Advertisement
Next
Olahraga apa sih yang pas untuk saya, si Aries yang katanya nggak boleh kegiatan yang terlalu memancing adrenalin (baca: malas)? Saya perlu mengeluarkan keringat, saya perlu olahraga yang bikin badan saya lebih lentur, saya perlu olahraga yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh, saya perlu olahraga yang menenangkan jiwa. Setelah pikir-pikir dan browsing/research/ngobrol sana sini, akhirnya pilihan jatuh pada Bikram Yoga.
Kenapa Bikram Yoga?
Beberapa tahun lalu, saya rajin yoga. Makanya saya pilih bikram yoga, karena selain sesuai dengan kebutuhan saya di atas, at least i know the basics. Plus, tempatnya gampang dicapai, alias dekat kantor. Saya bisa mampir sebelum ngantor, pulang kantor atau di jam makan siang (ambisius hehe).
Sempat ngobrol dengan Indah, salah satu trainer plus marketing Bikram (Hot) Yoga di Arcadia, Senayan, akhirnya saya mengambil paket Unlimited selama 6 bulan. Artinya saya bisa datang kapan saja, bebas berapa kali selama 6 bulan. Harganya pun sangat affordable, Fimelova. Yuk baca terus pengalaman pertama saya ikut Bikram Yoga.
Next
My first time
Saya pilih kelas pagi, jam 8.00. Sengaja sampai di Arcadia setengah jam sebelum mulai, because i need to prepare myself since this is kinda a new experience and i hate being late, dan memang salah satu peraturan dari Bikram Yoga adalah nggak boleh telat!
Lirik sana sini, kostum saya (tanktop dan legging) sih sudah benar, walaupun nggak seminim yang lainnya. Rata-rata mengenakan sports bra dan shorts, mungkin untuk mengantisipasi panasnya ruangan. Tapi, yang penting sih, kostumnya menyerap keringat dan nggak mengganggu saat melakukan pose. Beberapa orang mulai memasuki kelas dan meletakkan mat masing-masing. Saya pun mengikuti dan meletakkan mat (pinjaman) dilapisi dengan handuk (juga pinjaman) di baris paling belakang. Dan udara di dalam kelas memang benar-benar panas, saya nggak cek persisnya tapi pasti pas 42 derajat. Duduk di atas mat dan sedikit stretching sambil berusaha membiasakan diri dengan panasnya ruangan. Bel dibunyikan beberapa kali dan sang guru masuk. Kelas pun dimulai…
... udara di dalam kelas memang benar-benar panas ...Dimulai dengan deep breathing, dan berlanjut dengan pose yang diulang dua kali. Dari pose satu sampai pose tiga, berlalu dengan aman, walaupun pengapnya ruangan bertambah terus. Memasuki pose ke empat, pandangan saya mulai sedikit berkunang. Ooops, waktunya untuk duduk nih. FYI, Fimelova, walaupun keluar ruangan itu dilarang, tapi Bikram memperbolehkan murid-murid untuk beristirahat kalau merasa nggak kuat (pusing, berkunang-kunang, nggak bisa napas). Beristirahatnya juga nggak tiduran atau duduk santai lho. Tapi berdiri diam atau duduk ala Jepang (kaki dilipat di bawah bokong).
Advertisement
Next
Masuk ke pose 6, saya berusaha untuk ikut lagi. Tapi di pose 7 kembali duduk, karena nggak kuat. Bukan nggak kuat mengikuti gerakan, tapi nggak kuat karena udara di dalam ruangan yang pengap banget. Pandangan lagi-lagi berkunang. Guru pun mulai membuka pintu dan jendela bergantian, agar udara masuk. Kelemahan saya memang nggak tahan dengan tempat yang udaranya nggak mengalir. Jadi sepertinya ini yang harus saya 'kalahkan' dulu agar bisa mengikuti Bikram dengan lebih hikmat.
Pandangan lagi-lagi berkunang.Nah, memasuki pose-pose yang duduk, saya mulai lancar dan bisa mengikuti latihan sampai selesai. Karena pose-pose duduk tersebut, diselingi dengan Savasana atau Dead Body Pose. Dan di situ para murid bisa 'curi' waktu untuk ambil nafas dan istirahat. Latihan pun ditutup dengan Savasana, dan kita dianjurkan untuk tiduran/istirahat dengan leluasa, dan kalau sudah merasa cukup, boleh keluar kelas dan mandi.
Next
How do i feel?
Pada dasarnya, mengikuti kelas yoga selalu berhasil membuat saya rileks. Dan pengalaman pertama ikut Bikram Yoga? Selain rileks, berhasil banget bikin keringat saya ngucur deras tanpa ampun. Untung banget ada peminjaman handuk, next time, sepertinya saya harus bawa dua handuk, deh. Satu untuk lap keringat, satu untuk alas mat. Setelah suhu badan terasa menurun, baru saya mandi. Di Bikram Yoga memang tersedia tempat mandi, seperti layaknya gym atau tempat olahraga pada umumnya. Bahkan tersedia sabun, shampo sampai hair dryer, Fimelova!
Selesai mandi, badan rasanya segar banget. Dan karena kelas pagi, saya pun langsung berangkat ke kantor dan memesan sarapan, hehehe. Nah, siangnya baru deh terasa sedikit pusing. Katanya sih, itu efek samping pengalaman pertama kali mengikuti kelas Bikram Yoga. Walaupun saya banyak minum sebelum, selama kelas, dan sesudah latihan, tapi tetap saja pusing datang. Hmmm... satu lagi nih pe-er yang harus saya hadapi kalau mau terus mengikuti Bikram Yoga.
So, we'll see what happen after the second and the rest of this program, Fimelova! Saya akan share pengalaman saya mengikuti Bikram selama 6 bulan. See you!
www.bikramyogajakarta.com