Fimela.com, Jakarta Jangan biarkan kehamilan memadamkan gairah seksualmu. Ibu hamil memang kadang harus berhati-hati dengan area perutnya, apa lagi kalau perut sudah semakin membesar.
BACA JUGA
Advertisement
Karena itu, banyak ibu hamil yang menunda seks lantaran takut akan memberikan efek negatif pada janin dalam kandungan. Namun sebenarnya, Prevention menulis, seks pada saat hamil justru bisa memberikan sejumlah manfaat buat janin, lho!
Salah satunya, sperma sang ayah akan menguatkan rahim dan juga janin. Untuk itu, dokter justru memberikan saran kepada pasangan untuk bercinta, pada saat sang istri sudah memasuki usia kehamilan mendekati 9 bulan.
Namun, tentu saja seks selama masa kehamilan tak bisa dilakukan dengan sembarangan. Ada beberapa hal yang justru bisa menyakiti sang ibu atau juga janin.
Dilansirdari Baby Center, berikut beberapa tips agar seks saat hamil menjadi aman, namun tak melupakn sisi 'fun' dan kenikmatnya.
Advertisement
Jangan Keseringan
Beberapa ibu hamil mengalami gairah seks yang lebih kuat dibandingkan sebelum masa kehamilannya. Seks, tulis Hallo Sehat, boleh saja dilakukan ibu hamil sesuka dan sesering mereka mau.
Namun dengan catatan kalau kehamilannya normal. Selain itu, seks yang terlalu banyak, tulis Baby Center, juga nggak baik untuk kesehatan ibu dan janin. Sebaiknya, frekuensi seks saat kehamilan dilakukan tak lebih dari 3 kali dalam seminggu.
Hindari Seks Jika...
Hindari bercinta dengan pasangan kalau kamu mengalami pendarahan. Atau nyeri pada perut atau juga kram. Selain itu, kondisi lain yang tak boleh melakukan seks adalah ketika air ketuban pecah.
Memiliki serviks yang lemah atau sudah mulai membuka meski belum saatnya melahirkan juga harus menjadi catatan. Jangan bercinta hal ini terjadi.
Advertisement
Jangan Menindih Perut
Meski usia kehamilan masih muda dan perut belum juga terlihat buncit, sebaiknya ibu hamil dan suami menghindari tertindihnya area perut.
Selain itu, suami tak boleh meniupkan udara ke dalam vagina. Hello Sehat menulis, meniupkan udara ke dalam vagina akan menimbulkan emboli udara (gelembung udara yang masuk ke dalam sirkulasi darah) yang bisa mengancam jiwa ibu dan janin.