Vemale.com- Budaya patriarki yang mayoritas dianut oleh bangsa timur, selalu membawa stereotype kaum perempuan ke jajaran yang lebih rendah, sementara kaum Adam selalu dengan power yang jauh lebih besar. Hal ini seringkali menjadi penghambat bagi pemberdayaan perempuan dalam segala hal. Dalam pandangan masyarakat kebanyakan, memang masih banyak yang berpendapat bahwa seorang perempuan tidak perlu memiliki pendidikan tinggi toh nantinya juga hanya akan bekerja di rumah, melahirkan, mengurus anak, memasak, dan sebagainya. Pandangan-pandangan seperti inilah yang sangat tidak menguntungkan bagi seorang perempuan untuk bisa mencapai karir dan prestasi setinggi-tingginya, oleh karena itu harus benar-benar diubah.
Pada dasarnya, saat ini perempuan dan laki-laki bisa saling mendukung dalam melakukan suatu hal, yang pada akhirnya bisa memberikan hasil yang lebih maksimal. Di samping itu harus diakui, bahwa perempuan juga bisa melakukan hal-hal yang awalnya dianggap hanya bisa dilakukan oleh laki-laki, mengingat sudah banyak profesi laki-laki yang dilakukan oleh perempuan.
Diskriminasi gender? Ya, kurang lebih seperti itulah yang kerap terjadi. Namun, seiring berkembangnya zaman dan dampak dari modernisasi, perlahan namun pasti, kaum perempuan mulai bangkit dan memiliki kemampuan serta kekuatan dalam mencapai kesuksesan, dalam setiap aspek kehidupan yang dijalani. Realitas inilah yang coba ditampilkan oleh Renitasari, Corporate Communication Manager PT Djarum dan Program Director-Bakti Budaya Djarum Foundation.
Advertisement
Nita, demikian panggilan akrabnya, saat ini tergolong sebagai salah satu wanita yang bisa membuktikan bahwa perempuan tak bisa dipandang sebelah mata. Ia mampu mencapai sukses seperti sekarang ini, bukanlah sesuatu yang mudah. Nita memulai segala sesuatunya dari bawah, namun disertai dengan semangat juang yang tinggi. Kepada WomanKapanlagi.com melalui electronic mail, ibu dari Nadya Natasha (16) dan Raisha Zahra (8) ini berbagi cerita tentang perjalanan karir dan juga kehidupan pribadinya. Simak obrolan kami berikut.
Renitasari
Work
Apa yang Anda sukai dan tidak Anda sukai dari pekerjaan Anda?
Pekerjaan yang saya lakukan ini bukan semata-mata untuk perusahaan tempat saya bekerja saja, tapi saya melakukannya menjadi bagian untuk membangun Indonesia agar menjadi lebih baik lagi di bidang olahraga, lingkungan, pendidikan dan budaya. Tidak ada yang tidak saya sukai dari pekerjaan saya ini, semuanya menyenangkan. Hanya konsekuensi membagi waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi saya yang harus bisa dimengerti oleh orang-orang yang saya cintai. Kadang saya hanya punya 1-2 hari dalam 1 minggu untuk mereka.
Selama ini, dalam menjalankan pekerjaan Anda, apa yang menjadi tantangan terbesar?
Tantangan yang terbesar adalah masyarakat yang masih melihat hal-hal yang negatif terhadap perusahaan rokok. Padahal terlepas dari kontroversi produknya, program CSR yang dijalankan sejak tahun 1969 ini telah banyak memberikan kontribusi bagi Indonesia.
Apakah Anda merasa sedang berada di puncak karir Anda?
Perjalanan karier saya ini saya tempuh dari bawah. Modal saya sebenernya hanya yakin dan sungguh2 dalam setiap keputusan yg saya ambil. Saya salah satu orang yang beruntung, perjalanan saya dalam mendapatkan pekerjaan tidak terlalu sulit. Mulai bekerja sejak umur 20 tahun yang awalnya hanya iseng melamar pekerjaan pada saat saya baru menyelesaikan program Diploma in PR. Tadinya saya mau melanjutkan mengambil program S1 ke Aussie tapi karena saat itu saya diterima bekerja sebagai PR officer di Hotel Panghegar Bandung, rencana melanjutkan studi jadi tertunda.
Menurut Nita, apa tantangan terbesar bagi seorang perempuan yang memiliki power di tangannya?
Perempuan selalu dilihat sebelah mata, dianggap kurang mampu karena punya keterbatasan. Itu saya akui karena memang kodratnya wanita seperti itu. Lebih peka, sensitive dan emosional. Tapi wanita juga mempunyai kelebihan yaitu multitasking, bisa melakukan banyak hal di waktu yg bersamaan. Pada saat sedang bekerja, wanita pikirannya juga ada di rumah memikirkan anaknya/orang-orang yang dicintainya. Wanita dituntut untuk bisa 'menjelma' menjadi apa saja. Tantangan terbesar adalah harus bisa fokus untuk tidak mencampur adukkan dengan emosi, dengan masalah yang ada di kehidupan pribadinya.
Apa yang Anda lakukan terhadap rekan kerja lelaki yang tidak sepenuhnya percaya akan kepemimpinan wanita?
Akan selalu ada orang yang tidak percaya akan kemampuan kita bekerja. Tidak perlu diambil pusing, buktikan saja kalo kita mampu!
Jika Anda tidak menjadi PR , pekerjaan apa yang ingin Anda lakukan?
I wish I can be a photografer or Chef!;-)
Kanker, penyakit yang begitu dekat dengan perempuan, salah satu penyebabnya adalah rokok. Bagaimana Anda menanggapi hal ini dan sangkut pautnya dengan pekerjaan Anda sebagai seorang PR di perusahaan rokok terbesar?
Saya tidak merokok, walaupun saya bekerja di perusahaan rokok. Banyak karyawan lain juga yang tidak merokok dan sudah bekerja lebih lama di perusahaan ini. Akhirnya kembali ke tanggung jawab pribadi masing-masing, dan dalam setiap bungkus rokok sudah ada peringatannya. Segala sesuatu jika dikonsumsi secara berlebihan akan ada efek sampingnya dan setiap tubuh manusia punya kelemahan masing-masing.
Family
Seorang PR punya waktu 24 jam untuk pekerjaannya, mostly sedikit untuk kehidupan pribadinya. Apakah Anda setuju dengan hal ini, dan bagaimana Anda membagi waktu untuk keluarga juga untuk kepentingan pribadi Anda?
Saya bersyukur sekali punya anak-anak yang mandiri, pintar, mengerti dan mencintai saya. Kedua anak saya sudah besar dan mempunyai kesibukan masing-masing..Saya menanamkan kepada anak-anak 'quality time'. Minimal dalam 2 minggu ada waktu yg kita bertiga harus bersama, hanya sekedar nonton TV bertiga di atas tempat tidur kita punya acara namanya 'peluk2 dan cium2'. Moment 'skin to skin' ini sangat berarti untuk saya dan anak-anak. Kebetulan kita tidak suka ritual 'ngemall', karena aktivitas di rumah lebih seru. Setiap minimal 1 tahun sekali kita merencanakan pergi berlibur bersama itu juga salah satu moment quality time saya dengan anak-anak.
Mengenai kepentingan pribadi, saya dulu sudah cukup puas main hehehe.. Jadi sekarang sudah tinggal kerja dan ngurus anak saja. My me time sekarang, paling kalo saya lagi penat lari ke salon untuk cuci rambut atau meni pedi. Itu sudah cukup menyegarkan, hehe..dan pada saat saya sedang tugas travelling saya suka menyempatkan waktu untuk kuliner khas daerah tersebut atau shopping.
Dengan kesibukan sebagai seorang PR pernah dapat komplain dari anak-anak?
Anak-anak saya sudah terbiasa melihat kesibukan saya sejak mereka bayi. Mereka malah bingung kalau saya pulang cepat atau lama tidak travelling, dan pasti mereka tanya saya "Mama sakit ya?" :-)
Sungguh mengagumkan kisah karir, keluarga dan pribadi seorang Renitasari. Sebagai seorang wanita, kita memang memiliki kontrak tak tertulis untuk mengurus keluarga dan juga merawat diri, tapi apakah itu berarti wanita harus mengurung diri dalam rumah dan menolak berkarir? Renitasari mengingatkan bahwa wanita juga diberi kelebihan untuk bisa terus berkarya, yaitu kemampuan multitasking. Semuanya mungkin saja dilakukan dengan bekal kesungguhan dan keyakinan hati, karena Anda adalah wanita!
(vem/miw)