Advertisement
Next
Gaya hidup tinggi
“Dandan itu perlu, tapi kalau berlebihan? Banyak yang justru kurang suka dengan perempuan berdandan menor, pakai aksesori atau baju kelewat heboh, semahal apa pun itu. Takut justru tak bisa mengimbangi gaya hidupnya, seram. Lebih baik mencari yang biasa saja tapi setia dalam suka dan duka. Kami lebih butuh partner ketimbang ‘pajangan’.”
Advertisement
-Aji, 26, traveler-
Mengukur dengan materi
“Tak heran muncul istilah cewek matre, karena memang banyak perempuan hanya menilai laki-laki dari segi pendapatan, apa yang dipunya, status sosial, dan fisik, untuk jaminan hidup enak. Hal ini bikin laki-laki merasa dimanfaatkan dan dari sana nggak mendapatkan cinta tulus. Ketakutan terbesarku sih, ditinggalkan saat nanti nggak punya apa-apa.”
-Bagus, 31, entrepreneur-
Terus mendesak status
“Ini nih, perempuan. Suka terus-menerus minta kejelasan status sementara aku belum siap berkomitmen. Bikin risih dan perlahan menjauh. Laki-laki paling tak suka ditekan atau tak dipercaya, karena itu tunggu saja kami beraksi di saat yang menurut kami tepat. Kalau memang dia yang terbaik, kami pun tak mungkin menyiakannya. Kecuali, kalian bertemu laki-laki yang tak menunjukkan itikad baik untuk serius, ya tinggalkan saja.”
-Mosa, 26, HRD staff-
Next
Monoton
“Laki-laki hobi bertualang, jadi dia butuh sosok pendamping yang bisa sekaligus menjadi medan petualangan, sebagai teman bereksplorasi. Untuk itu perempuan harus aktif, berwawasan, dan mandiri tapi di sisi lain tetap menunjukkan sisi lemah dan butuh perlindungan. Mencari yang macam ini nggak gampang, kebanyakan monoton dan terlalu manja sehingga kurang ‘nyambung’. Masih terus mencari kriteria di atas, kalau pun dekat dengan seseorang masih dalam tahap penjajakan, belum untuk serius.”
-Koko, 29, editor-
Masih belum yakin
“Kalau soal yang satu ini memang hati yang bicara, tapi ingat lho, penilaian selalu melibatkan pertimbangan sifat-sifat perempuan, kecocokan aku dan dia, dan bagaimana dia di mata keluarga. Kalau hati yakin banget tapi keluarga tak merestui, atau aku dan dia tak cocok, bisa jadi alasan menunda komitmen sampai semua yang mengganjal diselesaikan satu per satu. Namanya proses tak bisa kilat.”
-Edo, 31, administration staff-
Menemukan cinta sejati memang tak mudah, tak heran kalau laki-laki tak mudah memutuskan untuk berkomitmen. Psikolog Henny E. Wirawan dari Universitas Tarumanegara juga mengungkapkan bahwa sebagian laki-laki tak yakin bisa membiasakan diri bertanggung jawab kepada seseorang seumur hidupnya. “Mereka justru merasa terbeban bila mereka belum benar-benar siap melangkah ke sana. Namun, akan berjuang mendapatkan cinta ketika menemukan perempuan yang tepat,” tutupnya.
Mau kan, menjadi salah satu dari perempuan beruntung itu? Tunjukkan kalau kita yang terbaik dengan bersikap apa adanya dan memberi sedikit lagi waktu kepada mereka untuk meyakinkan diri.