Vemale.com - Chatty Chant: Djenar Maesa Ayu
Chantal Della Concetta (Ch): buku terbaru Djenar T(w)ITIT! apa isinya cerita antara social media dan selangkangan laki-laki?
Djenar Maesa Ayu (DMA): "Kumpulan cerpen T(w)ITIT! memuat 11 cerpen hasil dari pengembangan 11 status twitter. Ide besar atau benang merah keseluruhan cerpen adalah batas realitas dan imajinasi, hal mana yang terjadi pada social media, termasuk twitter. Di twitter, status yang notabene hanyalah bentuk ide atau imajinasi menjadi riil. Sementara yang riil bisa berkembang menjadi hal yang hiperbola (imajinatif). Maka judul T(w)ITIT! sendiri sebenarnya juga upaya mengaduk imajinasi. Pembaca bisa menghubungkannya dengan twitter, atau langsung menghubungkannya dengan twitter minus huruf w."
Advertisement
Ch: Apa yang Djenar ingin sampaikan dari novel-novel Djenar dengan bahasa yang terbuka dan mungkin bagi sebagian orang vulgar?
DMA: "Saya pribadi menempatkan bahasa pada fungsinya sebagai alat komunikasi. Pengertian alat di sini adalah perkakas untuk membantu komunikasi. Jadi ketika saya menggunakan kata atau kalimat yang lugas, adalah dengan pertimbangan bahwa kata atau kalimat itulah yang paling tepat untuk mengomunikasikan ide atau cerita saya.
Demikian juga dengan seksualitas. Ketika saya merasa harus menuliskan ikhwal seks untuk cerita, saya akan menuliskannya. Jika tidak, saya pun tidak akan memaksakannya. Jadi intinya, ketika berkarya, saya merasa mutlak untuk bersikap jujur. Jika dalam berkarya saya masih harus memakai topeng seperti yang kerap terpaksa lakukan dalam kehidupan bersosialisasi, lebih baik saya tidak berkarya."
Ch: Membesarkan dua putri di kultur Indonesia tentu tidak mudah. Banyak tuntutan dan beban tidak hanya bagi anak, tapi terlebih bagi seorang ibu. Apa prinsip Djenar dalam membimbing kedua putri Djenar?
DMA: "Yang paling pertama harus saya sadari, adalah anak-anak mempunyai jalan hidupnya sendiri-sendiri. Saya sebagai seorang Ibu hanya berhak mengarahkan tapi tidak berhak menentukan, sambil terus melaksanakan tanggung jawab atau kewajiban sebagai seorang Ibu yang mencakup: waktu, keamanan, perhatian, dukungan moril maupun materiil. Sampai detik ini saya masih belajar menjadi Ibu dan eyang putri. Dan hal yang mutlak dilakukan dalam proses pembelajaran ini adalah komunikasi. Dengan komunikasi kita bisa saling introspeksi dan bersama-sama saling memperbaiki."
Ch: Setelah memiliki cucu dari putri pertama, Djenar kini resmi menjadi seorang nenek. Seperti apa rasanya?
DMA: "Pada dasarnya saya sangat menikmati peran sebagai Ibu, karena itu alangkah bahagia menjadi eyang putri. Bahkan kalau saya mampu (secara finansial) rasanya saya ingin punya anak sepuluh. Tapi terus terang, 'beban' menjadi eyang lebih minim ketimbang sebagai Ibu, karena tanggung jawab terbesar atas cucu saya didapuk oleh ibunya, bukan eyangnya."
Ch: Menurut Djenar, apakah tuntutan-tuntutan masyarakat mengenai citra perempuan yang baik itu sudah melewati batas?
DMA: "Perjalanan perjuangan perempuan dalam kesetaraan di Indonesia saya rasa masih amat panjang. Masalah ekonomi negara Indonesia yang tidak stabil pada akhirnya berimbas pada terhambatnya peluang mendapatkan edukasi. Inilah faktor terbesar yang membuat masyarakat dengan mudah menerima informasi yang benar dan bertanggung-jawab, tak terkecuali, hak perempuan."
Ch: Lalu perempuan yang bangga dan nyaman dengan seksualitasnya dicap sebagai perempuan murahan. Bagaimana Djenar menanggapi ini?
DMA: "Pada akhirnya, sekali lagi, masalah edukasi. Institusi yang seharusnya memberi informasi yang bertanggung-jawab a.l. instistusi agama, justru ditunggangi kepentingan politis. Celakanya, hal yang paling mudah 'dijual' adalah moral. Dua kali celaka, ketika membicarakan moral, paling mudah memakai tubuh perempuan sebagai kambing hitam. Ketika edukasi tidak merata, ketika mayoritas masyarakat gagap paham, angka tertinggi inilah yang dianggap sebagai kebenaran, dan perempuan-perempuan yang berada di lini minoritas, yang mencoba berjuang meneriakkan kebenaran dan haknya akhirnya tersalahkan pun terus tersisihkan."
Ch: I'm sure you're not happy with how women perceived and have to met ridiculous standard in this world. If you can put a certain standard for men, what would it be?
DMA: "None. Because I’m not one of them." [quote]
Ch: Bagi Djenar, perempuan adalah..
DMA: "Manusia, yang bukan masyarakat kelas dua."
Ch: Untuk perempuan yang sangat tergantung pada laki-laki sehingga melupakan pentingnya berdaya dan mandiri, apa yang Djenar ingin sampaikan?
DMA: "Kita semua paham, budaya patriarki menelurkan paham: 'Laki-laki, harus pintar-pintar mencari uang. Perempuan, harus pintar-pintar mencari laki-laki beruang.' Perempuan harus sadar jika ini adalah paham yang sangat salah. Budaya patriarki dengan sengaja menempatkan yang tidak punya bargaining point (posisi tawar) menjadi selamanya tergantung tak ubahnya budak.
Saya percaya, perubahan tidak harus dimulai dari satu tindakan besar, melainkan dari satu tindakan yang paling sederhana dan mendasar. Karena itu, mulailah dari institusi terkecil yaitu keluarga, yang di sini berarti orang tua, untuk memberi informasi yang bertanggung jawab dan pembelajaran yang sebenar-benarnya kepada anak-anaknya."
(vem/bee)