Vemale.com-
Chatty Chant: SITA NURSANTI
Chantal (Ch): Dari penyanyi, sekarang mendalami seni peran dengan bermain di drama musikal dan teater. Bagaimana ceritanya dari penyanyi lalu meluas ke seni peran?
Advertisement
Sita Nursanti (Sn):"Cerita bermula ketika saya ditawari untuk bermain di musikal Madame Dasima yg diproduksi oleh EKI Dance co. Tahun 2001. Tentu saja saya ambil karena diam-diam saya punya ketertarikan terhadap dunia akting. Awalnya karena saya suka sekali nonton film Indonesia lama yang ditayangkan di TV. Saya pikir pada saat itu, saya ingin belajar sesuatu di luar nyanyi yang sudah saya tekuni sebelumnya. Dan musikal bisa menggabungkan nyanyi (yang sudah dikuasai lebih dulu) dan akting plus menari. Setelah dicoba, ternyata menyenangkan dan saya menyukainya. One thing let to another, satu kesempatan ke kesempatan lain, akhirnya saya semakin cinta dengan seni peran..."
Ch: Apa peran yang pernah dimainkan, yang sangat menantang bagi Sita?
Sn:"Untuk saya yang masih belajar ini, semua peran sangat menantang hehe.. Klise sih ya, tapi itu yang sebenarnya hehe.. Setiap peran punya tantangan sendiri-sendiri yang mengasyikkan untuk dipelajari. Tapi mungkin Nyai Ontosoroh adalah peran yang paling menantang. Karena di pementasan Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh, untuk pertama kalinya saya jadi peran utama di sebuah pementasan teater, memerankan tokoh yang begitu dikenal luas oleh pembaca sastra Indonesia, dipentaskan di luar negeri, dan pernah dimainkan dengan bagus oleh pemain lain hehe.. Jadi tantangannya buat saya berlapis sangat.."
Ch: Sebagian masyarakat masih melihat berkarir di dunia entertainment hanyalah bagian yang gemerlapan saja. Bagaimana cerita sebenarnya di balik kamera dan lampu sorot?
Sn:"Tidak salah kalau dunia entertainment itu dianggap dunia yang gemerlap, karena memang itu citra yang ingin ditampilkan. Padahal cerita di baliknya adalah kerja keras. Untuk saya yang memulai karir di tahun 1990-an, untuk bisa tetap berada di dunia yang saya cintai ini adalah dengan terus berkarya. Itu berarti saya harus mempergunakan kesempatan yang datang (atau menciptakan kesempatan) dengan baik, belajar darinya dan terus maju. Belajar untuk keluar dari comfort zone (bagi saya menyanyi) dan mencoba hal-hal baru yang indah. Saya menemukan bahwa yang kemudian jadi penting setelah bakat yang terus diasah adalah integritas kita sebagai pribadi. Kalau kita tidak mudah bekerja sama dan tidak berkomitmen, maka kesempatan-kesempatan itu akan semakin sedikit bahkan mungkin bisa dibilang akan menghilang."
Ch: Panggung hiburan adalah media yang kerap kali digunakan untuk menyuarakan isu-isu perempuan. Apakah Sita mempertimbangkan hal tersebut ketika memilih peran?
Sn:"Sebenarnya tidak.. Saya lebih mempertimbangkan cerita dan kepenasaran saya untuk memainkan berbagai macam karakter hehe.. Tapi kemudian peran yang menarik untuk dimainkan biasanya memiliki isu perempuan yang kental."
Ch: Apa yang Sita lihat dari relasi perempuan dan laki-laki di Indonesia?
Sn:"Sepertinya ada perubahan dari jaman bapak ibu kita. Sekarang perempuan (mungkin di kota besar) sudah lebih berdaya, lebih mandiri. Perempuan semakin banyak berperan di dunia yang biasanya dikuasai oleh laki-laki. Ini mempengaruhi relasi antara perempuan dan laki-laki. Beberapa laki-laki mungkin kurang siap dengan keberdayaan para perempuan ini. Pada dasarnya saya merasa perempuan dan laki-laki adalah makhluk yang sama kedudukannya. Sama-sama butuh mengaktualisasikan diri dan saling membutuhkan. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang baru untuk keseimbangan yang baru."
Ch: Dewasa dan single. Apakah Sita merasakan ada 'tekanan-tekanan' dari keluarga/masyarakat untuk menikah? Dan bagaimana Sita menanggapinya?
Sn:"Iya ada.. Dulu saya gerah karena 'tekanan-tekanan' itu.. Sekarang? Mmm... masih gerah..sedikit haha.. Menikah selalu diidentikkan dengan kebahagiaan. Orang-orang 'menekan' saya untuk segera menikah karena ingin saya bahagia. Terima kasih.. Sekarang pun saya bahagia dengan hidup saya ;) Ketika kebahagiaan itu artinya ternyata nanti saya menikah, saya pasti akan sangat senang. Menurut saya kebahagiaan seseorang bukan ditentukan dengan apakah dia sudah menikah atau tidak.. Tapi dari apakah hidupnya sudah sesuai dengan yang dia inginkan. Kalo belum, buat saja keputusan untuk bahagia. Ada orang dekat di sekitar saya yang sudah menikah ternyata tidak bahagia. Kebahagiaan itu sudah ada di dalam diri kita. Ada di tangan kita sendiri. Mungkin daripada menekan orang lain sana sini, mari kita mengikhtiarkan kebahagiaan kita masing-masing saja dan mendoakan kebahagiaan untuk orang lain.. ;)"
Ch: Apa arti mandiri bagi Sita?
Sn:"Mandiri adalah hidup dengan keputusan sendiri dan menjalankannya dengan bertanggung jawab. Bisa berdiri di atas kaki sendiri tanpa harus menunggu untuk dibantu oleh orang lain. Bukannya tidak membutuhkan orang lain, tapi mari hidup tidak berdasarkan definisi orang lain."
Ch: Kenapa perempuan harus mandiri, sementara menggantungkan diri pada laki-laki terlihat lebih mudah?
Sn: "Saya dibesarkan oleh seorang ibu (bapak saya meninggal dunia ketika saya berusia 3 tahun). Saya melihat ibu saya yang tidak menikah lagi bekerja keras untuk membesarkan anak-anaknya. Kondisi ini membuat saya berpikir bahwa perempuan harus bisa hidup secara mandiri, tanpa tergantung pada siapapun dan menjadi perempuan yang berdaya. Saya yakin ketika perempuan lebih berdaya dan mandiri, fondasi keluarga akan semakin kuat."
(vem/bee)