Vemale.com - Oleh: EW Andayani
Pertanyaan itu selalu saja membayangi para ibu yang bekerja. Sebenarnya Anda tahu apa jawabannya, namun keinginan untuk berprestasi dan juga kebutuhan secara ekonomi seringkali membuat Anda bingung dan akhirnya membuat pertanyaan ini berlarut-larut tak terjawab. Sebaliknya, kondisi rumah tangga dan anak yang baik-baik saja juga sering membuat Anda merasa tidak perlu meluangkan sepanjang waktu di rumah jika ada yang bisa Anda lakukan di luar sana.
Umumnya, orang tua yang bekerja menitipkan anak-anak mereka pada nenek-kakek si anak, atau meninggalkannya di rumah bersama saudara dan baby sitter. Anak zaman sekarang menjadi terbiasa untuk bertemu dengan orang tuanya di malam hari atau di saat libur saja, dengan waktu yang sangat terbatas. Berbagi cerita dan bertanya tentang banyak hal bisa dilakukan melalui pembicaraan di telepon seluler. [quote]
Advertisement
Sebagian besar keluarga juga berpendapat bahwa waktu yang terbatas justru membuat anak bisa menghargai kehadiran dan perhatian orang tuanya. Mereka menanti-nantikan saat-saat meluangkan waktu bersama orang tua, tidak seperti banyak anak yang justru menghindar dari percakapan dengan orang tua mereka. Namun dalam hal ini, orang tua harus berperan aktif mencurahkan kasih sayang sekalipun mereka tidak bersama putra-putrinya secara fisik. Perkataan dan sikap diperhitungkan agar jangan sampai mengesankan orang tua tidak peduli pada anak.
Masalahnya adalah, tidak semua orang bisa melakukan dua peran sekaligus seperti itu. Sahabat Anda dan suaminya mungkin mampu untuk melakukan itu, dan menginspirasi Anda untuk melakukan hal yang sama sehingga tidak ragu untuk berkarir meninggalkan anak-anak di rumah. Namun Anda dan suami harus punya kesamaan visi, misi dan juga kebulatan tekad untuk melakukannya, karena hal ini tidak mudah.
Urusan pekerjaan akan sangat menyita pikiran Anda, terutama saat sedang berada di kantor. Sanggupkah Anda membagi pikiran untuk keluarga di tengah kepentingan kantor? Jika Anda dihadapkan pada pilihan mana yang harus diprioritaskan antara keluarga dan pekerjaan, apa tindakan Anda? Apakah Anda sudah paham benar momen-momen yang sangat diharapkan oleh anak, dan tidak boleh Anda lewatkan dengan alasan pekerjaan sekalipun?
Tidak ada salah atau benar dalam hal ini, setiap keluarga memiliki kebutuhan dan 'perangai'nya sendiri. Memukul rata keadaan untuk mengambil keputusan justru akan menjadi suatu kesalahan. Jika Anda diberi kebebasan untuk memilih mendampingi anak-anak atau berkarir, pikirkan dengan cermat kebutuhan anak dan apa yang harus Anda lakukan. Kemudian bulatkan tekad untuk menjadi Kartini yang sesungguhnya, wanita berprestasi yang tidak melupakan kodratnya sebagai ibu.
(vem/miw)