Advertisement
Next
Melihat penampilannya secara sekilas, mungkin kesan “dingin” terpancar dari perempuan kelulusan Teknik Arsitektur ini. Tertarik dengan dunia gambar sejak kecil, Ykha Amelz akhirnya memilih dunia seni rupa sebagai jalan hidupnya.
“Orangtua melarang saya belajar di sekolah kesenian”
Advertisement
Sekilas tampak “dingin”, namun setelah ia membuka mulut dan kami terlibat percakapan, kesan “dingin” pun langsung menghangat. Kami berkesempatan berbincang-bincang dengan seorang illustrator muda yang saat ini cukup banyak menjadi sorotan di dunia seni rupa, Ykha Amelz. Meluncur menuju kediaman barunya di Karang Tengah, Tangerang, Banten, rasanya kami tidak sabar untuk segera sampai untuk melihat hasil goresan tangan dan juga anjing kesayangannya yang sering ia jadikan model.
Minat pada dunia seni rupa sudah ia rasakan sejak kecil. Ykha mengaku, hobi menggambarnya sangat didukung oleh orangtuanya. “Dulu tuh ayah setiap pulang kerja selalu membawa gulungan kertas lebar yang bisa saya corat-coret sesuka hati. Ayah pun selalu minta saya untuk menggambar di atas kertas yang ia bawa. Dan saya melihat ia senang dengan gambar-gambar saya,” cerita Ykha.
Sejak saat itulah, Ykha mulai keranjingan pada kegiatan seni rupa ini. Terlebih lagi, saat penggemar Pak Tino Sidin ini pernah dipuji secara langsung oleh idolanya saat mengikuti lomba gambar ketika ia masih kecil. Dan ternyata hobinya ini berlanjut hingga ia beranjak remaja dan ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke salah satu sekolah tinggi seni di Jakarta. “Dulu, waktu selesai SMA, saya sebenarnya ingin melanjutkan sekolah ke Institut Kesenian Jakarta (IKJ) karena memang itu satu-satunya sekolah seni di Jakarta. Tapi sayang, orangtua melarang dan akhirnya saya pun melanjutkan memilih untuk mengambil arsitektur di salah satu perguruan tinggi di Bandung,” Ykha kembali bercerita.
Next
“Arsitektur bukan dunia saya!”
Menyelesaikan pendidikan di dunia arsitektur, Ykha ternyata sama sekali tidak pernah “mencicipi” pekerjaan sebagai arsitek. Orangtua Ykha yang sepertinya “mencium” ketidaktertarikan Ykha pada dunia arsitek pun seperti memberi kebebasan pada anak perempuannya. “Dulu, mama sempat bilang, asl lulus dengan IPK minimal 3, saya boleh melakukan apapun yang saya inginkan. Untuk pekerjaan pertama, walaupun tidak secara langsung bekerja sebagai arsitek, setidaknya saya masih sedikit bersentuhan dengan dunia ini dengan bekerja di salah satu majalah arsitektur interior. Saya tidak menyesal masuk arsitektur, tapi sepertinya memang ini bukan dunia saya. Terlebih lagi dalam beberapa mata kuliah, saya beberapa kali mengulang,” Ykha mengenang sambil tertawa ringan.
"Menyelipkan waktu untuk menggambar sesuatu yang saya senangi merupakan pengingat untuk diri sendiri bahwa menggambar adalah kegiatan yang menyenangkan jangan sampai pekerjaan jadi merusaknya."Tahun 2008, ketika masih bekerja di sebuah majalah, Ykha sudah mulai mencoba pekerjaan barunya sebagai illustrator untuk buku anak. Dari sinilah kemudian perjalanan kariernya sebagai seorang illustrator hingga saat ini namanya sudah mulai dikenal dan diperhitungkan di dunia seni rupa.
“Jenuh, tapi tidak mungkin meninggalkan gambar!”
Saat ini, tidak hanya satu projek dalam bidang tertentu yang ia pegang. Mulai dari, brand kosmetik, fashion, hingga ranah peternakan pun ia jalani. “Saya tidak ingin membatasi gerak. Saya memang ingin mengasah kemampuan saya lewat ragam projek. Dan serunya, memang setiap projek mempunyai tantangan sendiri. Misalnya seperti sekarang, saya sedang memegang projek untuk kemasan pakan ternak, nah saya tidak mengira bahwa menggambar seekor udang dan ikan justru memiliki kesulitan, jujur, membuat saya terkadang stres,” cerita perempuan penyayang anjing ini.
Tekanan berbagai projek yang ia terima tidak membuat Ykha jenuh dan meninggalkan kegiatan menggambar. “Sepadat apapun projek yang saya terima, saya pasti meluangkan waktu untuk menggambar sesuatu yang memang saya inginkan, bukan untuk orang lain tapi untuk saya sendiri. Karena itulah, buku sketsa dan pensil tidak pernah lepas ke manapun saya pergi. Untungnya, hingga saat ini, walaupun jenuh, saya tidak pernah meninggalkan gambar. Menyelipkan waktu untuk menggambar sesuatu yang saya senangi merupakan pengingat untuk diri sendiri bahwa menggambar adalah kegiatan yang menyenangkan jangan sampai pekerjaan jadi merusaknya,” tuturnya.
Advertisement
Next
Berawal dari kertas, beralih ke dinding
Aktivitas menggambar sudah ia lakukan sejak kecil, berawal dari gulungan kertas yang selalu diberikan olehh ayahnya. Kini, tidak hanya gulungan kertas dan kanvas, namanya yang sudah diperhitungkan di dunia seni rupa pun membuat Ykha dipercaya untuk menggunakan dinding sebuah hotel baru di Jakarta sebagai medium kerjanya.
“Ya, pengalaman terbaru yang cukup membekas adalah ketika saya dipercaya untuk menghias satu lantai hotel dengan semua kreasi saya. Hotel tersebut memang menggandeng beberapa seniman untuk mendekorasi setiap lantai hotel mereka, salah satunya adalah saya. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan, saya mengisi lantai saya dengan berbagai macam hiasan bertema ‘playground’. Ya, saya ingin setiap tamu yang datang bisa tersenyum ketika menatap sekeliling hotel,” tutur Ykha sambil bermain dengan anjing-anjingnya.
Kini, untuk memperluas ruang kerjanya yang sementara masih menjadi satu dengan rumah, Ykha pun tengah membangun sebuah studio. Lewat sosok perempuan bertubuh mungil ini, kita seperti ditampar dan diingatkan bahwa pekerjaan yang dimulai dengan passion akan selalu berakhir menyenangkan. Setuju, Fimelova?