Fimela.com, Jakarta Sebagian perempuan tidak menggunakan pembalut selama masa menstruasi dan lebih memilih tampon. Karena ukurannya yang kecil dan lebih praktis, tampon kini mulai banyak digunakan di Tanah Air, terutama oleh perempuan-perempuan yang sudah menikah.
Selain praktis, tampon juga digemari banyak kaum Hawa lantaran bisa menahan darah haid agar tidak keluar selama berenang. Jadi, tampon lebih membebaskanmu beraktivitas dibandingankan dengan pembalut.
Advertisement
BACA JUGA
Ketika berada di hampir semua toilet umum, ada peraturan tertulis kalau pembalut tidak boleh dibuang ke dalam kloset. Pasalnya, pembalut bisa saja menghambat kelancaran air toilet dan membuatnya menjadi tersumbat.
Meskipun jarang disebut dalam peraturan tertulis tersebut, tampon juga seharusnya tidak boleh dibuang ke dalam kloset. Meskipun tampon berukuran kecil dan terlihat sama sekali tidak akan menyumbat saluran WC dan air, namun tetap ada bahaya bagi kesehatan.
Terutama, tulis Women's Health Magazine, tampon tidak bisa terurai seperti tisu ketika basah terkena air. Sehingga, kalau ada begitu banyak perempuan yang terbiasa membuang tampon ke dalam kloset, akan ada penumpukan pembalut dan tampon di tempat pembuangan.
Menumpuknya tampon dan pembalut bekas, tentu saja akan memengaruhi kesehatan orang sekitar. Bayangkan, tampon yang memiliki banyak darah haid itu menumpuk. Tidak bisa didaur ulang, pun tidak bisa terurai. Menurut According to the Environmental Protection Agency (EPA), tampon dan pembalut yang menyumbat saluran air dan kloset ini akan merusak infrastruktur pengolahan air limbah.
Advertisement
Cara buang tampon dan pembalut yang benar
Prevention menulis, cara paling aman saat membuang tampon dan pembalut adalah dengan membungkusnya dengan tisu atau kertas koran, lalu dibuang ke tempat sampah khusus pembalut.
Selain tampon dan pembalut, juga ada beberapa alternatif lain seperti period panties, atau juga menstrual cup yang bisa didaur ulang.