Sukses

Lifestyle

Aktivitas Otak Penderita Hiperseks dan Pencandu Narkoba Sama, Benarkah?

Seorang teman lelaki saya pernah bercerita kalau ia kemungkinan mengalami hiperseks karena tingkat gairah seksnya yang dirasa melebihi orang normal. Suatu kali ia bahkan pernah melakukan hubungan badan dengan pasangannya sebanyak enam kali dalam sehari! Dari beberapa teman yang telah memiliki pasangan, rata-rata mengaku paling banyak pernah berhubungan badan sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

Menurut American Psychiatric Association di tahun 2010, hiperseks atau sex addiction hanya bisa di diagnosa oleh orang dewasa berumur lebih dari 18 tahun. Setidaknya selama enam bulan seseorang akan mengalami fantasi seksual berulang dan intens terhadap kegiatan, dorongan atau prilaku seks mulai dari masturbasi, pornografi, cyberseks, seks call, dan sebagainya.

Mungkin ciri-ciri tadi kasatmata dan hanya bisa dirasakan, tapi beberapa peneliti ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat dengan cara mencatat aktivitas otak. Penelitian dilakukan terhadap 19 lelaki yang sehat dan 19 orang yang memiliki obsesi seks berlebih --obsesi seks ini meliputi pikiran, keinginan dan perilaku yang berisiko terhadap pekerjaan, kesehatan dan kenyamanan orang lain.

Mereka diminta untuk menonton ragam tayangan video mulai dari seksual, erotis, adegan-adegan pornografi di internet, erotika, olahraga ekstrem sampai lanskap. Saat melihat tayangan tadi, aktivitas otak dinilai menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Kemudian, mereka diwawancara tentang berapa banyak tayangan yang meningkatkan hasrat seksual mereka dan apakah mereka menyukai apa yang dilihat di layar.

Dibandingkan dengan lelaki sehat, lelaki dengan obsesi seks berlebih ternyata memiliki aktivitas yang lebih tinggi di tiga wilayah otak bila terkena rangsangan eksplisit. Mengejutkannya, hasil aktivitas tadi memiliki persamaan dengan pencandu obat terlarang. Hal itu dikatakan oleh salah satu peneliti, Marc N. Potenza, Ph.D. 

Hasil penelitian tadi mungkin membantu kita buat memahami tentang kecanduan seks. Hasil penelitian tadi mungkin membantu kita buat memahami tentang kecanduan seks. Meski begitu, penelitian tadi belum bisa menjabarkan apakah seks atau pornografi punya cara kecanduan yang sama dengan obat-obatan teralarang. Lagipula, penelitian tadi hanya mencakup subyek lelaki saja! We’re looking forwards to another sex addiction research!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading