Advertisement
Next
Semasa hidupnya Stephen dikenal sebagai sosok yang luar biasa, penuh kasih sayang dan selalu ceria. Banyaknya pihak yang berduka dan ratusan tamu yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir memperlihatkan betapa orang-orang di sekelilingnya sangat menyayangi Stephen, tak terkecuali Thea. “Rest in peace Steve you will be missed but you will never be forgotten,” ungkapnya saat kembali mengenang Stephen. Janji itu pulalah yang hingga kini dia pegangnya, Stephen tak akan pernah dilupakan sampai kapan pun.
Tak pernah terpikirkan keberangkatan Stephen ke Afghanistan pada Maret 2012 menjadi pertemuan terakhirnya dengan Thea. Sang kekasih, yang tergabung dalam Batalyon 1 The Royal Welsh, tewas dan tak akan pernah kembali untuk memenuhi janjinya menikahi Thea. Tragisnya, Thea dan Stephen baru saja menempati rumah baru di Cardiff Bay, dan sudah merencanakan liburan ke New York untuk merayakan ulang tahun ke-30 mereka berdua.
Advertisement
Sejak memutuskan menjalin hubungan dengan seorang tentara, Thea sangat tahu konsekuensinya, bahwa sang kekasih sangat mungkin tewas di medan perang. Namun, dia pun berusaha meyakinkan dirinya bahwa hanya ada beberapa dari ribuan tentara di luar sana yang akan mati. Sayang, nama Stephen akhirnya menjadi salah satunya. Thea sempat merasa tak memiliki masa depan tanpa Stephen. Dia tak bisa makan, minum, bahkan tidur. Yang dilakukannya hanyalah menangis dan terus mengenakan jaket milik Stephen. Jaket yang masih menyisakan aroma tubuh laki-laki yang dekat dengannya tiga tahun terakhir itu. Pahit. “Memories of Stephen and I together—our runs, walking along the beach, his cuddles, his laugh, even ordinary tasks like supermarket shopping together—filled my head,” kenangnya lagi.
Next
Namun, Thea sadar kehidupannya mesti berlanjut. Ketimbang mengurung diri dan menangisi kepergian sang kekasih, Thea mengambil satu keputusan, meneruskan mimpi Stephen yang belum sempat menjadi nyata. Bermula dari hobi Thea dan Stephen berlari, muncul ide untuk mengenang Stephen dengan berlari maraton. “Aku merencanakan ikut kejuaraaan maraton dan setengah maraton di berbagai tempat, seperti Bermuda, Roma, Paris, dan London, yang baru akan selesai Oktober tahun ini di Chester,” lanjut Thea.
Total, Thea akan berlari sepanjang 451km selama setahun, dimulai pada 7 Oktober 2012, hari di mana seharusnya Stephen kembali ke sisi Thea, dan berakhir pada 6 Oktober tahun ini. Angka 451 juga dipilih Thea karena satu alasan, Stephen adalah tentara Inggris ke-451 yang tewas di Afghanistan. Tak cuma berlari, Thea membawa satu misi, yaitu mengumpulkan dana untuk Blind Veterans UK. Kebetulan, Stephen adalah penggalang dana untuk Blind Veterans UK, sebuah yayasan sosial yang membantu para tentara korban perang Afghanistan yang kehilangan penglihatan.
Kenangan tak melulu menjebak kita dalam satu masa tanpa harapan dan sia-sia. Thea menjadi contoh nyata. Hidup dalam kenangan bersama Stephen justru menguatkannya, memampukannya bertahan dan bersemangat mewujudkan mimpi berdua. Baginya, cerita yang belum usai dan mimpi-mimpi yang belum sempat terwujud memang harus dia selesaikan. Satu pelajaran yang dia dapat adalah bahwa hidup sangat singkat dan siapa pun tak pernah tahu apa yang akan terjadi, jadi melakukan yang terbaik dalam segala hal adalah satu-satunya cara, seperti yang sudah Stephen lakukan sampai maut datang.
Memang, tak ada satu pun orang yang bisa membawa Stephen kembali, tapi dengan tindakannya ini Thea merasakan kehadiran Stephen di sisinya, juga merasakan hidupnya kini jauh lebih berarti. Thea tak perlu bersusah payah menghapus semua ingatan tentang Stephen untuk bisa bangkit dan berlari, untuk kembali menikmati hari-harinya dengan senyuman. Justru, dengan kehadiran Stephen di hati dan pikirannya tiap detik, Thea merasa tak lagi sendiri.
Stephen memang sudah pergi, dan tak ada yang bisa mengembalikannya. Namun, kini semua tentang Stephen berpindah ke dalam diri Thea, menemani langkah Thea menempuh 451 km, juga mendampingi Thea mendaki puncak Kilimanjaro dan berkunjung ke New Zealand tahun depan. Thea bahkan siap merampungkan perjalanannya ke Prancis dan Amerika Selatan, dengan satu janji, mengajak serta Stephen dalam ingatannya.“Dia (Stephen) akan selalu menjadi bagian dalam hidupku,” tutup Thea, yakin bahwa kepergian Stephen hanyalah soal fisik. Nyatanya, Stephen masih terus didekatnya, menguatkannya.
Kisah Thea memberikan satu pelajaran, bahwa tak salah mengenang masa lalu, asalkan dijadikan sebagai sumber energi, kekuatan, semangat, untuk satu tujuan positif yang pasti membentukmu menjadi pribadi yang lebih baik, bukan untuk sekadar menilik ke belakang dan menyesali apa yang sudah berlalu itu.