sahabat Anda. Biar persahabatan awet, yuk bercermin dari serunya kisah mereka.
Advertisement
Andien
Berkenalan dengan Andien:
Andien tipikal perempuan yang menginginkan kesempurnaan di dalam hal apapun. Demi cita-citanya untuk hidup sempurna menurut versinya, Andien menikah dengan mantan bosnya yang berbeda usia cukup jauh. Rumah tangganya pun seperti impian, suami kaya yang mapan dan mencintainya, anak perempuan yang cantik-cantik, plus pergaulan kelas atas.
Andien cenderung perfeksionis. Ia menginginkan segala sesuatunya terlihat sempurna. Contoh yang jelas terlihat saat Andien menata meja untuk acara arisan. Semua harus tampak ideal di mata, lilin dipajang hanya untuk terlihat cantik, fungsi jadi urusan belakangan. Apapun yang terlihat di luar menjadi hal yang lebih penting bagi Andien.
Belajar dari Andien:
KELEBIHAN: Standar ideal bagi si perfeksionis relatif lebih tinggi dibandingkan kebanyakan orang. Ia memiliki ambisi yang tinggi untyuk mencapai kesempurnaan versi dirinya. Ambisi ini menjadikannya berusaha sepenuh hati dan penuh totalitas dalam mengerjakan apapun. Di Arisan! pertama Andien selalu didukung oleh suaminya dan tidak perlu repot berpikir macam-macam. Di Arisan! 2 suami Andien telah meninggal dunia, namun dengan standar kesempurnaan versi dirinya, Andien berhasil survive. Ia pun berubah menjadi pekerja yang handal demi tetap bisa membesarkan anak-anaknya.
KELEMAHAN: Seseorang yang memuja kesempurnaan cenderung sulit menikmati hidup. Ada banyak topeng yang harus dipakai. “Baginya hidup baru bisa enak dengan banyak syarat, kalau begini kalau begitu. Stres gampang menyerang orang seperti ini karena kegagalan kecil di matanya bisa tiga kali tampak lebih besar, jatuhnya bisa lebih dalam,” ujar Zoya. Orang-orang seperti Andien meski ekspresif, tetap ada yang dia tutupi karena takut terlihat tidak sempurna. Kalau sedih dan terluka dia cenderung menutupi. Ada masalah cenderung dipendam, namun akhirnya bisa malah mendendam. Contohnya terjadi saat Andien membalas perlakuan suaminya yang selingkuh.
Berteman dengan Andien:
Menurut Zoya, seorang yang perfeksionis memerlukan teman yang membuat dia nyaman, yang bisa menerima kejelakan dirinya. Mengkritik orang seperti ini ada strateginya. Dia tidak bisa berteman dengan orang yang terlalu banyak protes.
“Jangan tegur mentah-mentah tapi lakukan dengan asertif,” ujar Zoya. Kalau diserang harga dirinya yang tinggi bisa membuatnya balik menyerang. “Lebih baik diingatkan dulu kebaikannya, sebelum memberi saran.” Misalnya saat Andien membalas kelakuan suaminya, Anda bisa berkata, “Kamu tuh sudah oke lho, tetapi kalau kamu mau lebih sempurna lagi sebagai istri, sebagai ibu, lebih baik kamu tidak bersikap begini, perhitungkan juga nasib anak-anak.”
Meimei
Berkenalan dengan Meimei:
Meimei seorang wanita pekerja yang aktif. Menikah dengan pacar sewaktu SMA. Namun seiring waktu, Ical, suaminya, berubah tak lagi mencintainya. Meimei merasa bisa memperbaiki pernikahan mereka dengan memberikan Ical anak, namun tidak berhasil. Ical pun meninggalkannya.
Sebagai wanita yang memiliki karier sukses di bidang arsitektur, pembawaan Meimei cenderung rasional. Ia melihat segala sesuatu dengan pertimbangan logika. Tipe seperti ini hanya bisa melihat hitam dan putih, benar dan salah. Orang seperti ini biasanya tegar dalam bersikap. Makanya dalam pergaulan relatif kurang disukai karena kesannya tidak punya perasaan.
Belajar dari Meimei:
KELEBIHAN: Seseorang yang rasional tidak pernah berlarut-larut dalam masalah. Si rasional lebih praktis dan realistis. Setelah ditinggal Ical, Meimei dnegan cepat mengoreksi diri dan mencari letak kesalahannya. Dia bersedih saat harus bersedih tapi tahu dengan cepat kapan harus bangkit dan menata diri lagi. Setelah tahu ia hampir tak mungkin memiliki anak, ia tidak memaksakan diri dan mengalihkan energi cintanya kepada anak Lita yang butuh perhatian.
KEKURANGAN: Suka menganalisa segala hal. “Pada kondisi normal, analisa masalah adalah hal yang baik. Namun overanalisa akan melelahkan juga. Apalagi untuk urusan cinta yang sulit ditakar dengan logika,” ujar Zoya. Tipe seperti ini juga cenderung sulit berempati terhadap orang lain apalagi kalau menurut logikanya salah.
Berteman dengan Meimei:
Bersama Meimei Anda bisa menikmati hal-hal sederhana, tidak perlu bermewah-mewah apalagi bersaing menjadi yang terkeren. Anda tidak perlu menjadi orang lain hanya untuk membuatnya terkesan. Baginya yang terpenting adalah yang dirasakan di dalam. Prinsipnya, kalau membahagiakan diri sendiri, untuk apa memikirkan kata orang? Untuk meminta pengertian darinya sebagai teman Anda bisa lebih banyak bertanya soal perasaan. Tidak semua hal harus dipikirkan. “Saat dia berkata ‘saya pikir..” kemukakan segera ‘bukan pikir tapi rasanya bagaimana?’” saran Zoya.
Sakti
Berkenalan dengan Sakti:
Sebagai anak lelaki satu-satunya dari keluarga Batak, ada banyak tuntutan yang ia terima dari lingkungan sekitarnya. Hal itu menjadi semakin berat saat ia sendiri ragu akan jati diri yang sebenarnya. Dalam diri Sakti ada jiwa-jiwa feminin tetapi karena tuntutan lingkungan ia pun mencoba keras menjadi seorang yang maskulin. Namun usaha untuk menutupi kenyataan tidaklah mudah. Ia pun terjebak dilema: menjadi dirinya, menerima kenyataan seksual dirinya, atau mengikuti tuntutan lingkungan. Ia pun hidup dalam self denial. Banyak hal yang harus ia tutupi, akibatnya seringkali ia panik dan tidak bisa menikmati saat-saat yang seharusnya bisa menyenangkan.
Belajar dari Sakti:
KELEBIHAN: Bagi Sakti, keluarga adalah segalanya, ia pun selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang dikasihinya, termasuk teman-teman. Ia loyal terhadap sahabatnya dan bisa diandalkan kapan pun mereka membutuhkan. Ia menjadi sensitif jika menyangkut orang-orang yang disayanginya.
KEKURANGAN: Ada banyak ketakutan dalam dirinya. Zoya mengemukakan, bukan perbedaan preferensi seksual yang membuat Sakti seperti itu, namun kepribadian dia terpengaruh oleh penerimaan diri terhadap seksualitasnya sendiri. Ketakutan-ketakutan itu membuatnya terbebani masalah yang sebenarnya bisa selesai segera. Sakti tidak menerima kenyataan dirinya berbeda, akibatnya ia tidak nyaman. “Hidup berjalan seperti apa kata orang kan susah. Prasangka akan ditolak oleh keluarga menguasainya, padahal ia belum mencoba berbicara,” ujar Zoya. Buktinya, dalam kasus Sakti, ternyata kenyataan tidak seburuk yang ia sangka. Orang-orang terdekat ternyata menerima dia apa adanya. Keterusterangan bisa membuat lega. “Coba terbuka dari awal, beban tidak perlu dibawa lebih lama,” ungkap Zoya.
Berteman dengan Sakti:
Tidak mudah membuat seseorang terbuka pada Anda. Sebagai teman Anda hanya bisa berusaha membuatnya senyaman mungkin berbicara dengan Anda. Perlahan ia akan tahu jika orang-orang yang menyayanginya pasti bisa menerima apa adanya. Seorang yang self denial cenderung mudah panik karena cenderung menutupi kenyataan diri. Tipe teman seperti ini harus dihadapi dengan ketenangan. Dalam film, ada Nino. Terlepas dari urusan percintaan, pribadi Nino yang tenang bisa langsung membuat Sakti terkesan dan dengan cepat bersikap terbuka.
Source: Goodhousekeeping, edisi November 2011, halaman 53-www.goodhousekeeping.co.id
(vem/tik)