Menjadi penulis hingga pembawa acara, semua untuk satu bidang: kuliner.
Top chef yang pernah meraih the best reality competition di ajang Emmy Awards 2010, kembali hadir untuk musim ketujuh di Sony Entertainment Television, Agustus ini. Ada yang menarik dari acara tersebut, para peserta ditantang memasak dengan mata tertutup hingga memasak untuk berbagai profesi, misalnya politisi bahkan astronot. Gail Simmons menjadi juri tetap untuk Top Chef: Just Dessert sekaligus membawa acara program ini. Ia tentu fasih menggawangi acara ini, karena mengarungi dunia kuliner semenjak duduk di bangku kuliah. Ia menulis artikel tentang restoran-restoran terbaru untuk surat kabar kampus, lalu bekerja untuk beberapa majalah dan surat kabar, di antaranya Toronto Lofe. Surat kabar Globe and Mail dan National Post. Ia sempat mengasah kepandaian dengan bekerja para kritikus makanan Vogue, Jeffrey Steingarten. Karier sebagai koki profesional diawali saat bekerja di La Cirque 2000, lalu memperdalam pendidikan di sekolah kuliner di Institute of Culinary Educatio. Padahal ia, adalah lulusan summa cum laude dari University McGill, dengan dua gelar sekaligus – Antropologi – Sastra Spanyol – latar belakang pendidikan yang kontras dengan dunia yang ia geluti sekarang.
Tentu saja, menjadi juri Top Chef: Just Dessert adalah kebanggaan tersendiri. Episode Quickfire Challenge Sundae Funday adalah yang mengesankan baginya. “Saat terbangun di pagi hari, saya berkata kepada diri sendiri, hidup ini indah seperti es krim. Bagaimana mungkin hidup akan buruk, ketika saya bisa pergi untuk bekerja dan makan es krim sepanjang hari?”
Advertisement
Bagi Gail, es krim memiliki potensi membangkitkan kenangan. “Setiap es krim yang dihidangkan kepada saya memiliki cerita yang sifatnya benar-benar pribadi, hal tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap rasa, meski para juri tetap menilai pada presentasi akhir.” Lalu apa rasa favorit es krim Gail? “Mint Chocolate chip, moka atau espresso chip,” tandasnya. Gail bisa memakan es krim setiap hari, pilihannya adalah es krim lembut tanpa campuran apa-apa.
Tiap episode Top Chef: Just Dessert membawa kesan tersendiri bagi Gail. Dalam sebuah sesi eliminasi episode souffle, Gail teringat masa-masa sulitnya bekerja sebagai penulis kuliner di majalah gaya hidup. “Saya pikir, gaya busana dan memasak sama-sama menyoal keseimbangan,dalam mode, kita berbicara kain dan desain, klasik dan modernitas, dan garis yang sangat tipis antara keduanya. Hal yang sama tipis antara keduanya. Hal yang sama berlaku untuk kue. Jadi, saya pikir ada banyak kesamaan antara dapur pastry dan studio mode.”
Profesi koki bagi Gail juga tidak semata-mata terfokus di dapur saja. Untuk kepentingan sosial, Gail tercatat sebagai pendukung Common Threads, sebuah organisasi yang mengajarkan anak-anak berpenghasilan rendah untuk memasak makanan yang sehat dan terjangkau. Dia juga pendiri Food and Wine's Grow for Good Campaign – Kampanye pengumpulan dana untuk program pertanian berkelanjutan di Amerika Serikat.
Yang jelas, karier bidang kuliner yang ia rintis semenjak kuliah ini berbuah manis. Setelah berkontribusi untuk beberapa buku masak, di antaranya It Must've Been Something I Ate oleh Jeffrey Steingarten, serta Daniel Boulud: Cooking in New York City and The New American Chef oleh Andrew Dornenburg dan Karen Page, Gail pun berkesempatan membagi pengalamannya lewat buku yang ia tulis – Talking With My Mouth Full, akan diterbitkan oleh Hyperion dan akan dirilis pada awal 2012.
Source: GoodHouseKeeping Edisi September 2011, Halaman 77 .