Advertisement
Next
Beruntung FIMELA.com bisa berkesempatan merasakan masakan �asli� Minang. Maharasa Indonesia, sebuah projek kolaborasi antara chef dan kurator makanan yang bertujuan mempublikasikan makanan dan bahan-bahan artisanal Indonesia menyuguhkan Artisanal Minangkabau Culinary Experience. Kapan lagi bisa merasakan makanan yang dibuat dari bahan-bahan artisanal Minangkabau?
Jakarta Sekitar 14 buah menu makanan yang dibuat dari bahan artisanal Minangkabau pun disajikan untuk semua peserta yang hadir dalam Artisanal Minangkabau Culinary Experience pada tanggal 21�23 Juni. Acara makan malam ini diadakan di Museum Seni Rupa Akili yang terletak di kawasan Kedoya, Jakarta Barat.
Menghadiri jamuan acara makan malam khas Minang, jujur, yang terbayang di kepala adalah makan dengan beragam menu yang sekaligus dihidangkan banyak di atas meja. Namun ternyata, saya salah. Masakan Minang yang disajikan dalam acara makan malam kali ini dikemas dengan sangat menarik, layaknya western food. Bahkan, beberapa menu pun ada yang dimasak dengan cara sous-vide. Sama sekali berbeda dari cara biasa kita menikmati masakan Minang.
Advertisement
Next
Kali ini, Maharasa Indonesia mengangkat ragam Gula Palem, Beras, Asam, dan juga buah Sawo asal Sumpu. Jika selama ini masyarakat kebanyakan hanya mengenal gula pasir sebagai pemanis maka melalui acara ini, Maharasa Indonesia coba mengangkat ragam Gula Palem yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula Enau disuguhkan kepada masing-masing peserta makan malam. Setiap jenis gula, ternyata memiliki kadar manis dan gurih yang berbeda. Dan kenyataan yang mengejutkan bahwa ternyata gula aren merupakan jenis gula yang aman untuk dikonsumsi penderita diabetes. Malam itu, gula palem disuguhkan sebagai pemanis campuran jus mentimun dan juga asam yang sedikit diberi tambahan air soda. Rasanya? Minuman tradisional ini mirip dengan Moscato.
Bahan artisanal lain yang terkenal dari Sumatera Barat adalah beras. Beras Merah, Beras Hitam, dan Beras Cokelat adalah segelintir jenis beras yang dihasilkan dari Sumatera Barat. Malam ini, saya mencicipi tepung beras organik Anak Daro dari Sariak Alahan Tigo yang diolah menjadi penganan sejenis perkedel. Bukan hanya itu, kami pun beruntung mencicipi beras hitam (Bareh Solok) yang disajikan dalam bentuk bubur sebagai makanan pendamping potongan daging domba. Penampilan bubur yang dibuat dari beras hitam memang saya akui kurang menggiurkan, namun rasanya sangat gurih.
Bukan hanya itu saja, sederet makanan lain tentunya juga hadir sepanjang acara, seperti Lobster dengan campuran bumbu kari dan kecombrang, Kerang Bambu dengan bumbu kari yang dibuat dengan dadiah (susu kerbau yang difermentasi), Bebek Cabai Hijau, Dendeng dengan ragam varian sambal, Sawo Sumpu, dan Teh Kayu Aroe muncul sebagai dessert.
Makan malam yang dihadiri, bisa jadi merupakan makan malam terlama saya. Dimulai pukul 19.30, acara makan baru selesai sekitar pukul 23.15. Namun, tentu tidak sepanjang waktu diisi dengan acara makan, penjelasan dari setiap bahan artisanal pun diselipkan di setiap makan yang disajikan di hadapan kami. Yang paling menarik, buah Sawo yang saya cicipi malam itu hanya ada dan bisa tumbuh di wilayah Sumpu, Sumatera Barat. Sedangkan salah satu bumbu dendeng yang disajikan menggunakan campuran Pado, bumbu cabai yang sudah mulai langka di Sumatera Barat. Bukan sekadar menikmati belasan menu khas Minang sepanjang jamuan makan, semua peserta yang hadir pun membawa pulang wawasan kearifan lokal lain yang ternyata banyak tidak diketahui masyarakat umum. Berniat ingin tahu lebih banyak lagi tentang bahan-bahan artisanal Indonesia? Tuggu giliran Culinary Experience lain dari Maharasa Indonesia.