Advertisement
Jakarta Setiap perempuan di dunia ini terlahir dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Mereka juga dianugerahi potensi yang tidak terbatas. Tinggal bagaimana kita mengelola dan memaksimalkan potensi itu menjadi jalan menuju keberhasilan. Sayangnya tidak semua perempuan memiliki kesempatan yang sama. Di saat banyak perempuan memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan yang baik, masih ada perempuan yang tidak bisa sekolah dan terbelenggu kebudayaan yang akhirnya membatasi langkah mereka.
CEO NIKE Foundation, Maria Eitel, terinspirasi untuk berbuat lebih setelah bertemu dengan seorang anak kecil asal Ethiopia bernama Kidan sekitar sepuluh tahun yang lalu. Perempuan berdarah campuran Amerika Serikat dan Yunani ini merasa sangat bersemangat dan terharu mendengar cerita Kidan. Gadis berusia 11 tahun yang ia temui itu mengatakan ingin sekali menjadi seorang dokter. Tapi, Maria merasa sangat sedih saat diberitahu kalau tidak lama lagi Kidan akan segera menikah.
“Mendengar kabar tersebut, saya langsung merasa potensi seorang gadis kecil akan hilang dan dia akan sulit mengembangkan dirinya,” tutur ibu seorang anak perempuan ini.
Kisah Kidan lah yang akhirnya menginspirasi Maria untuk berbuat lebih banyak lagi. Maria yakin, masih banyak gadis kecil dan perempuan lain yang memiliki nasib yang sama dengan Kidan. Keresahan Maria ini dituangkan dengan cara yang sangat positif, Fimelova. Dengan kekuasaannya sebagai seorang CEO, Maria melalui NIKE Foundation, bekerjasama dengan banyak organisasi lokal, seperti di Bangladesh dan Rwanda untuk mengatasi masalah ini.
Kerjasama mereka meliputi banyak hal, seperti kebijakan yang memihak kepada pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak perempuan dan aktivitas yang bertujuan untuk memberikan sosialisasi dan penyadaran soal bagaimana seharusnya seorang gadis kecil dan perempuan lakukan untuk mengisi hidupnya. Sangat inspratif ya langkahnya!
Maria mengatakan, dia berusaha menyelesaikan permasalahan yang terbilang global ini dengan melihat kepada akar masalah atau penyebabnya. Baginya, perempuan punya peranan paling penting di dalam kelangsungan dunia ini. Oleh karena itu dia harus diperlakukan sebagaimana seharusnya. Sebelum berbagai permasalahan sosial terkena pada seorang perempuan, sejak kecil dia sudah harus mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Perempuan yang tinggal di London, Inggris ini mengatakan, semua orang sebenarnya punya kewajiban untuk terlibat menyelesaikan hal ini. Maria, katanya, merasa terpanggil karena dia merasa tidak semua orang memiliki nasib yang sama dan kebanyakan malahan tidak beruntung.
“I do it because I exist today and I have this and other girls do not. Until every girl has that, I don’t feel I’ve played my role,” ucap ibu dari Alexandra ini.
Keberanian berbuat sesuatu untuk mengubah hidup datang dari nenek Maria. Sang nenek yang pada saat itu berusia 13 tahun berimigrasi ke Amerika Serikat. Padahal beliau tidak memiliki modal, seperti misalnya pendidikan yang cukup. Di kehidupannya, Maria pada akhirnya selalu terbiasanya dengan berbagai tantangan. Ia menuturkan, ia sudah pernah menghadapi bermacam model atasan, sudah pernah dipromosikan, dan lain-lain.
“But I always think what distinguishes your capability is your resilience,” tegasnya.
Well cerita ini sangat menginspirasi ya. Seseorang yang memiliki kekuasaan memang sudah seharusnya menggunakan kekuasaannya untuk melakukan hal-hal yang baik dan berguna buat orang banyak. Sebagai perempuan, kita tidak boleh malas mengembangkan diri dan cepat menyerah kalau bertemu dengan kesulitan dan cobaan. Kamu mau juga kan jadi perempuan sukses dan berguna untuk orang banyak?