Diterima mumpung sama-sama lajang, tolak mentah-mentah karena masa lalu cukup jadi bahan nostalgia, atau galau karena masih menyimpan rasa tapi takut mengulang kesalahan yang sama. Dari ketiga jawaban yang kami sediakan itu, ternyata sebagian besar pembaca memilih move on dari masa lalu, tapi segala kemungkinan tetap terbuka lebar. Artinya, peluang menilik mantan masih ada, bahkan pertimbangan untuk kembali ke pelukan juga bukan tak mungkin.
Jakarta Salah satu Fimelova, Wendy (24, web developer) kemudian berujar, "Kalau mantan adalah yang terbaik dari lainnya, masih sama-sama cinta, dan punya tujuan ke depan yang jelas, kenapa tidak? Yang penting saling introspeksi kesalahan di masa lalu, jadi bisa lebih baik ke depannya."
"Untuk menikah bisa dipertimbangkan, tapi kalau cuma pacaran, main-main lagi, lebih baik tidak," tambah Nona (33, wedding organizer). Sama dengan Mikel (30, IT staff), baginya keseriusan laki-laki bisa jadi kunci untuk membuka lagi hati perempuan yang pernah tertutup rapat. "Aku tak ingin melihat ke belakang, tapi kalau mantan datang dan serius mau memperbaiki diri pasti akan aku pertimbangkan. Niat baik dan perjuangannya adalah nilai plus yang patut dihargai," papar Mikel. "Kecuali putusnya karena perselingkuhan atau tanpa restu ya, karena itu sudah tak bisa diperjuangkan lagi. Paling tidak sudah tahu baik dan buruknya mantan, daripada mengenal orang baru, jauh lebih berisiko."
Advertisement
Masa lalu, ternyata menjadi bagian penting bagi kebanyakan perempuan. Mengapa begitu? Ini jawaban psikolog A. Kasandra Putranto?yang hingga kini aktif di Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta, Asosiasi Psikologi Forensik, dan Ikatan Psikologi Klinis: "Keinginan kembali lagi ke masa-masa dulu memang selalu ada dalam diri kita." Perempuan terutama, adalah makhluk penuh perasaan dan sensitif dengan kisah hidupnya. Segala hal yang terjadi memiliki makna tersendiri, termasuk orang-orang yang pernah mengisi hari mereka, sulit dipindahtempatkan dari hati.
Tentukan dulu apa yang membuat kita ingin kembali ke masa lalu, jangan cuma terjebak keadaan dan memori indah di belakang. Atau, diburu waktu karena umur yang terus bertambah sementara belum menemukan laki-laki yang tepat. Yang jelas, jangan menjadikan status lajang sebagai alasanmu menerima mantan, tapi semua diputuskan atas kemantapan hati dan lewat berbagai pertimbangan. Apa yang membuat hubungan kalian dulu berakhir? Sifat apa saja yang kamu dan dia dulu tak bisa terima? Siapkah berjalan bersama sambil memperbaiki kesalahan masa lampau berdua? Banyak yang harus dipikirkan kembali, tak sekadar melibatkan hati dan memenangkan ambisi untuk segera menggandengnya kembali. Cinta memang tak butuh logika, karena dia hanyalah produk hati. Namun, komitmen dan masa depan butuh pikiran cerdas dan logika matangmu.