Kisah nyata ini terjadi pada tetangga saya, sebut saja namanya Ajeng. Ajeng adalah wanita yang sangat cantik dan mandiri, dia bekerja di sebuah bank swasta sebagai staf akuntansi. Banyak pria yang jatuh hati pada Ajeng, salah satunya adalah pria bernama Bimo. Setelah masa perkenalan selama tiga bulan, dua insan yang sedang jatuh cinta ini saling mengenalkan diri pada keluarga.
Setelah Bimo berkenalan dengan keluarga Ajeng, ibu Ajeng dengan jujur mengatakan pada putrinya bahwa dia tidak setuju bila Ajeng berpacaran dengan Bimo. Di mata ibu Ajeng, Bimo terlihat tidak serius, tidak memiliki keteguhan hati dan semangat untuk bekerja, bahkan, Bimo tak malu jika meminta uang kepada Ajeng untuk membiayai ongkos perbaikan mobil. Hal inilah yang dirasa ibu Ajeng sebagai sesuatu yang kurang baik dari seorang pria bila ingin menikahi anak gadisnya.
Karena dibutakan oleh cinta, Ajeng membela Bimo. Di mata Ajeng Bimo adalah pria sempurna yang akan membahagiakan hidupnya. Ajeng bahkan berkata kasar pada ibunya.
Advertisement
"Ibu tahu apa sih tentang Bimo? Aku lebih tahu, aku lebih mengenalnya, dia itu pria yang baik," hardik Ajeng pada ibunya dengan nada kasar. "Udah deh, ibu diam saja, masa depanku ada di tanganku sendiri. Nggak usah ikut campur!"
Kira-kira itulah ucapan kasar yang keluar dari bibir Ajeng sebelum dia kabur dari rumah dan memilih tinggal bersama Bimo di pulau seberang. Gadis itu bahkan keluar dari pekerjaannya yang telah mapan demi cinta.
Dua minggu kemudian, ibu Ajeng menerima telepon dari putrinya. Ajeng mengatakan bahwa dia telah menikah siri bersama Bimo dan diketahui oleh keluarga Bimo saja, tak ada satupun keluarga Ajeng yang mengetahui pernikahan tersebut.
Cinta membutakan hati Ajeng. Dia lupa bahwa ada restu yang seharusnya diberikan orang tua, terutama ibu. Karena Ajeng tidak memberi tahu di mana dia tinggal, keluarga Ajeng tidak bisa mengunjungi Ajeng selama enam bulan.
***
Saat saya tanyakan bagaimana perasaan ibu Ajeng mengenai kepergian putrinya dan pernikahan diam-diam tersebut, ibu Ajeng mengatakan:
"Saya memang tidak mengenal Bimo sebaik Ajeng, tetapi saya tahu bahwa dia bukan pria yang baik. Saya bisa merasakannya. Bagaimanapun juga saya ini sudah makan asam garam kehidupan, dan saya tahu benar kalau Bimo tidak akan sejalan dengan Ajeng," ujar wanita itu sambil berlinang air mata.
"Saya tidak mengharapkan menantu yang kaya raya, tidak sama sekali. Saya hanya ingin anak saya bersama pria baik dan bertanggung jawab, serta tahu kewajibannya untuk memberi nafkah Ajeng dan anak-anaknya kelak. Saya bisa merasakan bahwa Bimo bukan pria seperti itu, apalagi setelah saya tahu dia sering meminta uang kepada Ajeng. Buat saya, itu bukan itikad baik, tidak seharusnya seorang kepala rumah tangga berbuat demikian terus-menerus."
Jujur, hati saya teriris saat mendengar penuturan ibu Ajeng. Kemudian beliau menambahkan.
"Tapi ya sudah, saya tetaplah ibunya Ajeng. Saya tidak pernah berhenti berdoa agar pintu hati anak saya terbuka dan semoga dia baik-baik saja bersama suaminya."
***
Dua bulan setelah percakapan itu, saya mendapat kabar dari ibu Ajeng bahwa Ajeng telah kembali ke rumah. Saya segera menemui Ajeng dan sangat kaget mendapati dirinya sangat kurus dan tampak tidak terawat. Dengan berlinang air mata, Ajeng menangis dalam pelukan saya.
Setelah tenang, Ajeng bercerita bahwa tabiat Bimo yang kasar, tidak bertanggung jawab dan mau seenaknya sendiri baru terlihat setelah mereka menikah. Semua yang dikatakan oleh ibu Ajeng terbukti. Berbulan-bulan Ajeng bertahan dan bekerja sebagai SPG susu bayi untuk membiayai hidup mereka. Bimo bahkan tidak bekerja dan hanya mengandalkan keuangan dari istrinya saja.
Tak tahan dengan kelakuan Bimo, akhirnya Ajeng kembali ke rumah orang tuanya. Saat tiba, Ajeng langsung meminta maaf dan mencium kaki ibunya. Dia mengaku bersalah karena tidak mendengar kata-kata ibunya dan berkata kasar demi membela pria yang ternyata membuat hidupnya berantakan.
Saat ini, Ajeng telah kembali pada keluarganya dan sedang mengurus perceraian dengan Bimo. Sejak kejadian itu, hubungan Ajeng dengan sang ibu semakin baik. Bagi sang ibu, tidak ada yang harus dimaafkan, karena apa yang telah terjadi dapat menjadi pelajaran bagi Ajeng agar lebih berhati-hati saat memilih pendamping hidup.
"Dulu saya dibutakan cinta dan lupa bahwa restu Allah SWT datang melalui restu ibu. Saya menyesali perbuatan saya yang telah melukai hati ibu dan keluarga demi pria yang tidak saya kenal tabiat aslinya," ujar Ajeng pada tim Vemale. "Saya berharap kejadian ini tidak menimpa siapapun dan semoga Allah SWT membuka pintu maaf-Nya untuk saya yang telah durhaka pada ibu."
Ingatlah sahabat, doa orang tua, terutama doa ibu adalah doa yang memiliki keistimewaan dan menjadi doa yang diutamakan Allah SWT. Restu orang tua, terutama restu ibu akan menjadi restu Allah SWT. Pastikan setiap langkah Anda selalu dilimpahi doa dan restu orang tua, dan jangan lupa selalu doakan kebahagiaan mereka :)
(vem/yel)