Fimela.com, Jakarta Beberapa hari terkahir, nama Amalia Usmaianti tengah menjadi perbincangan, setelah kisahnya saat bertugas sebagai tenaga medis di pedalaman Boven Digoel, Papua. Lewat media sosialnya, sang dokter muda pun membagikan kisahnya saat harus menempuh jarak belasan kilo untuk menolong warga yang sakit.
Mengutip laman Facebooknya, dokter Amalia berkisah saat dirinya membawa seorang pasien di tengah perjalanannya ke desa Tembutka yang berjarak 16 km dari Puskesmas Ninati, tempatnya bertugas.
Lewat unggahannya, dokter lulusan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini menyebut jika pasien yang dibawanya adalah bidan dari tim medisnya. "Pasien tersebut adalah bidan tim kami, yang saya rasa saya akan sebut pasien mengingat ia adalah org sakit," tulis Amalia.
BACA JUGA
Ya, Amalia tak bertugas sendiri di sana, melainkan bersama 6 orang lainnya yang terdiri dari perawat, bidan, ahli kesehatan lingkungan, ahli gizi, apoteker dan analis kesehatan.
Sepanjang perjalanan membawa rekannya yang sakit, Amalia pun terlihat ikut membatu mengangkat sang pasien yang dibawa dengan tandu, dan mencari tempat berteduh terdekat mengingat hari mulai gelap.
"Saya beri terapi di tengah jalan,, pasien masih di bopong berjalan, 400 meteran jalan, pingsang, kami membuat tandu untuk mengangkat pasien, mau kembali ke puskesmas, jarak lebih jauh, dan hari mulai gelap, takut kemalaman dan banyak ular,, jadi kami lanjut ke desa Tembutka," lanjutnya berkisah.
Selain menceritakan upayanya memberikan penanganan medis di pedalaman Papua, lewat foto-foto yang diunggahnya, sang dokter pun menunjukkan betapa pedihnya masyarakat yang tinggal di sana, terlebih saat mereka sakit dan butuh penanganan medis.
Advertisement
Serba Terbatas
Ditugaskan di pedalaman Papua sejak Mei 2017 lalu lewat program Nusantara Sehat dari Kementerian Kesehatan, Amalia pun bercerita bagaimana kondisi di lapangan yang tak mudah untuk dijalani.
"Saya rasa kami hanyalah perantara, agar desa tersebut dapat dilihat oleh dunia luar, bahwa masih ada tempat yang ditinggali masyarakat Indonesia yang jauh dari kita, jauh dari alat komunikasi, yang belum ada listrik, sinyal radio, dsb," tulis perempuan 28 tahun itu menceritakan berbagai keterbatasan di sana.
"Banyak masyarakat sakit yang dibopong keluarganya sendiri, namun mereka tidak punya alat untuk merekam kepedihan yg mereka rasakan selama puluhan tahun," lanjutnya.
Dukungan untuk Amalia
Kisahnya yang bertugas di pedalaman Papua itu sontak viral dan menjadi sorotan warganet di media sosial.
Berbagai doa dan ungkapan rasa bangga pun turut meramaikan kisah yang dibagikan sang dokter di laman media sosial pribadinya. "Dokter muda yg luar biasa pengabdiannya untuk Indonesia.....salut dok..," tulis Eris Kurniadi.
"Kami akan selalu mendoakan untuk adinda yg terbaik, kerja jasa dan pengorbananmu,tidak dapat diukur dari materi, semoga Allah selalu melindungi bu dokter, amin.." ujar Dadang Endy di kolom komentar sang dokter.