Fimela.com, Jakarta Selasa, 2 Oktober 2018, mendadak semua orang mengenakan batik. Ya, itu tandanya kita semua harus sama-sama mengucapkan,”Selamat Hari Batik.” Lalu, apalagi? Tentunya ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk melestarikan batik, bukan hanya sekadar mengenakan batik di Hari Batik, contohnya seperti yang telah dipraktikkan oleh para penyandang disabilitas di Kampoeng Batik Palbatu.
BACA JUGA
Advertisement
“Teman-teman penyandang disabilitas setiap hari Sabtu belajar membatik di Rumah Batik Palbatu. Kita sudah buka kelas untuk disabilitas sejak 2017, dan sekarang ini sudah memasuki angkatan ketiga,” ungkap Budi Dwi Hariyanto, salah satu pendiri dan ketua Kampoeng Batik Palbatu saat ditemui Fimela.com di Rumah Batik Palbatu, Sabtu (29/10/2018).
Bagaimana antusiasme para penyandang disabilitas saat belajar membatik? Jangan ditanya, karena sejak pukul 09.00 WIB mereka sudah mulai sibuk menyanting dan itu akan mereka lakukan hingga sore hari. Saat mengajari para penyandang disabilitas, Hari—sapaan akrab Budi Dwi Hariyanto dibantu oleh Yusuf, seorang juru bahasa isyarat.
Mengajari penyandang disabilitas belajar membatik merupakan salah satu program yang dimiliki oleh Kampoeng Batik Palbatu yang diberi nama Sedekah Batik. Mereka belajar membatik, dari mulai diberikan ilmu pengetahuan tentang pemahaman batik itu sendiri, menyanting, membuat pola, menciptakan motif, serta mewarnai kain dan itu semua diberikan secara gratis.
“Kita tidak melihat hasilnya, tapi kita melihat proses dari membatik ini. Kita ingin memberitahu bahwa batik bukan hanya kain, tapi tentang proses membuatnya, seperti kehidupan yang memiliki setiap proses yang harus dijalani,” ungkap Hari. Memang bukan hasil yang dilihat, tapi siapa yang menyangka bahwa belajar membatik dapat menambah pendapatan para penyandang disabilitas.
“Banyak dari teman-teman disabilitas yang sudah bisa menjual hasil karyanya dan itu tentunya sangat membantu mereka,” jelas Hari. Karena hal itu pula Hari mengatakan,”Teman-teman disabilitas nggak perlu dikasihani, tapi dihargai, lebih dinilai bahwa dia punya peran juga terhadap kehidupan kita. Mereka juga sama ingin melestarikan batik seperti kita atau bahkan mereka lebih baik daripada kita.”
Advertisement
Ketika Penyandang Disabilitas Lebih Peduli Terhadap Batik
Membangun Kampoeng Batik Palbatu sejak tahun 2011, tentunya Hari menjadi orang yang paling tahu bagaimana perkembangannya saat ini. “Kita masih ada lima tahun itu bersyukur. Awalnya kita berharap di Jakarta ada kampung batik yang punya karakter. Kampung di Jakarta yang punya budaya, ciri khas. Namun kan nggak semudah itu membangun suatu kampung, akhirnya kita bangun satu rumah dulu. Support dari individu sangat menguatkan,” jelas Hari.
Dan semenjak mengajari para penyandang disabilitas Hari mengaku jadi memiliki sebuah pandangan baru, menurut Hari para penyandang disabilitas ternyata lebih peduli terhadap kelestarian batik. “Banyak orang yang bisa dengar, bisa baca, bisa ngomong tapi nggak punya kepedulian. Banyak orang yang diberikan sama Tuhan anugerah kelengkapan panca inderanya, tapi tidak dimanfaatkan dengan baik.”
Hari menuturkan dirinya sangat bersyukur dapat mengenal para penyandang disabilitas yang peduli dengan keberadaan batik di Tanah Air. “Dengan berinteraksi dengan mereka, mereka merasa dihargai. Bukan karena kasihan, tapi mari kita sama-sama jalan, kita coba baurkan dengan membatik.”