Fimela.com, Jakarta Untuk urusan pernikahan, pada dasarnya kita ingin memiliki hubungan pernikahan yang langgeng seumur hidup. Tapi pada kenyataannya, sebuah pernikahan bisa gagal dan berakhir dalam perceraian. Penyebab perceraian pun bisa bermacam-macam dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Tapi tahukah kalau tanda-tanda pernikahan yang menuju kegagalan itu bisa dicek? Mengutip buku The Great Marriage, John Gottman telah melakukan peneliitan terhadap sedikitnya 3.000 pasangan selama lebih dari 20 tahun dan mendapati ada empat tanda yang dapat memprediksi perceraian di kemudian hari. Untuk selengkapnya, langsung kita simak penjelasannya berikut ini.
1. Kritik terhadap kepribadian
Advertisement
"Dasar kamu egois, kamu nggak pernah mikir kalau aku sudah capek-capek bersih rumah!" Pernah melontarkan kritik seperti itu pada pasangan? Atau mungkin pasangan sering mengkritik kita dengan menyerang kepribadian atau membawa-bawa sifat kita? Jika kritik yang sering muncul dalam hubungan adalah kritik serangan terhadap kepribadian (bukan kritik yang biasa ditujukan terhadap suatu hal atau perbuatan), ini bisa jadi sinyal pernikahan mulai mendekati ambang kegagalan.
2. Hinaan
Hinaan kerap muncul karena salah satu pihak merasa lebih baik dari lainnya. Hinaan ini bisa muncul bila kritik yang merusak terus muncul lalu meningkat jadi sindiran. Sindiran pun lama kelamaan bisa jadi hinaan yang sangat menyakitkan perasaan. Jika komunikasi dengan pasangan makin sering diwarnai hinaan, keharmonisan pun lama kelamaan akan luntur.
Advertisement
“So it's not gonna be easy. It's going to be really hard; we're gonna have to work at this everyday, but I want to do that because I want you. I want all of you, forever, everyday. You and me... everyday.” ― Nicholas Sparks, The Notebook
3. Sikap mempertahankan diri
Kita selalu defensif atau mempertahankan diri bila ada masalah. Tak pernah mau disalahkan atau introspeksi diri, malah lebih sering menyalahkan pasangan. Atau mungkin pasangan yang selalu ingin merasa dihormati dan tak mau mengalah. Bila kondisi ini berlarut-larut, pernikahan bisa makin dekat ke jurang kegagalan.
4. Membangun tembok emosi
Kritikan dan hinaan terus mewarnai hubungan. Lama kelamaan, pasangan yang dihina dan dikritik akan memangun tembok emosi. Tembok emosi ini dibangun untuk melindungi dirinya. Efeknya, pasangan jadi menutup diri dan tak peduli lagi. Secara emosi, suami dan istri dalam tahap ini sudah berpisah.
Menjaga sebuah pernikahan adalah tanggung jawab bersama. Bila tak ingin sebuah pernikahan berakhir dengan perceraian atau perpisahan, bisa dimulai dengan tidak melakukan empat hal yang disebutkan di atas.