Vemale.com-
Chatty Chant:Ria Rosyid, Operational Manager Perusahaan Swasta
Chantal Della Concetta (Ch): Boleh berbagi dengan kami bagaimana kondisi pernikahan terdahulu?
Advertisement
Ria Rosyid (RR):"Setelah anak-anak besar mereka gak mau lagi ikut ayahnya bertugas dari satu negara ke negara lainnya. Akhirnya dengan pertimbangan mutu pendidikan dan masa depan anak-anak, saya memutuskan untuk tinggal dan kembali ke Belanda. Saya pikir pernikahan yang sudah lebih dari 15 tahun bahkan hampir 20 tahun sudah cukup bisa menjaga kepercayaan dan cukup mengenal bapaknya anak-anak.
Ternyata tidak.
Sejak kepulangan kita di Belanda dan dia mulai bertugas di Taiwan, sikapnya mulai berubah. Jadi ringan tangan padahal belasan tahun jadi istrinya dia belum pernah bersikap seperti itu. Suatu hari di saat anak-anak di sekolah hanya karena alasan yang gak masuk akal dia marah besar, menendang saya dan mencekik leher saya.
Waktu yang bersamaan anak saya yang paling besar datang dan membela ibunya, jelas akhirnya anak sama bapak berantem baku hantam. Sejak saat itu anak sulung saya jadi merasa khawatir dan mengusir ayahnya keluar dari rumah. Kami berpisah tapi hukum di Belanda belum cukup kuat untuk membela kaum wanita. Dia datang suatu hari membawa teman wanitanya, dia juga memakai kartu kredit saya yang dia curi untuk membeli tiket buat wanita itu. Wanita itu orang Taiwan. Dia datang dengan wanita itu dan bilang ke saya dan anak-anak bahwa wanita itu akan tinggal bersama saya dan anak-anak."
Ch: Apakah seketika itu mbak memutuskan akan berpisah dari suami?
RR:"Sejak hamil anak ke-3 sebenernya. Cuma saya masih berfikir demi anak-anak."
Ch: kenapa saat hamil?
RR:"Dia mulai menyakiti badan dan ringan tangan."
Ch: Mbak shock, atau kejadian itu predictable mengingat suami kasar dan memukul?
RR:"Tetep shock. Gak pernah terlintas dia bakal berani di depan anak-anak membawa wanita itu."
Ch: Lalu tindakan apa yang dilakukan mbak setelah itu?
RR:"Membawa anak-anak pergi menjauh dari dia, karena dengan kejadian itu si bungsu jadi shock berat. Usianya 4 tahun tapi dia paling deket sama bapaknya. Selama 1 tahun saya dan anak-anak di treat di psikiater. Setelah setahun anak saya sulung yang meminta saya untuk pulang ke Indonesia. Itu kejadian 6 tahun lalu..."
Ch: Apakah mbak bekerja saat perpisahan?
RR:"Tidak, saya tidak bekerja. Karena perpisahan itu saya harus menguatkan anak-anak. Jadi saya berhenti bekerja dan hidup kita hanya dari santunan dinas sosial."
Ch: Do you think the situation probably different if you do have a job at that time?
RR:"Yeappp big different. I stop working to give kids mental support."
Ch: Itu bisa terjadi karena saat itu mbak tinggal di Belanda ya..k Sistem sosialnya lebih baik.
RR:"Iya, untuk hukum yang berpihak pada wanita di mana-mana sama."
Ch: Kembali ke Indonesia, mbak merasa memulai kehidupan dari nol?
RR:"Bukan merasa tapi kenyataan."
Ch: Apakah ada tunjangan untuk anak-anak dari mantan suami?
RR:"Tidak ada. Bahkan menanyakan anaknya pun gak pernah. Dia menghilang."
Ch: Jadi apa yang mbak lakukan untuk menghidupi anak-anak?
RR:"Saya bekerja. Untuk mencukupi kehidupan mereka dengan berbekal latar pendidikan saya."
Ch: apakah ada penyesalan atas pengalaman hidup mbak?"
RR:"Awalnya iya tapi dengan berjalannya waktu saya malah bersyukur, kalau tidak ada pengalaman hidup seperti itu saya tidak akan pernah belajar untuk menggali kemampuan saya sendiri.
Dulu perjalanan keliling belahan bumi di luar Indonesia karena ikut suami, sekarang karena pekerjaan saya, kemampuan saya. Tidak mudah menjadi seorang ibu sekaligus jadi seorang ayah menghidupi 3 buah hati, tapi saya bersyukur saya mampu. Saya cuma berkeinginan mewujudkan impian ketiga buah hati saya, bersyukur si sulung sudah kuliah sekarang."
Ch: are you happy now?
RR:"Yes I am and so does my kids now."
Ch: Mbak kuat dan tabah menghadapi peristiwa yang terjadi pada mbak. What makes you strong?
RR:"Kids."
Ch: If there is one thing you want to share to all women out there, what would it be?
RR: "Never depend on the man, we do our job as a wife but in the other hand we must prepare the worst thing. Jangan melupakan kodrat kita sebagai istri atau wanita tapi sebagai wanita kita juga harus bisa mandiri jika sesuatu terburuk terjadi."
(vem/bee)