Fimela.com, Jakarta Gangguan ginjal bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Menurut data global, prevalensi gagal ginjal tertinggi terjadi di kawasan Asia yaitu 51-329 jiwa per 1 juta populasi anak.
BACA JUGA
Advertisement
Sedangkan Eropa 55-75 jiwa per 1 juta populasi anak dan Amerika Latin 42.5 jiwa per 1 juta populasi anak. Sementara itu, data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan pada 2017 terdapat 212 anak dari 19 RS di Indonesia yang mengalami gangguan ginjal dan menjalani cuci darah. Dr. Eka Laksmini mengatakan, gangguan ginjal erat kaitannya dengan suatu penyakit atau kondisi merusak fungsi ginjal.
Penyakit dan kondisi kesehatan tersebut meliputi:
•Hipertensi atau tekanan darah tinggi
• Glomerulonefritis atau peradangan pada ginjal
• Gangguan ginjal polikistik
• Obstruksi saluran kemih berkepanjangan
• Refluks Vesicoureteral, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan urin kembali ke ginjal.
• Pielonefritis atau infeksi ginjal berulang
• Diabetes tipe-1 dan tipe-2
• Penggunaan obat-obatan tertentu
Advertisement
Upaya pencegahan gangguan ginjal pada anak
Meskipun gangguan ginjal tidak selalu dapat dicegah, beberapa langkah berikut dapat diterapkan untuk menekan kemungkinan terjadinya gangguan ginjal pada anak.
• Menangani penyakit yang mendasari.
Jika anak memiliki kondisi kesehatan jangka panjang yang menjadi penyebab gangguan ginjal, seperti diabetes dan hipertensi, maka orangtua harus memastikan kondisi kesehatan tersebut terkontrol, baik dengan menjalani gaya hidup sehat maupun konsumsi obat-obatan teratur.
• Menghindari merokok.
Merokok meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, yang dikaitkan dengan risiko gangguan ginjal yang lebih tinggi.
• Diet sehat.
Mengonsumsi gizi seimbang dan konsumsi air putih secukupnya setiap hari dapat menurunkan risiko gangguan ginjal dengan mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol dalam tubuh.
• Melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Aktivitas fisik dapat menjaga tekanan darah tetap stabil dan menurunkan risiko gangguan ginjal. “Anak dengan gangguan ginjal membutuhkan biaya pengobatan yang besar,” ujar de Eka saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Selain itu, anak pun akan terancam mengalami tumbuh kembang yang terhambat, berkendala dengan proses belajar di sekolah yang berakibat pada menurunnya prestasi, merasa rendah diri, dan yang paling membahayakan adalah risiko kematian dini.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua dan masyarakat luas untuk mengenali faktor risiko dan gejala gangguan ginjal pada anak. Respon orang tua dan masyarakat terhadap gangguan ginjal akan sangat memengaruhi keberlangsungan hidup anak.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya gangguan ginjal pada anak, Kementerian Kesehatan RI mengadakan serangkaian kegiatan promotif dan preventif meliputi sosialisasi dan diseminasi informasi tentang gangguan ginjal pada anak; serta pencanangan Gerakan Ayo Minum Air (AMIR).
Kementerian Kesehatan RI memberikan himbauan kepada seluruh pihak termasuk media, swasta dan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan pengendalian gangguan ginjal pada anak. Kementerian Kesehatan juga mendorong. Kementerian dan lintas sektor terkait lainnya untuk meningkatkan kerja sama dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga semua kebijakan yang ada berpihak pada kesehatan.