Advertisement
Next
Payudara dengan ukuran di atas rata-rata menjadi impian banyak perempuan, termasuk Josie. Perempuan asal Leeds, Inggris, ini pun merasa bakal lebih cantik dan percaya diri jika memiliki payudara besar. Payudaranya semula begitu kecil. Ini membuatnya kerap dijadikan bahan ejekan. Dia pun mengaku tertekan dengan julukan “si dada rata” sampai “alas setrika”. “Dua kehamilan tak menjadikan payudaraku jadi lebih besar, dan ini membuatku tidak bisa menyusui,” jelas Josie, yang juga mengaku memiliki kehidupan pernikahan tak sehat karena tak pernah merasa percaya diri di depan suami, sampai akhirnya mereka bercerai.
Josie kemudian melakukan operasi untuk mengubah ukuran payudaranya dari 32 A menjadi 36 DD. Impiannya jadi seksi terkabul, tapi rupanya malah menimbulkan masalah. Selain karena bentuk payudaranya yang menarik perhatian, rupanya operasi itu dilakukan dengan biaya dari NHS (National Health Service) sepenuhnya, biaya yang bersumber dari pajak.
Josie makin tak tahan dicap negatif sebagai “gadis berpayudara besar dari NHS”. Daripada memperbesar payudara atau bedah kecantikan lainnya, seharusnya dana NHS sebesar ratusan juta Rupiah itu bisa dipakai membantu masyarakat yang jauh lebih membutuhkan. Dalih Josie, “Aku punya hak. Aku sudah membayar pajak sejak berumur 15 tahun, termasuk orangtuaku. Ini bukan cuma tentang perubahan kosmetik, tapi juga ketenangan pikiranku.”
Advertisement
Hanya 5 bulan setelah operasi sukses, Josie malah berniat mengembalikan payudara ke ukuran semula, “Kuakui, awalnya aku memang terburu-buru meminta pembesaran payudara sampai 36DD, tapi sekarang aku sangat nggak percaya diri.”
Next
Di tempat lain, ada Anne—perempuan 47 tahun asal Bristol, Inggris—yang mengidamkan operasi agar kelihatan lebih tua dari penampilannya sekarang. Dia merasa kelewat muda, padahal dia sudah memiliki 4 anak dan 1 cucu. Anne menganggap ini juga yang menjadi penyebab perceraiannya dengan sutradara musik Christopher Bolton, dan putusnya Anne dengan dua kekasihnya. Tak lain, karena penampilannya yang tetap seperti gadis di usia yang menjelang senja.
“Semua orang ingin terlihat lebih muda, tapi aku tidak bercanda atau melebih-lebihkan, tampak muda menghancurkan hidupku. Aku akan melakukan apa pun untuk memberi beberapa kerutan di wajah,” ungkap Anne, “Aku berumur dua puluhan akhir saat itu, tapi suami melihat banyak laki-laki yang jauh lebih muda menatapku. Dia cemburu. Dia benci orang berpikir dirinya memperistri perempuan muda.” Berkali-kali ditinggalkan orang yang dicintai membuat Anne kian putus asa, “Aku tidak ingin berkencan dengan anak muda. Aku mau pria sejati, tapi laki-laki seusiaku tak ingin berkencan denganku lantaran membuat mereka terlihat aneh.”
Tak cuma itu, Anne juga merasa ditinggalkan teman-teman seumurnya karena Anne membuat mereka terlihat jauh lebih tua saat bersamanya. Saat ini, Anne pun memilih bergaul dengan perempuan 20-an tahun, sambil mencari informasi tentang operasi yang bisa membuat wajah dan kulitnya berkeriput.
Pendapat orang lain kerap menjadi penentu utama bagaimana kita melihat diri sendiri. Padahal, kita memiliki hak yang jauh lebih besar untuk itu, dan membuat diri nyaman dengan apa yang dimiliki. Jangankan soal payudara maupun kulit yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda penuaan, perempuan mana pun pasti memiliki kekurangan fisik. Jadi, mengapa mesti panik dan mati-matian mencari cara untuk terlihat sempurna? Just be your own kind of beauty, because beauty is how you feel inside, and it reflects in your eyes. It is not something physical. Sederhana.