Advertisement
Next
Jakarta Anya (29) masih ingat betapa menakutkan hari-hari menjelang pernikahnnya setahun lalu. Perempuan yang bekerja sebagai staff marketing di sebuah perusahaan swasta ini mengaku sempat dilanda rasa takut dan cemas yang berlebihan, saat sadar statusnya sebagai perempuan single akan berubah dalam waktu dekat. �Sekitar delapan bulan mendekati pernikahan, aku tiba-tiba ketakutan dan merasa cemas dengan pernikahanku. Takut pada saat nikah nanti, kebebasanku jadi diambil,� kata Anya.
Ketakutan akan kebebasan yang terbatas, membuat Anya berpikir untuk melakukan hal yang dirasanya tidak akan bisa dilakukan lagi setelah menikah. Dia memutuskan berselingkuh dengan rekan kerjanya. �Aku selingkuh bukan karena jatuh cinta tapi takut nggak bebas seperti dulu lagi. Selain itu, aku juga merasa cocok dengan rekan kerjaku. Ada karakter di laki-laki itu yang nggak dimiliki calon suamiku,� ujarnya.
Advertisement
Next
Tidak berbeda jauh dengan Anya, Rainy (24) juga merasakan hal yang sama. Perempuan yang tengah menyiapkan pernikahannya ini dilanda cemas karena merasa insecure dengan pasangannya berada di luar negeri dan harus menyiapkan pernikahan sendiri. Masa lalu pasangan yang dulu sempat berselingkuh dengan perempuan lain juga semakin menambah ketakutan Rainy akan hari pernikahan.
Tidak heran, keraguan akan menikah sempat beberapa kali muncul di benaknya. �Saking cemasnya, selama persiapan aku jadi bertengkar hebat. Sempat juga berpikir berulang kali, mau atau nggak meneruskan pernikahan? Worth it atau nggak berhenti bekerja kemudian menikah dengan dia?� cerita Rainy.
Lalu, normalkah ketakutan dan kecemasan berlebihan yang dialami para perempuan ini?
Advertisement
Next
Tidak Selalu Negatif
Menurut Nadya Pramesrani, M.Psi., psikolog Klinik Psikologi Bingkai, pre-wedding jitters atau kecemasan, kegugupan, dan ketakutan sebelum menikah, biasa dialami oleh orang-orang menjelang hari tersebut. �Pernikahan berarti memasuki tahap baru kehidupan. Saat menjalani sesuatu yang baru, pasti akan muncul kekhawatiran, perasaan deg-degan, takut, dan emosi yang meluap-luap. Ini yang akhirnya menyebabkan pre-wedding jitters wajar dialami orang yang akan menikah,� jelas Nadya.
Pre-wedding jitters juga tidak selalu diartikan negatif. Hal ini dikarenakan pre-wedding jitters bersifat sementara, hanya berlangsung menjelang pernikahan. Biasanya keraguan serta kecemasan ini muncul seiring dengan kondisi calon pengantin yang kelelahan akibat persiapan pernikahan yang panjang.
Next
Namun Nadya juga tidak menampik adanya beberapa faktor lain yang menyebabkan pre-wedding jitters berefek lebih parah untuk sebagian orang. �Ada kondisi lain seperti ketika seseorang memiliki pandangan yang salah tentang pernikahan atau menjalankan keputusan menikah karena desakan orang lain dan lingkungan. Sebagai pelampiasan ketakutan dan kecemasan itu, akhirnya ada yang selingkuh bahkan kabur menjelang pernikahan. Tapi ini bukan berarti semua kasus selingkuh dianggap pre-wedding jitters,� kata Nadya.
Pernyataan Nadya dibenarkan Anya, yang mengaku sama sekali tidak merasakan lagi kecemasan berlebihan atau salah memilih setelah pernikahan berlangsung. Sekarang, sama sekali tidak terbesit dalam benaknya untuk berselingkuh lagi. �Aku merasa nggak salah pilih menikah dengan suamiku. Aku memutuskan berhenti selingkuh karena seiring waktu mulai sadar kalau suamiku memang yang paling cocok menjadi pasangan hidup,� ujar Anya yang awalnya memutuskan menikah karena desakan orangtua.
Advertisement
Next
Persiapan Mental Atasi Pre-wedding Jitters
Walaupun biasa dialami menjelang pernikahan, namun ternyata pre-wedding jitters tetap bisa diatasi. Nadya menyarankan calon pengantin untuk menyempatkan diri break sejenak dari rumitnya persiapan menjelang pernikahan atau melakukan relaksasi di salon, demi menghilangkan rasa cemas.
Mempersiapkan mental calon pengantin jauh-jauh hari juga mengatasi kecemasan berlebihan jelang pernikahan. �Saat merasa lelah, rasa cemas cenderung akan muncul. Selain menyempatkan waktu untuk relaksasi, orang yang akan menikah juga harus mempersiapkan mental tentang bagaimana pandangan yang positif dan seharusnya tentang pernikahan,� ujar Nadya.
Kecemasan atau wedding jitters memang hal yang wajar menjelang pernikahan. Tapi jangan sampai merusak rencana bahagiamu dengan pasangan. Bukan begitu, Fimelova?