Advertisement
Next
Kisah cintamu dan pasangan, perlukah diperjuangkan saat tak mendapat restu orangtua? Jawaban yang sulit memang. Sementara kita berusaha menjaga hubungan dengan pasangan, bakti terhadap orangtua juga yang utama. Lantas, mana yang dipilih?
“Kami seiman, sudah mantap untuk menikah, tapi terganjal masalah keluarga yang punya pendapat berbeda saat merencanakan pernikahan. Akhirnya hubungan kami yang jadi korban. Kami batal menikah. Kalau sudah diranah ini aku tak berani lagi membantah, sudah melibatkan keluarga. Kalaupun dilanjutkan, takut nanti ada konflik berkepanjangan dan membuat tak nyaman,” ungkap Sandra (28, accounting staff). Dia pilih mundur demi kebaikan masing-masing keluarga.
“Restu orangtua jelas penting banget. Tak bisa dipungkiri kita membutuhkan pendapat orang terdekat yang netral saat logika kita tertutup perasaan. Dan benar, pasangan yang akhirnya mendapat lampu hijau dari orangtua adalah yang terbaik. Aku juga jadi makin yakin pilihanku itu memang yang terbaik ketika dia bisa masuk ke keluarga besar dan diterima di sana,” ungkap Peppy (27, ibu rumah tangga).
Advertisement
“Aku yang paling tahu pasanganku seperti apa. Orang lain berhak memberikan penilaian, tapi yang memutuskan lanjut atau tidak sepenuhnya menjadi hakku. Orangtua sebatas memberi saran sebaiknya aku begini dan begitu. Kita kan sudah dewasa, sudah bisa menentukan pilihan dan bertanggung jawab atasnya, tapi tetap wajib menghormati orangtua yang jauh lebih tahu tentang hidup,” jelas Maharani (28, public relations).
Tambah Dinda (34, analyst) “Aku kira hubungan yang tidak direstui tidak akan mendapatkan kebahagiaan sejati dan ketenangan sampai kapan pun, tapi kita juga tak bisa semudah itu melepaskan pasangan. Cinta perlu diperjuangkan, kuncinya sabar dan yakin ada jalan. Sampai sekarang aku dan pasangan juga masih berusaha agar direstui, sedikit demi sedikit ada hasil positif sih, itu yang namanya ketekunan. Percayalah, kalau dia jodohmu pasti tak akan menjauh, apa pun rintangannya.”
Next
Minggu lalu FIMELA.com mengadakan poll soal ini. Dan hasilnya, hampir 50% pembaca memilih untuk memperjuangkan hubungan cinta yang tanpa restu itu ketimbang mundur dan mencari cinta yang lainnya. Restu memang masih menjadi pertimbangan utama menentukan ke mana arah sebuah hubungan. Namun, harapan mereka perjuangan akan memberikan hasil terbaik, walau membutuhkan waktu dan pengorbanan lebih, demi cinta.
“Permasalahan dalam rumah tangga, bahkan juga di saat-saat bahagia saat memiliki anak, misalnya, membuat aku rindu berbagi dengan orangtua. Padahal, tanpa restu artinya aku kehilangan tempat berbagi itu sendiri. Menikah dengan pasangan berbeda keyakinan sempat membuatku jauh dari ibu selama 4 tahun, dan itu rasanya luar biasa sedih. Jadi ketika akhirnya ibu mau membuka diri, aku seperti mendapat hadiah terindah sepanjang hidup,” cerita Noni (30, ibu rumah tangga).
“Begitulah, akan ada sesuatu yang kurang,” jelas Psikolog Veronika Soepomo dari Psychological Practice Kasandra Associates. Menurutnya, seorang anak tak akan pernah bisa berpisah dari orangtua secara emosional. “Hubungan dengan orangtua otomatis membawa pengaruh pada hubungan kita dengan pasangan,” tambah psikolog Roslina Verauli, pengajar di beberapa universitas dan rutin mengisi berbagai acara. So, boleh memperjuangkan apa yang kita yakini terbaik untuk kita, termasuk soal pasangan hidup. Namun, masukan dari orangtua mesti mendapat perhatian khusus. Benar kata Peppy, kita membutuhkan pendapat orang terdekat yang jelas netral saat sedang dimabuk kepayang oleh cinta.